Hai Gaes!
Pastikan Part ini ramai Comment dan Vote kalian yah!
RAMAIKAN LAPAK KARENA PART INI 8000+ WORD LEBIH 🤧
I hope you enjoy this story
Happy Reading
---
Arya melangkah ke pendopo diikuti oleh sorak-sorai teman-temannya. Suara Ezra yang menggelegar terdengar paling keras. "Ini dia, kita sambut bintang tamu kita!! Aryaa!!" serunya dengan semangat, diikuti oleh teman-teman lainnya yang ikut bersorak heboh.
Keramaian ini membuat Nertaja yang berada di tengah kelompok itu sedikit terkejut, meskipun dia sudah berusaha terbiasa dengan tingkah para tamu ini. Namun, tidak demikian halnya dengan Ratna. Gadis mungil itu tersentak kaget hampir terjatuh ke belakang, tapi Arya dengan cekatan menangkap kedua lengannya untuk mencegahnya terjengkang ke belakang.
"Hati-hatilah," bisik Arya tegas, "dan kau sebaiknya mulai membiasakan diri dengan mereka." Ratna hanya mengangguk kecil, sambil tersenyum heran.
Dalam hatinya masih banyak tanda tanya, terutama soal bagaimana para tamu keraton ini sama sekali tidak mencerminkan seorang bangsawan. Apakah benar mereka berasal dari keraton yang jauh, seperti yang diceritakan Arya?
Sementara itu, para remaja yang lain terus bersenda gurau. Dina, yang duduk di samping Meli, segera berbisik sambil menyikutnya pelan, "Mel! Njir lah itu si Arya, emang act of service banget atau friendly abis?"
Meli hanya mengangkat bahunya dengan sikap acuh, "Lah, lo ngapain ngomong ke gue, Din? Mau dia friendly kek, apa kek, gak ada urusannya sama gue," jawabnya dengan nada ketus, "Lagian, kesannya gue suka sama Arya, ya?"
Dina tertawa sambil menepuk bahu Meli, "Ahahahaha! Gua cuman bercanda, Mel. Santai aja."
"Tapi ngga ada perasaan yang bisa di-becandain, Din. Udah deh, masih okean Arya yang di zaman kita. Arya ini keliatan terlalu friendly, kadang suka labil juga," gerutu Meli sambil memutar matanya malas.
Pendopo pun semakin ramai dengan suara candaan dan beberapa senandung lirik lagu dari Remaja itu. Nertaja tidak mengerti arti lagunya, tapi dia tampak menikmati. Arland, seperti biasa, memukul-mukul permukaan pendopo dengan irama yang mengikuti suasana riang.
Arya, setelah memastikan Ratna baik-baik saja, ia segera duduk di samping Nertaja. Namun, tanpa disadarinya, dia justru duduk tepat berhadapan dengan Meli. Suasana canggung menyelimuti keduanya. Meli yang duduk diam menahan gerutuan dalam batinnya, "Sialan! Kenapa harus dia yang duduk di depan gue?"
Di sisi lain, Arya pun merasakan hal yang sama. "Takdir seperti apa ini?" batinnya.
Sementara itu, Ratna, yang merupakan Abdi dalem, dengan cekatan mulai meletakkan nampan berisi gelas-gelas tanah liat dan teko. Ia menuangkan jamu hangat ke setiap gelas dengan penuh kehati-hatian. "Ndoro Putri," kata Ratna lembut kepada Nertaja, "saat ini yang hamba bawa adalah jamu. Untuk teh, masih sedang disiapkan dan akan segera dibawa oleh Abdi dalem yang lain. Hamba tidak ingin ndoro putri dan para tamu menunggu terlalu lama, jadi hamba berinisiatif menyajikan jamunya terlebih dahulu. Selamat menikmati, Ndoro Putri dan para tamu."
Ratna tersenyum, menyampaikan kesopanan khasnya kepada Nertaja dan tamu-tamunya. Nertaja pun membalas senyuman itu dengan anggukan kecil.
"Baiklah, Ratna. Terima kasih sudah memenuhi permintaanku," ucap Nertaja dengan senyum hangat.
Ratna mengangguk, "Dengan senang hati, Ndoro."
Di sisi lain, Wulan, menatap gelas berisi jamu di depannya dengan ragu. "Ini jamu?" tanyanya sambil mengernyitkan dahi, "Berarti pahit, dong?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlempar ke Majapahit-(Tahap Revisi)
Fiksi SejarahSemua ini berawal dari Sekelompok Anak Remaja yang melakukan perjalanan Studytour ke Mojokerto. Di dalam Studytour ini mereka diberikan sebuah tugas untuk mencatat sejarah-sejarah pada salah satu situs yang ada di Trowulan. Awalnya mereka pikir tug...