~•14. Lari Pagi di Taman•~

338 24 1
                                    

Alolo Gengz! Gimana Kabar Kalian hari ini?

Semoga selalu dalam kondisi yang baik yah! Aamiin..

Di part ini Geng krunyut bakal olahraga di taman loh..

Hmm... Bakal ada kehebohan apalagi yang bakal mereka bikin yah??

Daripada penasaran yukk langsung aja baca

Vote dan Comment jangan lupa woy!

Okay!! I Hope you enjoy this story

Happy Reading 🙆💞

___

Kedua bola mata Meli terbelalak, batinnya berkecamuk dalam dirinya, batinnya bertanya-tanya Kenapa tiba-tiba laki-laki yang kini memeluk tubuh mungilnya ini berubah sikap begitu cepat?

Meli mendongak, menatap pria itu dengan sorot mata penuh kebingungan. Tatapan mereka bertemu di bawah sinar mentari pagi yang hangat. Mata Meli menangkap pandangan Arya yang tak lagi tajam seperti hari-hari sebelumnya. Kini, ada kelembutan di sana, yang anehnya membuatnya semakin resah.

Tanpa melepaskan tatapan itu, Meli tertawa kecut. "Ahahahaha! Ini cara licik lo apa gimana?" ucapnya, menyindir.

Dahi Arya berkerut bingung. "Apa maksudmu?" tanyanya, heran.

Meli mendengus kesal. "Tatapan mata lo itu!" sahutnya ketus.

Alis Arya terangkat, semakin tidak paham. "Tatapan matataku? Apa maksudmu? Aku tidak mengerti , bisa kau jelaskan?"

Meli memutar kedua bola matanya malas, "Lo itu ngga jelas! Setiap kali kita ketemu, tatapan lo selalu ketus, galak. Sekarang malah berubah jadi lembut gini?" potongnya tajam.

Arya terdiam. Apa yang dikatakan Meli terdengar tak masuk akal baginya. Sebagai seorang prajurit sekaligus pengawal pribadi, wajar baginya untuk bersikap tegas kepada pendatang seperti Meli dan para temannya itu.

"Aku seperti itu? Itu adalah hal yang wajar!" sahut Arya, membela diri.

Meli menggeleng pelan, lalu mendorong pelan tubuh besar Arya agar menjauh dari hadapannya. "Suka-suka lo, Ar. Dari dulu cowok emang susah ditebak."

Tanpa menoleh lagi, Meli melenggang pergi, meninggalkan Arya yang terpaku di tempatnya.

Arya memandang punggungnya dengan tatapan penuh kebingungan, sebelum tersadar. "Tunggu, Meliana!" serunya, menghentikan langkah gadis itu.

"Apaa?" jawab Meli, datar. Dia menoleh sambil membalikkan badannya.

"Soal yang tadi, apakah kau sudah memaafkan aku?" tanya Arya, suaranya sedikit gemetar, menyiratkan harapan.

Meli mengernyit, tampak berpikir sejenak. Lalu, dengan tegas, ia menjawab. "Katanya, kalau ada orang dengan berniat baik harus diterima."

Arya tersenyum lebar mendengar jawabannya. "Termasuk jadi teman, kan?" tanyanya, suaranya berubah penuh semangat.

Meli kembali memutar bola matanya, lalu membalikkan tubuhnya, kali ini membelakangi Arya. "Suka-suka lo, Ar." jawabnya singkat sebelum kembali melangkah pergi.

Arya tertawa kecil. "Kalau seperti itu, aku berjanji tidak akan mengkhianati kepercayaanmu!" serunya, penuh keyakinan.

Tanpa menoleh, Meli hanya mengangkat tangannya tinggi-tinggi, mengacungkan jempolnya sebagai jawaban.

Arya tersenyum, menatap punggung kecil itu yang perlahan-lahan menghilang dari pandangannya. Setelah Meli benar-benar tak terlihat lagi, Arya teringat ucapan gadis itu tadi.

Terlempar ke Majapahit-(Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang