11. A Dinner

557 65 16
                                    

Casie mengusap sebulir air mata yang kembali turun. Sudah dua hari terlewati. Seharusnya Casie tidak merasa sedih apalagi sampai terpuruk, tapi kenapa ia harus menangis?

Dadanya sesak akan perasaan yang tak menentu. Pikirannya buyar dengan banyak hal.

"Seharusnya kau tidak mengikuti egomu, Casie," Louis mendengus sebal. "Lihat, kau sangat jelek sekarang. Seharusnya kau lihat kesungguhan Harry dan beri dia kesempatan," imbuhnya.

Casie menyusut hidungnya, ia menghela nafas panjang dengan kasar. Sedikitnya tidak terima dengan Louis yang mengatai dirinya jelek.

"Pertama, aku tidak ingin harga diriku dianggap rendah jika aku memberinya kesempatan dengan mudah. Kedua, aku masih benci saat mengingat dia lebih memilih jalang sialan tidak tau diri itu di banding dengan anakku. Ketiga, aku harus menyelesaikan urusan pentingku dulu. Pergilah," usir Casie dengan suara sedikit parau.

Mendengar suara Louis saat pagi hari hanya membuat suasana hatinya buruk. Meski begitu ia juga berterima kasih dengan saran yang diberikan Louis.

"Dasar tidak tau diri. Cepatlah kembali normal." Louis menutup pintu, setengah membanting.

Selama dua hari ini, Casie hanya berbaring di atas ranjang dan melupakan tugasnya untuk mengurus perusahaan. Ia secara mendadak meminta Louis untuk menggantikan dirinya. Pria itu menyetujui walau harus memaki beberapa kali.

Setengahnya, Casie bersyukur memiliki sepupu seperti Louis. Ia lebih memilih Louis dibanding Tim.

Suara notifikasi dari ponselnya membuat kening Casie mengernyit. Sebuah senyum lebar terpatri di wajahnya

From : Harry Styles

Bagaimana dengan makan malam? Kau tau, masih banyak yang harus dibicarakan sehabis kau menolakku.

••••

Harry menggigit bibir bawahnya menahan senyum lebar saat Casie membalas pesannya cukup cepat. Ajakannya diterima oleh Casie dan hal itu sudah cukup membuatnya senang. Jika saja masih berusia remaja, Harry mungkin akan menjerit senang seperti perempuan yang diajak kencan.

Harry berdehem, kembali dalam raut datarnya saat sekretaris memasuki ruangannya. Memberi dokumen-dokumen yang perlu ditandatangani. Setelah pintu kembali tertutup, senyumnya kembali merekah.

Layaknya idiot, Harry tertawa kecil. Melupakan penolakan yang ia alami semalam. Persetan. Casie mungkin terlalu mabuk semalam.

••••

Casie melangkahkan kakinya, berjalan memasuki restoran yang cukup ramai. Seorang pelayan datang dan menuntun menuju ruang private.

Mengingat mungkin akan terjadi percakapan serius yang tentunya mereka menghindari pihak lain mendengar pembicaraan nanti.

Pintu berkaca buram terbuka, pelayan telah pergi. Menyisakan Casie yang memasuki ruangan dan Harry yang menyambut. Ia melempar senyum kecil pada Harry.

"Senang melihatmu datang," ujar Harry. Tangannya bergerak menarik kursi dan Casie duduk dengan anggun.

Casie tak menyahut, hanya diam dan tersenyum. Rambut coklat yang dibiarkan terurai dengan jepit perak berbentuk bunga itu tampak mempercantik penampilannya. Harry tidak bisa menampik bahwa Casie adalah kelemahannya. Kecantikan dan semua keindahan yang ada pada Casie membuatnya terpukau.

Harry maupun Casie belum sempat berbincang kala beberapa orang pelayan masuk dan menyiapkan hidangan. Casie menunggu, begitupula Harry.

Casie orang yang mengikuti etika dalam makan, maka Harry akan menanti dengan setia. Sekalipun merasa gemas sendiri karena Casie makan begitu lama. Tak apa jika perbincangan nanti akan berakhir bagus, Harry jelas bahagia.

Bagaimana bisa kau seyakin itu?

Ah, tentu saja. Tidak ada yang perlu dicemaskan olehnya. Jika Casie menolak, ia akan berusaha kembali.

Bagaimanapun caranya, Harry akan membuat Casie kembali padanya. Harus!

"Harry!"

Tersentak kaget, ia mengerjap. Menatap Casie yang berwajah jengkel dengan mata memicing tajam.

"Maafkan aku," Harry mengulum senyum malu.

Casie mendecak pelan, "apa yang ingin kau bicarakan?"

"Semuanya."

"Apa maksudmu semuanya?"

"Oke, dengar dulu." Casie kembali berdecak mendengar penuturan Harry.

Bersumpah dalam hati jika pria tersebut berbicara omong kosong ia akan segera pergi.

"Semuanya adalah salah paham."

Casie terbelalak. Tangannya mengepal erat dengan mata yang semakin tajam. Sial, apa-apaan lagi ini?

Harry, I have a poem for you. Fuck you and all of your bullshit!

•••••

Hehehe, berapa lama nggak up? Lama banget ya, :'D

Makasih buat kalian yang masih menanti dengan sabar. Aku sayang kalian!

Own Me Again |Harry Styles|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang