"HAH KAU JADI BABUNYA FUTAKUCHI-SAN?!"
"Sshhtt jangan keras-keras, Kay! Itu hal yang memalukan tahu!"
Iya, aku sudah resmi menjadi babu si Futakuchi sialan itu selama 3 hari kedepan. Mau bagaimana lagi? aku tidak punya pilihan lain. Aku takut jika dia melakukan suatu hal yang mengerikan sampai membuatku terpaksa pindah sekolah. Membayangkannya saja sudah membuatku bergidik ngeri.
Kay menelungkupkan kepalanya stress, "Kau ini! Makannya jangan cari masalah dengan orang sepertinya, dong!"
"Bodoamat. Cuma 3 hari, kok. Mungkin, setelah itu aku bisa hidup normal kembali seperti biasanya," ujarku. Oh jangan mimpi kau, (name)!
Kay menggelengkan kepalanya heran. "Mimpi apa aku bisa bersahabat dengan orang sepertimu, (name)?"
Aku menyengir lebar. "Tentu saja mimpi indah, dong!"
"Mimpi indah your eyes," balas Kay kesal.
"Permisi, Kay-san." Panggil seseorang yang tidak lain dan tidak bukan adalah Katsura Ryota. Cowok dingin yang sekelas denganku dan Kay. Tapi, kami tidak terlalu akrab dengannya.
Kay menoleh kaget. "I-iya ada apa?"
"Boleh bicara sebentar?" tanyanya.
"I-iya, t-tentu. (Name), aku permisi dulu," ujar Kay. Aku mengangguk saja.
Ada apa, ya Katsura-san memanggil Kay? Bodoamat, lah. Itu urusannya, aku ngapain ganggu? Emang ganggu, pergi saja kau, (name). Bercanda.
Aku mulai membuka tasku dan mengeluarkan sebuah buku novel. Ah iya, sekarang ini sedang ada rapat guru, makannya, tidak ada pelajaran. Murid-pun mendadak jadi pengangguran. Tidak, hanya bercanda.
Ngomong-ngomong, aku sangat menyukai novel remaja yang isinya tentang percintaan masa SMA. Uhh... rasanya ingin sekali bertemu dengan cowo dingin lalu, tidak sengaja bertubrukan dengannya lalu.. lalu..
Brakkk
Yah.. yang ada aku malah jadi babu si cowo brengsek ini.
"Cepat ikut ke Kantin," ujarnya. Siapa lagi kalau bukan Futakuchi Kenji yang habis menggebrak mejaku.
Aku menggeleng. "Tidak mau, aku mau membaca novelku di Kelas."
Futakuchi merebut novelku.
"Kembalikan, bodoh!" ujarku kesal.
Ia mulai membukanya sambil mengangkat novelku tinggi-tinggi agar aku tidak bisa meraihnya. Funfact tinggiku hanya 160-an dan si Futakuchi sialan ini 180-an. Menyebalkan, bukan?
"Hmm.. jadi kau suka dengan lelaki yang dingin, ya?" ujarnya. Lalu, mengembalikan novelku.
"Tentu saja. Tidak mungkin, lah aku suka dengan lelaki brengsek sepertimu," balasku kesal.
Futakuchi tertawa. "Aku ini diperebutkan seantero sekolah, loh seharusnya kau bangga bisa menjadi babuku selama 3 hari. Kau bisa pergi bersamaku, makan bersamaku, belajar-"
"Berisik! Hanya orang bodoh saja yang mau jadi babumu," ujarku sarkas.
"Kau mau. Berarti kau bodoh, dong?" tanyanya mengejek.
SIALAN! SIALAN! SIALAN! Orang ini benar-benar menguji kesabaranku.
Aku tersenyum paksa. "Hei, baka Futakuchi, sampai ayam jantan bertelur-pun aku tidak akan mau jadi babumu!"
Aku terpaksa jadi babumu karena, kau mengancamku kemarin, tambahku dalam hati.
"Kalau jadi pacarku mau?" tanya Futakuchi sambil mengedipkan mata kanannya. Ih, geli.
"Dih, siapa juga yang mau jadi pacarmu? Kau bukan kriteriaku," balasku. Yakin nih, (name)?
"Subarashii! Ini pertama kali ada perempuan yang menolakku sekejam ini," ujarnya sambil tepuk tangan.
Aku tersenyum miring. "Kau memang pantas untuk ditolak, sih."
