Perfect Seven

305 41 6
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Usia sekolah menengah pertama bukanlah usia yang mudah bagi para anak untuk berani memulai sesuatu. Baru keluar dari zona nyaman, menyadari ada begitu banyaknya orang dengan kepribadian dan pola pikir berbeda di luaran sana.

Hari itu adalah hari pertama sekolah setelah masa orientasi selesai. Sebagian usia dari mereka pun masih belum menyentuh angka genap selusin, jadi sulit rasanya untuk bersosialisasi. Saling berkenalan, memulai perbincangan, mencari teman sebangku.

Oh mungkin tidak untuk dua bocah lelaki dengan pakaian rapi itu. Namanya Gavin Kun Mahendra, dan Ten Liam Pamungkas. Atau biasa disebut Kun, dan Ten.

Mereka sudah saling mengenal. Selain karena relasi orang tua, Kun dan Ten juga sempat berada di kelas yang sama di sekolah dasar mereka dulu. Hanya satu tahun sih, karena Ten adalah siswa pindahan. Tapi mereka sempat berkenalan satu sama lain.

Itulah kenapa saat menyadari bahwa mereka berakhir di kelas yang sama di SMP, mereka pun memutuskan untuk menjadi teman sebangku. Padahal, berbincang saja belum pernah. Tidak tahu apakah pilihannya tepat atau tidak.

Mereka mulai berbincang dari hal-hal kecil, seperti kenapa orang-orang tidak berpakaian rapi. Atau siapakah sang pria jangkung yang berjalan sok keren itu? Siapakah pria pendiam yang tidak berpindah dari bangkunya di sudut ruangan itu? Siapakah yang begitu rajin membaca buku bahkan saat pelajaran belum dimulai itu? Siapakah si tukang rusuh yang mengajukan diri sebagai ketua kelas itu?

"Kun! Nama lo kun, kan?"

Kun menolehkan kepalanya ke sumber suara, kemudian mengangguk tanpa ragu. Ia sedang asik berbincang dengan Ten tadi, jadi kurang menaruh perhatian soal apa yang sedang dirundingkan seisi kelas.

"Lo yang jadi pemimpin upacara penutupan masa orientasi kemarin, kan?"

Lagi-lagi Kun mengangguk. Ia memang suka dengan kegiatan semacam itu. Baris-berbaris, disiplin, bersikap rapi dan tegap, memimpin komando. Menurutnya, sangat keren!

"Oke, kalau gitu lo aja yang jadi ketua kelas"

Yang ditunjuk mengangkat alisnya tinggi-tinggi, kurang mengerti kenapa dirinya tiba-tiba saja dinobatkan sebagai ketua kelas. Padahal kalau tidak salah dengar, sudah ada dua kandidat sebelumnya.

"Kenapa saya?"

"Kandidatnya Evan sama Hendery. Coba lo liat sendiri, baju mereka aja udah gak karuan. Pake gelang, gak pake dasi. Yang satu jadi omongan cewek kelas sebelah karena tukang gombal, yang satu lagi diketawain satu sekolah gara-gara stand up comedy pas orientasi kemarin. Menurut lo?"

Oke penjelasan yang sangat-sangat jelas. Kun tak heran. Hanya saja, kenapa dirinya di antara sekian banyak orang?

"Yang lain gak ada yang mau nyalonin? Itu yang diem dipojokan"

Vision! • WayVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang