🐱first kiss🐱

115 14 11
                                    

Hati-hati! Panjang dan klise🙃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hati-hati! Panjang dan klise🙃

***

Dari sekian banyaknya pemandangan indah yang wajib untuk dijepret di kota Bandung, Ten memilih gang sempit nan gelap sebagai lokasi pencarian objek fotonya. Entah karena ia ingin sesuatu yang berbeda, atau karena keisengan ditambah insting cerdik yang biasa pria itu andalkan.

Yang pasti, kemanapun kakinya membawanya, Ten selalu sedia menggenggam erat sang kamera kesayangan.

Lokasinya di pinggirian kota. Terlalu jauh kalau ia berjalan kaki dari sekolah, tapi juga jarak yang tanggung untuk ditempuh dengan kendaraan roda empat.

Karena pada dasarnya ia kurang suka mengemudi motor, pada akhirnya Ten hanya mengandalkan kedua kaki sebagai alternatif transportasi. Anggap saja olahraga kecil, meski Ten tidak mau repot-repot berkeringat dan membuat aroma tubuhnya tidak enak dicium.

Ten kurang familiar dengan nama jalan, tapi salah satu gang dari sekian gang yang ada di daerah situ sangat-sangat menarik perhatiannya. Lensa kamera pun ia arahkan pada benda-benda antik yang menghiasi tiap sudut jalan.

Mulai dari lentera di ujung atap rumah, kotak pos tua dan berkarat, hingga anak-anak anjing putih yang berlarian di sekitar induknya yang terikat. Sungguh, Ten adalah pria yang suka suasana kuno semacam ini.

Katakan ia adalah pria dari keluarga yang tergolong kaya, bahkan parkiran mobil dan motor di rumahnya tak pernah kosong. Tapi disamping itu, sebetulnya Ten orang yang cukup sederhana.

Ia sudah terbiasa memakan daging steak yang satu porsinya mengocek harga hingga ratusan ribu, biasa juga dengan minuman anggur yang ayahnya beli di Itali. Tapi sesuatu yang lebih sering memanjakan lidahnya adalah santapan dari warung-warung pinggiran. Entah itu baso, nasi kuning, hingga mie godok.

Tidak banyak orang yang menilainya seperti itu. Tapi tak apa, ia tidak hidup berdasarkan ucapan orang lain. Ia adalah dirinya sendiri, Ten Liam Pamungkas.

Terlalu asik mengarahkan lensa kamera kemana-mana, pria itu bahkan tidak sadar bahwa langit sudah menggelap. Awan hitam yang bertengger manis di atas kepalanya bahkan siap melebur menjadi sesuatu yang tak Ten harapkan keberadaannya hari ini.

Jadi, ketika matanya menangkap salah satu kedai mie yang nampaknya sedang ramai pengunjung, ia berlari kesana juga. Berteduh di bagian depan kedai yang masih tertutupi kanopi, kemudian memasukkan kamera ke tempat terdalam yang tidak dapat disentuh oleh rembesan air sedikitpun.

"Terimakasih, silakan datang kembali! Ah, ya? Satu porsi mie godok sama satu porsi mie kuah jahe, ya? Boleh ditunggu sebentar, ya!"

Suara yang berteriak nyaring menanggapi setiap sahutan para pengunjung berhasil menarik perhatian Ten. Pria itu menoleh ke dalam kedai melalui kaca, mencari-cari sosok yang suaranya terasa tak asing bagi seorang Ten.

Vision! • WayVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang