16. How It Goes

162 21 5
                                    

[Beberapa Tahun Yang Lalu]

Libur musim panas sudah berlalu. Dalam sekolah elit dengan pendidikan terbaik di negara ini, Casie bagaikan seorang ratu. Tidak ada yang tidak mengenalnya, guru mau pun murid.

"Oh, selamat pagi, Casie!"

"Selamat pagi, Casie! Bagaimana liburanmu kemarin?"

"Iya, iya, aku dengar kau pergi ke Jerman bersama Sara?"

Casie tersenyum, melirik pada temannya, Sara, yang jelas sekali tidak diajak berbicara. Semua perhatian terpusat padanya, dan Sara tahu hal itu dengan jelas.

Maka, Sara sengaja mengatakan, "Casie, ayo. Kita ditunggu di ruang guru, 'kan?"

Dengan begitu, Casie mengangguk. Lantas memberi senyum serta ucapan singkat kepada teman-teman sekelasnya. Melambai kecil dan pergi bersama Sara.

Keduanya berjalan dalam diam yang menenangkan. Sesekali menyapa balik beberapa murid yang cukup berani untuk sekedar mengatakan sapa pada Casie. Mengabaikan Sara, seolah temannya tidak ada.

Bagaimanapun, Sara hanya orang yang beruntung. Begitulah yang orang-orang katakan, meski menurut Casie, ialah yang beruntung.

Sara tidak bermuka dua. Lebih senang mengatakan kejujuran meskipun akan menyakiti nantinya dibandingkan berbohong. Terlebih, Sara adalah orang yang rela bekerja keras demi impiannya.

Bagi Sara, tidak ada jalan pintas untuk mencapai tujuannya. Hal yang cukup berkebalikan dengan Casie.

"Aku tidak menyukaimu," kata Sara suatu hari, tepat satu minggu setelah ia diterima ke sekolah elit tersebut.

Alih-alih marah, Casie tersenyum lebar. Dengan ceria membalas, "Sara Clarkson, 'kan? Kalau begitu, beri aku dua minggu untuk mengubah pandanganmu padaku. Setelah itu, kalau kau setuju, jadi temanku, ya?"

Pertemanan mereka, seperti yang Casie katakan, bertahan lama.

Sara Clarkson, satu-satunya murid diangkatannya yang masuk melewati beasiswa. Terlahir dalam keluarga yang berbeda dari murid lainnya membuat Sara sedikit apatis. Terlebih menempati posisi sebagai satu-satunya orang yang Casie akui sebagai teman.

"Bagaimana dengan adikmu, apa ia sudah baik-baik saja?"

"Yeah," Sara menjawab dengan sedikit jeda. "Seperti perkiraan dokter Zoe, ia akan baik-baik saja sekarang. Hanya harus sedikit berhati-hati dengan jahitannya."

Hidup dalam keluarga yang kekurangan, ditambah adiknya yang saat itu sakit membuat Sara bekerja lebih keras. Nilai akademisnya sedikit turun, mengancam beasiswa yang dia miliki.

Casie yang melihat tersebut, memutuskan untuk menolongnya. Membawa adik dari Sara ke salah satu dokter ternama di Jerman. Meskipun menolak, Casie tetap bersikeras hingga akhirnya Sara setuju.

Casie dan Sara tidak berlibur. Tapi biarlah itu yang dipercayai oleh orang lain. Mereka tidak perlu tahu yang sebenarnya.

"Syukurlah, kalau begitu."

Sara tersenyum tipis, melirik pada temannya yang tampak lega. Senyum lebarnya tidak palsu, tidak seperti saat Casie harus berhadapan dengan murid lainnya.

Itu saja sudah cukup.

Tapi semua keindahan, terkadang tidak selamanya bertahan.

"Tidak mungkin .... "

Casie menatap Sara dengan iba. Mereka baru saja tiba di rumah sakit beberapa menit yang lalu. Menerima telpon yang mengatakan bahwa adik dari Sara terlibat kecelakaan.

Dan ia tewas di meja operasi.

Dalam keadaan panik, kedua orang tua Sara datang. Terlihat sekali hancur dan terkejut begitu menerima kabar bahwa putra mereka tewas.

Kemudian, dari sudut matanya, Casie mendapati sesuatu yang janggal. Di sana, dalam pandangan mata dokter itu ia mengetahuinya.

Sean Clarkson tidak tewas di atas meja operasi, melainkan tewas seketika.

"Siapa yang menabraknya?"

Casie menjauhkan diri dari keluarga Clarkson, mengintip dari sudut yang tersembunyi. Polisi serta dokter yang bertanggung jawab berada di salah satu lorong yang sepi.

"Angel Kuerch," si Polisi menjawab disertai helaan nafas. "Keluarganya membayar atasan kami ... aku merasa bersalah sekali."

Sang dokter jelas sekali terlihat stres, namun juga sedih. "Anak itu memiliki masa depan, tapi harus terpotong karena orang ceroboh yang memiliki uang. Dan aku, tidak punya kuasa apapun."

Angel Kuerch. Putri bungsu dari tiga bersaudara yang cukup terkenal dan lahir dari keluarga kaya baru. Casie benci orang seperti Angel Kuerch.

Casie tidak menyukai bagaimana orang yang baru saja memiliki sedikit harta bertindak seolah memiliki segalanya di dunia. Walaupun berada diusia yang sama, Casie mengerti jelas ia tidak akan bisa sukses tanpa berusaha.

Dan Angel Kuerch adalah segalanya kecuali bekerja keras.

Casie mengakui ia sering berbicara dengan tajam, tapi bukan berarti tanpa makna. Tidak seperti Angel Kuerch yang kerap kali menghina dirinya dan Sara di sekolah. Menyebarkan rumor aneh hingga akhirnya beberapa kali keduanya dipanggil ke ruang kepala sekolah untuk mengkonfirmasi.

Omong kosong yang Angel sebarkan tidak pernah membuat Casie pusing atau terganggu sedikitpun. Namun fakta bahwa perempuan sialan itu lepas dari tanggung jawab membuatnya kesal.

Casie ingin menghancurkan Angel Kuerch. Bahkan hingga perempuan itu sudah terkubur di dalam tanah.

"Oh, jadi begitu."

Casie menyela dengan dingin. Senyum hambar terpatri pada wajahnya yang cantik. Kedua orang tersebut tampak terkejut, segera saja memutar dan menatap langsung pada Casie.

Dengan perlahan, Casie berjalan mendekat. Tiap langkahnya seolah menjadi akhir bagi kedua pria malang di depan dirinya. Padahal jelas sekali bukan keduanya yang menjadi incaran.

"Bisa beritahu aku siapa orang-orang sialan yang dibayar itu?"

"A-apa yang kau bicarakan?" sang polisi tergagap dalam panik. Maniknya berlarian, tidak sanggup menatap pada perempuan di depannya. "Tolong jangan katakan ini pada yang lain atau nyawa kami akan terancam."

Casie mengangkat satu alisnya dengan mencemooh. "Entahlah, menurutmu saja apa?"

Mendengar itu, kedua pria di depannya saling melempar pandang. Menatap penuh hati-hati pada perempuan muda di depan mereka.

Pada akhirnya, sang dokter menghela nafas. Terlihat lelah namun juga penuh dengan harapan. "Direktur utama di rumah sakit kami menerima uang yang ditawarkan oleh keluarga Kuerch."

"Kepala polisi juga," sang Polisi menimpali, kali ini tanpa keraguan sama sekali.

"Apa kalian memiliki bukti atau saksi?"

Kembali saling melempar pandang, kedua pria tersebut lantas memberi anggukan. Membuat Casie menarik salah satu sudut bibirnya.

Casie akan dengan senang hati menghancurkan keluarga lintah tersebut. Tentu saja secara perlahan.

Karena Casie menyukai bagaimana proses berlangsung daripada hasilnya. Dan Casie tahu, Sara juga akan menyukai idenya.



tbc


Own Me Again |Harry Styles|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang