Meski sulit
Tetapi jujur pada diri sendiri itu lebih baik daripada apapun.Happy reading!
||
"Wajahmu murung sekali."Min Ho mengerutkan alis begitu telinganya menangkap suara seseorang di balik tubuhnya. Dia menoleh sebentar dan mendapati sosok Yoo Jin Woo—saudara sepupunya yang sedang mengambil kopi dan gelas di atas kabinet.
"Kau mengejutkanku, Jin Woo."
Jin Woo tertawa. "Mianhae. Kau kenapa? apa terjadi sesuatu padamu?"
"Tidak ada," kata Min Ho. Dia berbalik ke arah Jin Woo setelah air hangat di dalam gelasnya sudah penuh—kopi miliknya sudah jadi. "Aku baik-baik saja."
"Oh syukurlah. Kukira kau sedang ada masalah."
"Aniya."
Min Ho menyandarkan tubuh pada dinding di dekat dispenser selagi dia meminum kopi buatannya. Kopi ini tidak manis dan juga tidak pahit. Kopi kesukaannya. Dia terbiasa membuat kopi sendiri—karena tidak ada yang bisa membuat kopi dengan rasa yang pas seperti yang dia buat—maka dia membuatnya sendiri.
"Oh, omong-omong selamat untukmu dan istrimu! Aigooo kau benar-benar mencintai istrimu rupanya!"
Min Ho melepaskan gelas di bibirnya dan menatap Jin Woo dengan pandangan bertanya.
"Eiy. Akui saja, Hyung."
"Akui apa?"
"Kau mencintainya, 'kan?"
"Kau tahu jawabannya, Jin Woo." Min Ho berdecak pelan.
Jin Woo tertawa. Dia menghampiri dispenser dan memencetnya. "Kalau kau tidak mencintainya, bagaimana mungkin dia bisa mengandung lagi hm? bukankah itu sudah jelas bahwa kau cemburu pada Woo Yeong?" Ada kekehan kecil di akhir kalimat Jin Woo.
Min Ho mendengus. Dia benci diingatkan seperti ini.
"Aku sudah mengatakan padamu, aku tidak mencintainya. Soal kehamilan itu ... kami tidak sengaja."
"Oh jadi seperti itu. Tetapi, Hyung, bukankah ini terlalu kentara sekali kalau memang kau mencintainya?"
"Apanya?" Min Ho menatap jengkel kepada Jin Woo.
"Kau langsung menghamili istrimu setelah Woo Yeong mengatakan kalau dia tertarik padanya," kata Jin Woo polos.
Kopi yang dibuat laki-laki itu sudah jadi, dia memiringkan tubuhnya demi menatap Min Ho. Menatapi saudaranya yang menggeram dengan kesal.
Kau mencintainya, bodoh.
Tiga bulan yang lalu, saat perayaaan hari jadi pernikahannya yang ke-12 di gelar, Min Ho dan Gon mengadakan pesta di rumah mereka. Seperti biasa, mereka semua mengundang semua anggota keluarga. Tidak terkecuali Ko Woo Yeong. Anak dari tante Seo Yeon—adik papa Min Ho—yang tidak pernah akur dengannya pun diundang.
Saat itu, Woo Yeong secara terang-terangan mengatakan bahwa dia menyukai Gon. Dan mengeluh; "Ah, kenapa paman Lee tidak menjodohkannya denganku saja?"
Min Ho saat itu merasa tidak terima. Sejak kecil, mereka memang tidak pernah akur. Woo Yeong selalu berusaha merebut apa yang dia punya—mainan, uang, bahkan cinta pertama mereka pun sama. Ah, Min Ho jadi tambah membencinya jika seperti ini.
"Gon."
Gon melenguh pelan ketika merasakan tubuh bagian atasnya terasa geli sekaligus perih. Dia membuka mata dan terkejut begitu mendapati Min Ho berada di atas tubuhnya sedang menggigiti buah dada wanita itu.
"Apa yang kau lakukan, Min Ho?" Tangan Gon mejambak rambut hitam Min Ho, membuat laki-laki itu mendongak.
"Ayo."
"Ini terlalu malam untuk mengajakku bercinta."
"Ini baru jam 1."
Gon mendengus. "Aku belum suntik KB lagi. Kau harus pakai kontrasepsi."
"Tak masalah."
Tangan Min Ho meloloskan piyama bagian atas yang dipakai Gon dan membuangnya ke bawah. Sedangkan Gon mulai membuka kancing piyama Min Ho satu persatu.
"Jangan lupa pakai kontrasepsimu," tutur Gon memperingati.
Min Ho berdeham kemudian mencium bibir istrinya dengan lembut.
Persetan dengan kondom, batinnya.
"Aish. Sudahlah!" Min Ho mengibas-ngibaskan tangan ke arah Jin Woo dan bergegas pergi dari pantry.
Sepeninggal Min Ho, Jin Woo tersenyum layaknya orang tidak waras. Dia terkikik. Dia jelas melihat semburat merah hadir di pipi pria itu.
"Dasar bodoh."
||
"Sayang!"
Min Ho menghentikan gerak tangannya di atas keyboard ketika mendapati pintu ruangannya terbuka dan menemukan Hye Kyo berdiri di sana dengan setelan kantor andalannya.
"Ada apa kau kemari? kau tahu, ini di kantor." Ada sedikit perasaan kesal pada hati Min Ho ketika mendapati wanita itu di sana.
Bukan apa-apa, hanya saja, semua karyawan Min Ho mengetahui bahwa dia sangat mencintai istrinya. Apa yang akan mereka katakan jika melihat Hye Kyo berada dalam satu ruangan yang sama dengan Min Ho sekarang?
"Aku penasaran terhadap sesuatu," kata Hye Kyo. Dia berjalan mendekat ke arah Min Ho dan duduk di atas paha laki-laki itu. Tangannya menggulir layar ponsel dan memberikannya pada Min Ho. "Apa benar istrimu hamil kembali?"
Min Ho terdiam beberapa saat begitu dia membaca headline berita yang ditunjukan Hye Kyo.
Lee Min Ho dan Kim Go Eun menyambut anak ketiga mereka!
"Iya."
Setelah terdiam cukup lama, Min Ho menjawabnya.
"Oh, bagaimana bisa? bukankah tahun ini dia berumur 39?"
Min Ho melingkarkan tangan di pinggang Hye Kyo dan mengecup pipinya. "Entahlah. Tuhan memberikannya pada kami."
"Hum." Hye Kyo mengusap rambut Min Ho dengan lembut. "Kau tidak perlu khawatir, Sayang. Kalau seandainya terjadi sesuatu dengannya, aku yang akan menjadi ibu bagi anak itu."
Min Ho mendongak, dia hanya bisa memberikan senyum tipis pada wanita itu.
•••
Pereda emosinya sudah disiapkan?
Btw, mohon maaf ya kalau ada yang enggak nyaman sama adegan dewasanya. Ini pure cuma bumbu. Enggak ada maksud menjelek-jelekkan bapak maupun ibu. Aku sayang mereka hiks.
Jangan lupa vote the swoon, ok!
—nasi Padang lauk rendang—
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamuflase |LMH×KGE| ✓
FanfictionKa.muf.la.se /kamuflasê/ n; perubahan bentuk, rupa, sikap, warna, dan sebagainya menjadi lain agar tidak dikenali; penyamaran; pengelabuan. ©isengbangetaslian, 18 November 2020.