Pernikahan Teman (2)

1.4K 169 8
                                    

Syifa mendesah lelah. Dia segera meletakkan barang belanjaan dan duduk berehat sebentar. Tak berselang lama nada dering ponsel berbunyi yang membuatnya mengangkat video call dari seseorang.

Ia sudah menunggu panggilan itu sejak sore. "Bunda!" Syifa mengukir senyum tatkala melihat putra kesayangannya bersuara.

"Halo Rey," balas wanita itu.

"Bunda, kangen Bunda," rajuk Rey manja.

"Bunda juga kangen Rey. Bagaimana kabarmu? Kau tak nakal di sana, kan?" Rey menggeleng sebagai jawaban.

"Bunda tadi Ley ketemu nenek dan kakek. Meleka baik banget sama Ley, kamal di sini juga bagus." cerita dari anak kecil tersebut cukup menjadi pelipur lara akan kerinduan Syifa.

Ini semua sebab dirinya terlena berbelanja jadi lupa sama Rey. "Bunda,"

"Ya sayang," balas Syifa lembut.

"Kapan Bunda ke sini? Ley pengen kasih lihat Bunda kamal Ley dan lumahnya Ayah." binar mata Rey terlihat mengharap sedang Syifa menampilkan senyum kecut. Putra angkatnya itu masih ingat dengan janji.

"Sabar Rey, Bunda lagi kerja tunggu sampai Bunda minta cuti."

"Iya Bunda Ley akan nunggu Bunda," balas Rey.

"Rey, kau bicara sama Bunda?" terdengar suara yang tak asing dari balik telepon dan tampak bocah itu mengangguk.

"Boleh kasih Ayah? Ayah bicara dulu sama Bunda Rey," lanjutnya lagi. Ponsel pun bergerak lalu sepasang matanya menangkap gambar Axelle.

"Syifa, dari tadi kau ke mana? Kasihan Rey dari tadi nunggu kamu." Axelle merengut membuat senyuman Syifa hilang seketika.

"Ih datang-datang marah! Ucapkan salam atau tanya kabar gitu? Ini kok nyerocos," gerutu Syifa kesal.

"Jawab saja pertanyaanku!" seru Axelle menekan. Wanita itu mendengus lalu menjawab, "Habis makan di luar sama Hali terus pergi ke mall dan belanja sedikit buat keperluan lusa."

"Lusa? Memangnya ada apa?"

"Mau ke George Town hadiri pernikahan temannya Hali nah aku-"

"Oh jadi kau pacaran sama Hali?" potong Ayah kandung Rey.

"Sembarangan! Aku nggak pacaran sama dia!" Syifa membantah keras.

"Tapi kau mau temani dia ke kondangan, oh apa dari tadi kau kencan?" terka Axelle lagi.

"Ayah apa itu pacalan?" celetuk Rey tiba-tiba. Ekspresi Axelle menjadi kaku seraya menatap samping tempat putranya berada.

"Itu loh seperti Ayah sama Tante Tiara, sering jalan-jalan berdua dan-"

"Tapi Tante Tiala dipaksa sama Ayah." suara Rey akhirnya tak terdengar tatkala Axelle mengisyaratkan agar dirinya diam. Dia juga membicarakan sesuatu berdua akan tetapi itu adalah rahasia antara sepasang Ayah dan anak.

"Jadi sampai di mana kita tadi?" tanya Axelle begitu masalah selesai.

"Aku tak punya hubungan dengan Hali. Aku pergi ke sana hanya untuk menghormatinya sebagai atasan sebab mengajakku!" tegas Syifa membalas.

"Baiklah aku tak akan mempermasalah hal itu lagi. Aku cuma minta tolong jangan buat anak kesayanganku menunggu lama. Gara-gara kamu, Rey nggak mau tidur sebelum bicara sama Bunda tersayangnya."

"Iya aku salah, suruh Rey tidur saja dan besok aku akan menghubungi Rey lagi." Axelle tersenyum. Lalu terdengar suara yang meminta agar Rey tidur.

"Bunda, selamat malam!" ucap Rey.

"Selamat tidur Rey." video call diakhiri dan Syifa mengembuskan napas sesaat. Wanita itu kemudian ke kamar seraya membawa barang belanjaan, tak lupa dia juga bersiap-siap untuk besok.

❤❤❤❤

Jam menunjukkan puku 09.30 ketika mereka sedang berada di dalam taksi untuk ke stasiun tapi sekarang tidak di sebut seperti itu lagi. Syifa lupa namanya.

"Kan aku sudah bilang tak perlu bawa banyak barang," celetuk Hali kepada wanita itu.

"Hei bedakan wanita sama laki-laki, perempuan bawa banyak barang supaya jaga-jaga tidak sama sepertimu yang simpel!" Syifa menyahut.

"Aku juga cuma bawa koper kecil kok," lanjutnya seraya memasang wajah masam. Hali pun tak bicara lagi dan lebih memusatkan perhatian di luar.

Baik Hali mau pun Syifa mereka meletakkan tangan di kursi. Sibuk dengan urusan masing-masing, keduanya jadi tak memperhatikan dan mendadak mendapat sengatan.

Lekas secepat mungkin mereka menarik tangan. "Kau ini kenapa? Tiap kali tanganku dekat sama tanganmu pasti kau cakar!" marah Hali.

"Siapa juga yang cakar tanganmu, tanganku saja kram!"

"Pasti kukumu panjang," pria itu menebak.

"Lihat ini! Kalau kuku tanganku panjang, aku langsung potong jadi tidak mungkin!" balas Syifa seraya menunjukkan kukunya tepat di wajah sang bos.

Layaknya deja vu, tidak ada yang mau mengalah jadi mereka saling diam hingga tiba di tempat tujuan. Syifa menarik sendiri kopernya sementara Hali sudah berjalan terlebih dahulu.

Alhasil wanita itu bersusah payah mencari nomor kursi di tengah kerumunan orang yang juga akan berangkat. Syifa mendengus saat menemukan bosnya itu telah duduk santai.

"Dari mana saja kau? Aku sudah lama menunggu di sini," ujar Hali. Tidak ada jawaban dari si sekretaris. Dia cuma duduk di kursi tanpa sepatah kata.

Setengah jam dilalui akhirnya kereta berangkat. Perjalanan maksimal memakan waktu enam jam tapi sebab mereka menggunakan kereta cepat maka waktu menjadi empat jam saja.

Selama itu Syifa lebih menghabiskan waktu sendiri ketimbang berbicara pada Hali yang duduk di samping. Sementara CEO dari Perusahaan Singih itu terlihat melamun dan resah.

Kadang-kadang pria berambut cepak tersebut mencari kesibukan dengan membaca atau hal lainnya tapi cuma sebentar suara decakan keluar dari bibir.

❤❤❤❤

See you in the next part!! Bye!!

Dilema (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang