13 (Kemarahan Arkan)

31.6K 1.2K 17
                                    

🅱️🅱️🅱️

Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Hawa dingin semakin menusuk permukaan kulit. Arkan memindahkan gitar yang berada di pangkuannya ke
samping. Lalu menoleh ke arah Alea
yang sudah tertidur dengan posisi
menyender di bahunya.
Arkan tersenyum tipis kala melihat Alea yang tampak nyaman tertidur di bahunya meskipun dalam keadaan dingin. Arkan bangkit, lantas menggendong Alea ala bridal style ke
dalam rumah.
Salma tersenyum ke arah Arkan yang sedang menggendong tubuh
putrinya. "Alea-nya ketiduran, ya?"

"Iya, Ma. Kasihan, kayanya tidurnya nyenyak banget.”

"Ya udah, pindahin aja ke dalam.”

"Iya, Ma.”

Arkan mengangguk dan membopong
Alea menuju kamar. Sesampainya di
kamar, Arkan meletakkan tubuh Alea di atas ranjang dengan hati-hati, kemudian menyelimutinya sampai batas dada.

"Selamat tidur, Alea. Semoga besok dan seterusnya lo bakal sadar kalau lo berarti banget di hidup gue," bisik Arka, lalu mengecup kening Alea dan beranjak pergi dari sana.

🅱️🅱️🅱️

Mentari pagi telah menyingsing.
Alea menggeliat kala terbangun dari
tidurnya. Entah kenapa, ia merasa
tidurnya lebih nyenyak dari biasanya.
Alea merasakan ada kehangatan yang
menemani tidurnya sepanjang malam
ini.
Alea menyingkap selimut dan melihat pantulan dirinya di cermin meja rias. Iris pekat itu melotot kaget ketika mendapati jaket milik Arkan masih menempel di badannya sejak semalaman.
Alea dengan sigap melepaskannya. Namun seketika itu juga, aroma parfum maskulin khas Arkan langsung merasuki indra penciuman Alea. Entah sadar atau tidak sadar, spontan Alea langsung mendekatkan jaket Arkan ke hidungnya dan menghirup bau khas itu dalam-dalam.

"Jaketnya wangi banget, dia pakai parfum apaan, sih?" tanya Alea pada dirinya sendiri.

Alea pun meletakkan jaket itu kedalam keranjang kotor dan berniat akan meminta Bi Lila untuk mencucinya
nanti. Setelah itu, ia berjalan masuk ke dalam kamar mandi dan segera bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.
Selesai dengan urusan bersiap-siap, Alea keluar dari dalam kamar menuju ruang makan untuk mengambil jatah sarapan paginya. Mereka sarapan diselingi obrolan kecil, sesekali Alea juga ikut tertawa kala mendapati hal lucu di obrolan ringan itu. Dan tanpa gadis itu sadari, Arkan terpaku padanya. Bagi Arkan, Alea terlihat lebih cantik saat tertawa tanpa beban seperti sekarang ini.

"Oh iya, ada yang mau Papa omongin ke kalian," ucap Darrel.

"Kenapa, Pa?" sahut Alea.

"Untuk beberapa hari kedepan, Papa akan berangkat ke luar kota untuk urusan bisnis sama Mama. Jadi Papa harap kalian bisa akur selama kami tidak berada di rumah. Urusan rumah sudah kami serahkan seluruhnya pada Bi Lila, jadi kamu dan Arkan tidak perlu repot-repot lagi," jelas Darrel.

"Jadi Arkan, Mama harap kamu jagain Alea dengan baik," tambah Salma.
Arkan melirik Alea. Sedangkan yang dilirik nampak acuh. "Iya, Ma. Arkan pasti jagain Alea.”

"Mama sama Papa kapan berangkatnya?" tanya Alea.

"Mungkin siang ini.”

Alea manggut-manggut.

🅱️🅱️🅱️

Setelah berpamitan, Alea dan Arkan berjalan beriringan keluar. Sontak Alea yang berjalan lebih dulu, mendorong tubuh jangkung Arkan agar kembali masuk ke dalam. Lantas memerintahkan suaminya itu untuk
bersembunyi.

Nikah SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang