Hey disini siapa yang memimpikan menjadi seorang wakil presiden BEM, perlu kalian ketahui, jadi staf aja sibuk apalagi jadi Wapres dan sudah 3 hari ini Alin menginap di kampus demi proker yang terbilang besar, PKKMB-nama baru dari ospek.
Alin memejamkan matanya, hari ini adalah hari pertama PKKMB. Semua persiapan sudah dilakukan, bahkan briefing sudah selesai setengah jam lalu. Tapi ia merasa ada yang salah, apa yang telah ia lewatkan?
"Lin, hari ini Radit tiba-tiba engga bisa dateng. Lo disuruh kasih sambutan wakilin dia."
"Kok engga ngabarin gue?" Kata Alin terkejut, Radit selaku PresBEM tiba-tiba tidak datang ini sudah menjadi bahan evaluasi panitia. Padahal ia ingin pulang lebih awal nanti, ia sudah ingin rebahan di kasur dengan pelukan dari suaminya.
"Dia udah hubungin Lo dari kemarin tapi Lo engga angkat telfon dia katanya." Kata Fadhel, salah satu panitia PKKMB.
Alin mengambil ponselnya di kantong jaketnya. Mati. Pantas saja hari ini ponselnya tidak bergetar tiap tiga jam sekali. Siapa lagi kalau bukan ulah Arga, suami dua bulannya. Memikirkan Arga membuat emosi yang tadi sempat memuncak menjadi berbunga-bunga.
"Jam 7 kan sambutannya?" Tanya Alin memastikan, kali saja tiba-tiba ada hal di luar rundown yang tiba-tiba mengubah rundown awal.
"Iya, Lo langsung standby aja di belakang panggung sekarang, bentar lagi sambutan, gue cariin Lo dari tadi ternyata malah di sini tiduran."
Biasanya gue juga di sini kali Dhel, Lo aja yang melipir ke kantin dulu.
"Kok Lo tau?"
"Tuh ada kangkung di gigi Lo!"
"Anjir! Kenapa engga dari tadi bilangnya Alin!"
Alin mengabaikan protesan Fadhel, matanya menangkap ratusan mahasiswa baru di fakultasnya Ia tersenyum ketika melihat barisan jurusan ekonomi, adik tingkatnya secara langsung.
Ia sedikit nostalgia dengan melihat mereka, canda tawa mereka, lalu bentakan senior yang sebenarnya sudah di setting sedemikian rupa lalu ada yang berfoto ria karena memakai almamater kampus seolah mereka mengatakan kalau itu adalah kebanggaan mereka.
Ia mempercepat langkahnya menuju backstage karena dipanggil oleh Fadhel, tapi tunggu, langkah Alin sontak terhenti saat melihat siluet yang selama ini menemani tidurnya dikala malam.
"Alin, buruan!"
"Eh iya iya!"
Ada yang bisa menjelaskan?
KENAPA SUAMINYA BISA DIANTARA RATUSAN MABA!
!!!!
"Arga!"
Arga tersenyum saat melihat 2 orang perempuan mendekatinya. Derita orang tampan, baru sehari PKKMB langsung dapet fans. Ya Arga sih engga masalah tapi pawangnya bisa marah kalau ia dekat-dekat dengan perempuan lain.
"Ini kue buat kamu."
Arga menahan tawanya saat melihat wajah malu-malu dari gadis di depannya, tangan gadis itu gemetar seolah Arga adalah orang yang menakutkan.
"Terima aja, jangan diliatin terus temen gue." Ujar ketus gadis yang bersama si pemberi kue.
Arga tersenyum manis, tangannya ia masukkan ke kantong jas almamater, "Makasih tapi istri gue lagi jalan kesini nganterin nasi. Gue takutnya kalo nerima kue dari Lo malah jadi mubazir."
Kedua gadis itu terkejut mendengarkan jawaban Arga. "Engga usah ngayal deh Lo, kalo mau nolak bilang aja, engga usah ngaku punya istri juga kalik! Keterlaluan banget si Lo."
Arga menggendikkan bahunya, ia tidak terlalu peduli juga kalau perlakuannya keterlaluan pada perempuan di depannya yang ia pedulikan bagaimana cara menjaga perasaan Alin, dan menolak makanan dari perempuan lain adalah caranya menjaga perasaan sang istri.
"Arga!"
Alin dengan plastik kresek ditangannya berjalan mendekati Arga yang kini tersenyum menyambut Alin.
"Hi sayang!" Sapa Arga saat Alin sudah di sampingnya.
"Ga usah bilang sayang deh, aku butuh penjelasan kamu." Ucap Alin datar, tak ada ekspresi bahagia dari Alin saat bertemu dengan suaminya, padahal mereka sudah LDR selama tiga hari.
"Apalagi yang kurang jelas sih? Status kita?"
Alin berdecak kesal, "Engga usah bercanda deh, kamu tahu apa yang aku maksud."
"Oh iya kamu engga cari tanda tangan kating?" Tanya Alin sambil menatap sinis gadis yang masih menyodorkan kue ke suami tampannya. Jangan kira ia tidak tau kalau gadis ini memberikan kue untuk sang suami. Apa Alin cemburu? Ya iyalah! Alin kan sudah merasakan cinta, dan itu berkat Arga yang selalu membuat hidupnya lebih berwarna.
"Eh iya kak, ini baru mau lanjut. Arga, ayok kita lanjut cari tanda tangan kating."
"Temen kamu?" Tanya Alin ke Arga.
"Kenal aja engga." Jawab Arga datar, ia sebal karena waktunya dengan Alin diganggu oleh dua orang itu.
"Temen gue pacarnya Arga."
Sontak Alin menatap kedua gadis itu tajam, ia melihat name tag yang terpasang nama mereka.
"Gea, Lo yang katanya pacar Arga?"
Gea berjalan mundur saat Alin melangkah mendekatinya. "Heh jangan apa-apain temen gue! Jangan karena Lo kating jadi Lo sok berkuasa!"
"Lo! Mawar, bukan masalah gue kating atau punya kuasa di kampus ini, tapi sekali lagi Lo ngomong kasar ke gue siap-siap saja nanti buat dapet balesan."
"Emang Lo siapa?" Tanya mawar sinis.
"Gue istrinya Arga! Makanya jangan macem-macem sama Arga." Jawab Alin dengan penuh penekanan.
"Maaf ganggu waktu berantem kalian tapi gue cuma mau bilang, gue emang udah nikah sama Alin dan gue engga ada niatan sekalipun buat main mata. Kali ini gue maafin tapi kalau sekali lagi gue denger kalian bohong tentang gue ke Alin maaf aja gue engga bakal tinggal diam." Ucap Arga dengan datar.
"Belagu banget sih Lo jadi orang! Ayo Ghe kita pergi!"
Arga menghela nafas, ini baru hari pertama loh, engga kebayang hari berikutnya kaya gimana. Alin melihat jam tangannya sejenak, "Nih nasi lauknya udang asam manis, habisin! Nanti di rumah jelasin semuanya."
"Thank you, Honey!" Kata Arga sambil menerima plastik kresek dari Alin dengan senyuman.
"Ya sama-sama."
Berdoa saja agar pasangan ini selalu baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berondong Tajir [END]
Novela Juvenil"Arga mau nikah ma", kalimat itu meluncur dengan lancar di depan sang mama. "Kakak engga beneran hamilin anak orang kan?" tanya Aruna ragu "Kata mama kalau nemu yang arga suka langsung ajak nikah aja" Tapi kan Arga baru 18 tahun.... (Revisi dipubl...