17. How It Works

162 20 8
                                    

[Beberapa Tahun Yang Lalu]

Satu tahun setelah kematian tragis Sean Clarkson, semuanya seolah baik-baik saja. Casie dan Sara sepakat untuk tetap bersikap seolah tidak terjadi apapun, karena inilah yang sudah mereka rencanakan.

Dan hari ini, adalah hari dimana Casie dan Sara mulai melakukan langkah untuk selanjutnya. Tepat disaat Angelo Kuerch mencalonkan diri sebagai salah satu pejabat, Casie dan Sara akan merilis bukti-bukti yang sudah mereka kumpulkan.

"Hah, anaknya membunuh tapi dia tidak mau bertanggung jawab?"

"Yeah, itu berarti pasti orang tuanya juga tidak akan jauh berbeda, 'kan?"

"Mana sudi aku memilih pemimpin yang seperti itu."

Angelo Kuerch kalah dalam pemilu. Dan semua itu karena rilisnya video rekaman cctv di salah satu lorong rumah sakit. Lengkap dengan audionya.

Bisnis serta kekuasaan keluarga Kuerch hancur dalam sekejap. Dengan itu, Angel dipaksa untuk keluar dari kediaman Kuerch.

"Menyenangkan, ya."

Sara menoleh pada teman dekatnya, memandang bagaimana wajah Casie yang disinari oleh matahari lewat jendela tanpak bersinar. Dengan kedua maniknya yang berpendar penuh dengan kepuasan. Dan Sara sendiri tersenyum dengan puas.

Perlahan, rasa sakit hatinya mulai sedikit terobati. Dan Sara akan sangat berterimakasih selama hidupnya pada Casie. Ia mengerti benar bahwa dunia tidak akan selalu memihak pada kaum lemah sepertinya; yang tidak memiliki uang ataupun paras menonjol. Sedikit pintar saja tidak akan banyak membantu.

Begitulah itu semua bekerja.

"Lalu, sekarang saatnya aku membalas semua yang dia katakan pada kita, 'kan?"

"Hm." Sara berdehem pelan, senyum kecilnya tak kunjung lenyap. "Aku sudah memiliki beberapa informasi terbaru. Kau ingin melihatnya?"

" ... ah, begitu? Aku semakin tidak sabar." Casie terkekeh pelan, menggoyangkan gelas berisi wine di tangannya penuh pertimbangan. "Tapi dalam hal ini, kita harus bersabar, ya. Agar semuanya berjalan sesuai apa yang kita mau, 'kan, Sara?"

Murid-murid saat mereka masih di masa senior menyebut Casie sebagai sosok yang menyerupai matahari. Dan Sara sebagai bulan. Tapi bagi Sara, itu tidaklah masalah. Meskipun bulan tidak terlalu menonjol dan selalu saja kalah oleh matahari, bulan selalu memiliki caranya sendiri untuk membuat bumi tetap terang pada malam hari.

Itu saja sudah cukup bagi Sara. Menjadi matahari bukanlah tugasnya. Bersinar sangat terang bukanlah hal yang Sara inginkan. Karena Sara hanya ingin menjadi penyeimbang yang melengkapi kekurangan temannya.

Apapun untuk Casie.

"Yeah, kau benar. Kita hanya perlu bersabar dan mencari waktu yang tepat."

****

Casie, Sara, dan Angel berada dalam fakultas yang sama; manajemen bisnis. Dan baik Casie maupun Sara sangat tahu bahwa Angel lemah dalam mata pelajaran ekonomi.

Hal yang mengejutkan terjadi saat Angel dengan bangganya memamerkan nilai ulangannya yang sempurna. Tentu hal itu membuatnya menjadi sedikit lebih populer.

Tapi karena itu, banyak juga orang yang membencinya.

"Hah, paling juga jalang itu membuka lebar kakinya lagi."

"Lagi?"

Sara mengangkat salah satu alisnya saat mendengar pernyataan rekan satu ekstrakurikulirnya. Kafetaria terlihat penuh saat jam makan siang dan Casie mengatakan dia akan terlambat karena sedang di kamar mandi. Dari sudut matanya, tepat di meja yang berada di tengah, Angel dan teman-temannya duduk.

Suara mereka nyaring sekali hingga rasanya Sara ingin menutup telinganya atau pergi sekalian. Yah, itu yang ingin ia lakukan beberapa detik yang lalu jika saja topik menyenangkan tidak muncul.

"Iya," temannya mengangguk dengan wajah mual. "Walau cuman rumor, tapi aku juga sempat beberapa kali melihat mereka keluar dari kelas kosong."

Orang terakhir di kelompok kecil yang duduk di meja tersebut, Daniel, turut mengangguk. Ia berdecak disela tarikan nafasnya, "Aku bukan dari jurusan kalian, tapi aku dengan tentang itu. Apa, ya, soalnya si ratu gosip ada di kelas yang sama denganku."

"Oh, lihat! Tuan putri sudah datang."

Pekikan nyaring dari Angel menarik banyak perhatian. Termasuk Sara, Daniel, dan Rose.

Casie yang baru saja memasuki kafetarian tampak tenang seperti biasanya. Senyum samar terpatri pada wajahnya saat ia membalas tatapan Angel dengan dagu terangkat. Jelas sekali menunjukkan kekuasannya yang jauh lebih tinggi.

Terlebih saat beberapa mahasiswa dan mahasiswi mulai berbisik, memuji paras dan pembawaan diri Casie yang begitu percaya diri.

"Ya, aku sudah datang." Casie berhenti tepat di sebelah meja Angel. "Kau bilang aku tuan putri, 'kan? Jadi, kenapa kau tidak berlutut di depanku?"

Kemudian, Casie tertawa pelan. Begitu riang. Seolah hal yang dikatakannya barusan benar-benar lelucon. Casie melanjutkan, "Ah, ya. Budak sepertimu, seperti kalian, mana tahu tata krama."

Hampir seisi kafetaria tertawa setelah mendengar tersebut. Beberapa, yang tidak memiliki nyali besar, tertawa diam-diam. Takut-takut menjadi sasaran dari Angel Kuerch dan yang lainnya.

"Oi, kau habis melakukan seks, ya?" Daniel mendengus dengan seringai miring pada Casie. "Bahagia sekali."

Casie tersedak minumannya saat itu juga. Wajahnya memerah dan Sara juga Rose dengan panik menepuk punggung Casie. Membuat Daniel terbahak dari tempatnya duduk.

"Tidak!" Casie membantah secepat mungkin. "Yeah, aku memang sedang bahagia. Tapi, bukan karena seks. Aku ini masih virgin, tahu."

Sara mendekat ke arah Casie saat temannya tersenyum sinis. Ekspresi wajahnya jelas sekali terlihat berubah hanya dalam sepersekian detik. Rose bergidik melihat bagaimana temannya mampu merubah ekspresi wajahnya secepat itu.

Rose tidak pernah ingin menjadi musuh Casie dan Sara. Hal yang sama juga berada di pikiran Daniel.

Daniel tahu kedua temannya itu memiliki dendam pada Angel, begitu juga sebaliknya. Namun tetap saja rasanya mengerikan ketika sudah mendengar rencana-rencana yang dibuat oleh Casie dan Sara. Begitu detail dan hati-hati.

"Aku sudah mencurigai Angel selama dua bulan belakangan, nilai ekonominya selalu tinggi. Dan satu angkatan tahu nilai ekonomi tertinggi selalu didapatkan Sara, bukannya Angel yang bahkan selalu mendapat nilai paling rendah."

Casie mengernyitkan wajahnya dengan ekspresi jijik yang kentara. Ia bahkan menatap pasta di depannya seolah ia membenci pasta tersebut. Helaan nafasnya terdengar berat, namun saat Casie mengangkat kembali kepalanya untuk menatap teman-temannya, air mukanya kembali datar.

Seolah semua ekspresi tadi hanyalah sebuah ilusi.

"Tapi memang tidak mengejutkan, sih. Soalnya, seorang pelacur hanya tahu caranya membuka kaki dengan lebar dan menjual tubuhnya meski hanya untuk nilai, 'kan?"

Dengan itu, Casie mengeluarkan satu benda kecil; sebuah flashdisk. Satu sudut bibirnya terangkat dengan sinis saat ia melanjutkan perkataannya.

"Aku jadi tidak sabar ingin melihat wajah perempuan jalang itu saat tahu rahasia kecilnya terbongkar. Kira-kira, seperti apa, ya?"



tbc.

Kalian ada yang pernah nebak ga si kenapa Casie sebenci itu sama Angel sebelum dua chapter flashback ini?

Siapa yang ngira tokoh utama How To Forget You dan Own Me Again ini perempuan baik?

HA HA HA.

-Sincerly, Y.

Own Me Again |Harry Styles|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang