🐱first met🐱

153 27 6
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Sejak pertama kali pembagian kelas, Ten selalu mengutuki siapapun yang bertugas menentukan kelas para siswa. Terutama yang telah membuat dirinya berada di kelas terpisah dengan kawanan semasa SMPnya yang lain. Sendirian.

Alhasil, dirinya harus berakhir sendirian di tengah keramaian kantin karena kebetulan kelasnya selesai lebih duru daripada kelas lain. Teman lain yang sekelas? Ada, tapi sudah menjadi budaya bagi ia dan keenam kawannya itu untuk berkumpul di kantin dan makan bersama.

Ah, kecuali Xiaojun.

Ten juga masih merasa bersalah soal itu, tapi bagaimana lagi. Ada lebih banyak orang yang harus ia lindungi daripada susah payah mempertahankan satu orang.

Inginnya juga berdamai dengan keadaan dan menjalin persahabatan dengan Xiaojun hingga saat ini. Tapi kalau Xiaojun sendiri merasa tidak nyaman, Ten tidak bisa memaksa.

Mengambil duduk di sudut kantin, kening Ten mengerut heran ketika mendapati buku sketsa di atas meja. Ia kira mungkin sudah ada yang menempati, tapi sepertinya tidak ada.

Kesimpulannya, buku itu milik seseorang yang tak sengaja tertinggal.

Jari-jari tangan pria itu bergerak perlahan, mengambil buku sketsa kemudian membuka tiap halaman hati-hati. Ia juga suka menggambar, jadi setidaknya ia tahu bahwa buku itu cukup berharga.

Di halaman pertama, tertulis dengan kaligrafi cantik yang Ten duga adalah nama sang pemilik. Iris, diikuti dengan gambaran bunga Iris biru dan bulan purnama sebagai latarnya. Halaman selanjutnya menjadi tempat bagi Ten tidak berhenti menyanjung.

Ada banyak gambar menyangkut anatomi manusia yang dibuat

Gambar-gambar itu indah, Ten bahkan mengakuinya. Siapapun yang bernama Iris ini pasti pandai seni. Dan Ten akan senang untuk berbagi karena ia juga salah satunya.

"Oi! Kok nggak baca chat gue sih? Sekarang kan antriannya panjang, coba kalau tadi"

Sahut Hendery kemudian memgambil duduk di seberang bangku Ten. Ten tebak, pasti Hendery menyuruhnya untuk memesankan makanan karena antrean tadi belum terlalu panjang.

Cih, untung dirinya tidak membuka ponsel. Enak saja menyuruhnya mengantre. Ten bukan seorang pesuruh.

"Tadi sama sekarang sama aja. Soalnya gue juga gak mau ngantrein makanan lo"

Hendery memasang wajah meledek, kemudian mengaduk bumbu batagor di mangkuknya supaya merata. Sementara melihat Hendery dan Lucas yang sudah siap dengan santapannya, Ten mendengus ketika nasi katsu pesanannya tak kunjung datang.

"Lo pesen ap-Ten!"

Ten menoleh ke sumber suara, Hendery, kemudian menoleh ke arah lain ketika pria di hadapannya mengirimkan isyarat.

Dari situlah pandangannya bertemu dengan sosok gadis cantik dengan rambut sedikit di bawah bahu, menatap datar ke arahnya. Tunggu, ke arahnya? Sejak kapan ia mengenal gadis cantik di hadapannya ini? Ten sendiri tak ingat.

Vision! • WayVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang