Hai Gaes!
Pastikan Part ini ramai Comment dan Vote kalian yah!
Oke....I hope you enjoy this story
Happy Reading
---
Di ruang rapat utama Keraton Majapahit, suasana terasa lebih berat dari biasanya. Cakrawala di luar menunjukkan tanda-tanda menjelang siang hari, namun di dalam ruangan, perdebatan sengit terus berlangsung. Hayam Wuruk duduk di kursi kebesarannya di ujung meja, wajahnya tenang namun pikirannya bergejolak. Di sampingnya, Gajah Mada, patih agung yang selalu sigap, berdiri dengan penuh wibawa. Tak jauh dari mereka, Nertaja, Adik dari Hayam Wuruk. Arya, Prajurit bhayangkara sekaligus pengawal pribadi Nertaja. tampak lebih diam dari biasanya. Mereka tahu sesuatu yang belum bisa dibagikan pada semua orang di ruangan itu.
Para dewan keraton hadir lengkap itu.kala Suara gemuruh dari mereka yang saling berbisik mulai memenuhi ruang. Mereka penasaran, bertanya-tanya mengapa Hayam Wuruk memanggil mereka untuk rapat yang mendadak. Apalagi setelah munculnya berita aneh beberapa hari yang lalu tentang kedatangan para tamu asing yang tampak tidak biasa.
"Hamba masih tidak mengerti mengapa kita harus memberi tempat di keraton bagi orang-orang yang asal-usulnya tidak jelas," ujar Arya Adikara, salah satu dewan kerajaan yang paling vokal. Wajahnya mengeras, sorot matanya tajam menatap Prabu Hayam Wuruk dan Gajah Mada. "Mereka mengenakan pakaian yang tak pernah kita lihat, berbicara tentang hal-hal yang tak masuk akal... Hamba khawatir mereka bisa menjadi ancaman."
Dewan lainnya mengangguk setuju, dan suasana semakin memanas. Namun Hayam Wuruk tetap diam, membiarkan kata-kata itu melayang di udara sebelum memberikan tanggapannya.
Gajah Mada menegakkan punggungnya, memandang para dewan dengan tatapan tegas. "Mereka adalah tamu keraton," ujarnya dengan nada tenang namun penuh otoritas. "Mereka datang bukan untuk menyerang atau merusak. Tugas kita adalah memastikan keselamatan kerajaan dan tamu-tamu yang datang ke Majapahit, siapapun mereka."
Sejenak, ruangan kembali sunyi. Beberapa dewan kerajaan saling bertukar pandang, tampak ragu. Mereka tidak biasa melihat Gajah Mada berbicara dengan cara yang demikian, seolah-olah ia menyembunyikan sesuatu.
Hayam Wuruk akhirnya bersuara, suaranya berat namun penuh ketegasan, "Aku mengerti keraguan kalian. Tetapi seperti yang dikatakan oleh Patih, mereka datang sebagai tamu. Majapahit adalah kerajaan besar yang dikenal dengan kebijaksanaannya, dan kita akan memperlakukan mereka dengan hormat seperti tamu lainnya."
"Apa Gusti Prabu yakin ini keputusan yang tepat?" tanya Arya Adikara lagi, kali ini dengan sedikit lebih lembut, namun tetap kritis.
Hayam Wuruk menarik napas panjang, memandang seluruh dewan dengan tatapan penuh wibawa. Ia tahu bahwa kebenaran tentang para remaja itu—bahwa mereka berasal dari masa depan—tidak bisa diungkapkan. Hanya segelintir orang yang boleh mengetahui rahasia itu, dan dewan kerajaan bukanlah orang yang bisa dipercaya untuk menyimpan rahasia sebesar ini. Jika mereka tahu, mungkin akan timbul kekacauan, atau lebih buruk lagi, mereka bisa memutuskan untuk mengusir para remaja tersebut tanpa mempelajari lebih jauh apa yang sebenarnya terjadi.
"Benar, kalau kalian memang belum tahu sepenuhnya siapa mereka, tapi aku sudah mengenal dekat mereka. Mereka hanyalah tamu yang berkunjung," jawab Hayam Wuruk dengan suara lembut namun tegas, "Tugas kita adalah memastikan bahwa mereka diperlakukan dengan kehormatan sesuai adat keraton. Kita akan melindungi mereka sebagai tamu. Dan untuk kalian yang mengkhawatirkan soal ancaman. Aku yakin, Majapahit cukup kuat untuk mengatasi ancaman apapun, jika itu memang ada."
Para dewan tampak tak sepenuhnya puas, tetapi mereka terdiam. Hayam Wuruk, dengan karismanya yang luar biasa, telah berbicara, dan meskipun masih ada keraguan, mereka tidak bisa menentangnya secara terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlempar ke Majapahit-(Tahap Revisi)
Historical FictionSemua ini berawal dari Sekelompok Anak Remaja yang melakukan perjalanan Studytour ke Mojokerto. Di dalam Studytour ini mereka diberikan sebuah tugas untuk mencatat sejarah-sejarah pada salah satu situs yang ada di Trowulan. Awalnya mereka pikir tug...