Futakuchi berdecih. "Cih."
Aku tertawa keras. Seru juga ya mengejeknya. Mungkin, aku harus sering-sering melakukannya.
"Sudahlah. Intinya, kau ikut aku ke Kantin sekarang," ujarnya lalu menarik tanganku keluar kelas.
Aku melepaskannya. "Sudah kubilang tidak mau!"
"Ingat, kau itu babuku! Kau harus menuruti semua perintahku, (name)," ujarnya penuh penekanan lalu, kembali menarik tanganku.
Aku menarik napas berat. Lalu, mengikutinya menuju Kantin dengan pasrah. Ingat, aku melakukan ini karena, takut dengan ancaman kemarin. Tidak mungkin kalau aku mengikutinya karena, mau menghabiskan waktu dengannya. Dih, ogah banget.
***
Sesampainya di Kantin, tentu saja kami menjadi pusat perhatian para murid pengangguran yang ada disana. Aku risih? Ya sudah pasti. Tapi, si Futakuchi ini benar-benar tidak peka.
"Hei, baka Futakuchi! Kita jadi pusat perhatian, lepaskan tanganku dan menjauhlah," ujarku.
Futakuchi menggeleng. "Tidak mau. Kau tetap denganku, jangan coba-coba untuk pergi."
Sesaat aku terkejut mendengar kata-katanya. "H-hah? Apa-apaan, sih?"
"Eh? Bukannya dia (surname) (name), ya?"
"Kenapa dia bergandengan tangan dengan Futakuchi-san?"
"Cih, dasar tidak tau malu!"
"Aku iri sekali, aku juga mau bergandengan tangan dengan Futakuchi-san."
Telingaku rasanya panas mendengar bisikan-bisikan orang yang berlalu-lalang di Kantin. Kenapa, sih mereka mudah sekali menyimpulkan padahal, tidak tahu kenyataannya? Kalau saja kesabaranku habis, sudah pasti akan ku lakban rapat-rapat mulut mereka.
"Cepat duduk disitu," Futakuchi menunjuk meja yang biasa ia gunakan.
"Aku ingin duduk sendiri saja," ujarku.
"Sudah kubilang bukan? Aku tidak suka dibantah," ujar Futakuchi.
Aku berdecak lalu terpaksa mengikutinya.
"Mau makan apa?" tanyanya setelah kami duduk.
Aku menggeleng. "Tidak mau. Melihat wajahmu aku jadi tidak selera."
Futakuchi menatapku kesal. "Sebagai ganti dari ucapan tidak ber-akhlakmu itu, kau harus membayar semua makananku."
"Hah? Aku tidak bawa uang banyak, tahu!" protesku.
Futakuchi mengangkat bahunya acuh. "Bukan urusanku. Cepat bayar ya, b a b u."
"Kusso!" umpatku pelan.
"Aku dengar, loh!" ujar Futakuchi.
Aku berdecak sebal. "Ya Tuhan, cepatlah berlalu 3 hari ini. Aku ingin segera pensiun dari menjadi babunya Futakuchi sialan ini."
Futakuchi tertawa singkat mendengar doa-ku itu lalu, menatapku dengan seringai yang terpatri di wajahnya. "Jangan harap bisa lepas dengan mudah!"
Aku-pun tersadar bahwa tidak semudah itu bisa lepas dari genggaman seorang Futakuchi Kenji ...
⭒ ☆ ━━━━━━━━━━━━━━━ ☆ ⭒
- TBC -
Hai semua! Maaf ya kalo part ini gaje atau apalah wkwk. Next part bakal aku publish minggu depan, ya karena, aku ada PAS. Buat kalian yang lagi PAS juga.. ganbatte! ^^ Perbanyak ibadah dan doa, ya! Okei, jangan lupa vote & commentnya. See u in next part!
⭒ ☆ ━━━━━━━━━━━━━━━ ☆ ⭒
KAMU SEDANG MEMBACA
Badboy | | Futakuchi Kenji X Readers
Fanfic[ COMPLETED | BELUM DIREVISI ] Kapten voli, populer, tampan, siapa lagi kalau bukan Futakuchi Kenji. Kalau kamu tidak mengenalnya, kamu patut di pertanyakan. Bagi para murid di SMA Datteko, dia adalah definisi dari sempurna. Kecuali, (Name). Bagi (...