Berpisah Sementara

2.3K 231 10
                                    

Rey mengerutkan dahi seraya memandang Syifa. Ada sesuatu yang salah di sini, dia tahu itu. "Nggak mau ah, Ley lebih suka tinggal sama Bunda."

"Rey sayang, Rey cuma menginap sebentar kok di sana. Ada juga Ayah Rey yang nantinya akan urus Rey dengan baik." Rey menggeleng. Bibirnya mengerucut mengatakan dengan jelas jika dirinya tak setuju.

Sebelum sempat Syifa mengatakan sesuatu Hali sudah datang dan memberikan minuman juga obat untuk Syifa sedang Rey turun dari dekapan Ibu angkatnya untuk melihat mainan baru.

"Rey kita main ya," ucapan Hali disambut anggukan oleh anak kecil itu. Syifa membuang napas berat dan meminum obat yang diberikan Hali dengan cepat.

Dia pun cuma bisa memandang Hali dan Rey yang sedang main di depannya sekarang. Namun bukannya melihat dengan seksama, Syifa tengah berpikir keras.

Sekitar jam 10 malam, Rey sudah tidur di kamar menyisakan Hali dan Syifa. Hali sibuk melihat tv sementara di belakangnya tampak Syifa tidur dengan selimut yang menutup tubuhnya.

"Kenapa kau masih ada di sini? Pulanglah, aku tak mau ada yang salah paham tentang kita." Hali berhenti menekan tombol remote tv lalu memandang kesal kepada Syifa.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?"

"Tentu saja karena kau salah."

"Salah tentang apa?"

"Kenapa kau tega membiarkan Rey pergi sendiri ke Indonesia?" Syifa cuma diam saja dan bangun dari sofa yang sekarang dijadikannya sebagai tempat tidur.

"Oh jadi kau mendengarnya,"

"Syifa, kau tak kasihan apa sama Rey? Dia itu masih kecil dan kau mau memaksa dia untuk menjauh darimu. Rey masih membutuhkanmu ingat!" protes Hali masih menunjukan wajah yang kesal.

"Aku juga belum tahu apa yang aku lakukan? Rey juga sudah menolak artinya aku tak bisa memaksa dia." Syifa membalas.

"Jadi itu sebab kau banyak pikiran, apa yang meneleponmu itu Axelle dan dia mau meminta Rey?" dari nada bicaranya tampak Hali tak sabaran membuat Syifa mendecak kesal.

"Bisa tidak jangan cerewet? Aku makin pusing tahu kalau kau berceloteh terus."

"Bagaimana aku tidak cerewet? Anakmu masih kecil dan kamu mau dia pergi ke Indonesia?"

"Dia, kan pergi sama Ayahnya nanti. Nggak akan lama juga."

"Biar begitu keputusanmu salah besar. Kau sendiri yang mengatakan kalau Rey itu agak kurang suka sama orang asing."

"Karena itulah aku membuat keputusan tersebut. Aku ingin Rey tak takut terhadap keluarganya sendiri. Ini juga sebagai penebusan rasa bersalah kepada Axelle dan keluarganya karena aku sangat egois." Hali dan Syifa lalu diam. Tenggelam dalam pikiran masing-masing sebelum akhirnya Hali mengembuskan napas berat.

"Lalu ... Kau tidak takut jika Axelle akan mengambil Rey dan tak mau memberikan kepadamu lagi?" Syifa melihat pada Hali yang kini menatapnya dengan serius.

"Pernah aku tak mempercayainya tapi dia membuktikan kalau dia bisa dipercaya meski sebenarnya aku ragu." raut wajah Hali seketika menjadi cemas dan pria itu hendak mengatakan sesuatu.

Akan tetapi sebelum Hali melakukannya, Syifa langsung meneruskan ucapannya yang terhenti. "Dan kalau Axelle melakukannya aku bisa melaporkannya pada polisi tentang penculikan. Bagaimana pun hak asuh Rey tetap bersamaku."

"Yah aku harap." balas Hali singkat. Hali kemudian berdiri dari tempat duduk dan memandang pada Syifa. Kali ini dia tampak tenang.

"Aku akan pulang. Jaga dirimu baik-baik." setelah itu Hali pergi dari apartemen Syifa meninggalkan wanita itu sendirian.

❤❤❤❤

Beberapa hari berlalu Axelle tengah berada di bandara, menunggu pesawat sekaligus tengah menghubungi seseorang. "Halo ...."

"Halo Tiara,"

"Mau apa kau meneleponku?"

"Hanya iseng saja. Aku sudah lama tak mendengar suaramu setelah kau tiba-tiba menjauhiku."

"Dari mana kau menemukan nomor teleponku?" sebuah senyuman smirk dibuat oleh Axelle. Itu sebuah pertanyaan yang sangat bodoh sekali.

"Kau tahu bukan aku orangnya seperti apa?"

"Sudah, aku tak mau kau menghubungiku lagi. Aku dan kau tidak memiliki hubungan apa pun, kau sendiri yang mengatakan jika aku sudah berhasil menemukanmu bersama Rey kau akan melepaskanku."

"Tapi aku sudah terpikat padamu. Bagaimana coba?"

"Kalau begitu lupakan aku!" telepon ditutup secara sepihak akan tetapi Axelle tak marah sama sekali. Dia malah semringah layaknya orang gila.

Senang rasanya mendengar suara Tiara meski cuma sebentar. Axelle kembali menghubungi seseorang dan dia memerintahkan agar mendapat nomor baru Tiara.

Ketika selesai barulah Axelle membawa kopernya ke pesawat yang akan berangkat dari Indonesia ke Malaysia. Pria itu tak sabar untuk menemui putranya yang tampan dan manis.

❤❤❤❤

"Bunda nanti Ayah datang?" tanya Rey kepada Syifa. Sama seperti hari biasanya mereka akan berangkat kerja.

"Iya Rey."

"Apa nanti dia akan tinggal dengan kita?"

"Mmm ... Tentang itu nanti kita bicarakan ya. Kita tunggu Ayah Rey datang." Rey mengangguk antusias dan berjalan dengan raut wajah yang bahagia.

Di luar jelas sudah ada Hali menunggu, mobilnya pun tak jauh dari tempat Hali berdiri sekarang. "Ayo masuk."

Tanpa menunggu diperintah dua kali, dua orang itu masuk ke dalam mobil dan disusul oleh Hali selaku pemilik dari mobil tersebut. "Paman nanti Ayah Ley mau datang loh. Kita main sama-sama ya?"

Hali tak membalas, malah melihat ke arah Syifa. Wanita itu tak melakukan apa-apa namun dia tahu makna sirat mata Hali.

❤❤❤❤

See you in the next part!! Bye!!

Dilema (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang