9 (Penyesalan Rangga)

25.5K 1.4K 36
                                    

🅱️🅱️🅱️

Alea mengekori Arkan yang berjalan masuk ke dalam rumah tersebut. Ia tak menyangka jika Arkan punya tempat tinggal seluas itu.

"Lo mau ikut ke atas atau tunggu di sini?" tanya Arkan saat mereka sudah tiba di ruang tamu.

"Emangnya gue boleh ikut ke dalam?"

"Ya boleh lah."

Arkan kemudian menarik pergelangan tangan Alea dan menggenggamnya erat. Sontak Alea memekik kaget lantaran cowok itu menarik tanpa persetujuan darinya. Keduanya memasuki kamar Arkan yang luas dan bercorak putih polos. Alea beranjak menuju ranjang putih besar dan duduk di atasnya. Sedangkan Arkan menyambar koper dan sibuk menyimpan semua pakaiannya ke dalam sana.

Manik Alea mulai mengitari setiap sudut kamar.

"Lo serius ninggalin rumah segede gini, tapi gak ditempatin? ‘Kan sayang."

"Kalo lo mau kita bisa tinggal di sini. Papa juga jarang pulang ke rumah ini karena sering ke luar kota.”

Alea menimang-nimang sejenak.
Namun bayangan-bayangan aneh jika dia hanya tinggal berdua dengan Arkan membuat gadis itu seketika bergidik
ngeri.

"Emm , gak jadi, deh. Nanti lo
macem-macemin gue lagi."

"Kenapa lo takut gue macem-macemin? Bukannya udah sah, ya? Gue bebas dong mau ngapain aja. Gak bakal ada yang marah," sahut Arkan, kemudian melempar tersenyum smirk ke arah Alea.

"Coba aja kalo lo berani," tantang Alea.

Arkan pun menjadi terpancing karena ucapan Alea yang seolah menantangnya. Padahal sebenarnya ia
tak serius dengan ucapannya tadi. Ia
hanya sekedar ingin bercanda.
Perlahan, Arkan bangkit dan mendekati Alea yang duduk di atas ranjang.

"Lo mau gue buktiin sekarang?"

Arkan mendekatkan wajahnya ke arah Alea hingga jarak mereka hanya bersisa sejengkal saja. Alea dengan
spontan langsung menutup mulutnya
dengan telapak tangannya, sekadar jaga-jaga jika Arkan akan kembali
nekat menciumnya lagi.Namun ternyata dugaan Alea salah, Arkan tidak menciumnya. Laki-laki itu yang sudah resmi menjadi suaminya itu hanya menatap lamat sepasang iris gelap milik Alea.

🅱️🅱️🅱️

Alea baru saja keluar dari dalam kamar dan tampak sudah berbalut rapi dengan seragam sekolahnya. Ketika
hendak berlalu, Alea melirik sekilas
ke arah kamar Arkan yang pintu kamarnya sedikit terbuka. Dan
memperlihatkan Arkan yang tengah
memakai atasan seragam sekolahnya.

"Ni mata gue kenapa sih, gak nahan banget ngeliat yang mulus begitu?" rutuk Alea yang lagi-lagi menangkap basah seorang Arkan yang bertelanjang dada. Sebelum pikirannya merambat ke mana-mana, Alea langsung bergegas menuruni anak tangga dan menuju ruang makan.Baru menginjakkan kaki di ruang makan, suara Salma adalah hal pertama
yang Alea dengar.

"Loh, hari ini kamu udah sekolah lagi? Kan izinnya 1 hari lagi,"

Alea melabuhkan bokongnya di
kursi.

“Iya, Ma. Bosen juga kalau di rumah terus.”

Selang beberapa menit kemudian, Arkan mulai menampakkan batang
hidungnya. Dari gelagatnya, laki-laki
itu terlihat terburu-buru.

"Kenapa, Ar? Kok buru-buru gitu?" tanya Salma.

"Iya, Ma. Soalnya ada tugas yang harus dikumpul pagi ini juga.”

Nikah SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang