10 (Masa Depan Arkan)

24.3K 1.4K 23
                                    

🅱️🅱️🅱️

Alea baru saja tiba di rumah dengan diantar oleh Rangga—laki-laki yang sepertinya sedang berusaha mencari perhatian Alea lagi. Gadis itu kemudian melepas helm di kepalanya dan menyerahkannya pada Rangga.

"Thanks, Ga. Udah nganterin gue.”

"Apa sih yang nggak buat lo.”
Kemudian Rangga menarik senyum
manis, hingga Alea segera mengalihkan wajahnya. Senyum Rangga berhasil membuat pipinya merah padam bak orang terserang demam.

"Gue langsung balik, ya. Soalnya gue masih ada urusan," pamit Rangga.

"Oh, ya udah kalau gitu.”

"Gue cabut dulu, ya. Bye ….”
Kemudian Rangga menyalakan mesin
motornya.

"Hati-hati!" pesan Alea. Rangga mengangguk. Lalu melajukan motornya, memecah jalan raya, sedangkan Alea masih setia di posisinya seraya memandang punggung Rangga yang makin menjauh tertelan jarak. Tak lama setelahnya, Alea berjalan memasuki pekarangan rumah. Baru saja ia membuka pintu rumah, Salma sudah lebih dulu menyambut kedatangannya sembari bersedekap dada.

"Kamu balik sama siapa tadi?" tanya Salma.

"Mama apaan, sih? Buat kaget aja,” cebik Alea.

"Jawab Alea!"

"Sama Rangga," jawab Alea, to the point.

"Cowok, apa cewek?"

"Cowok lah, Ma."

"Arkan tahu kamu pulang bareng sama dia?" tanya Salma, semakin beruntun.
Alea menggeleng pelan.

"Buat apa juga dia harus tahu, ini hidup aku.”

"Kamu tahu? Yang kamu lakukan
itu salah Alea. Sekarang status kamu
udah berubah, kamu udah jadi istri
sekarang dan sudah seharusnya kamu
menjaga sikap kamu, bukannya malah
berduaan dengan laki-laki lain!"

"Rangga cuman temen aku, Ma.”

"Iya temen, tapi kamu demen ‘kan sama dia? Mama bisa tahu dari cara
kamu nyebut namanya, kamu gak bisa
bohongin Mama, Alea," tekan Salma. Alea mendengus kesal mendengar, selanjutnya ia memilih pergi
ketimbang terus meladeni omelan Salma yang taka da habisnya.

"Tau, ah. Aku capek, mau istirahat aja di kamar.”

"Alea! Mama belum selesai ngomong ini!”

"Ngomongnya dilanjut nanti aja, Ma. Aku mau istirahat. Bye, Mamaku sayang!" sahut Alea, kemudian
beranjak menaiki tangga menuju
kamarnya. Salma menghela nafasnya lelah. Lantas memijat pangkal hidungnya yang terasa nyeri.

"Jangan sampai kamu menyesal nantinya, Alea.”

🅱️🅱️🅱️

Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Alea terbangun dari tidurnya karena merasa cacing perutnya merengek, meminta diberi asupan makanan.
Ia baru ingat jika sepulang sekolah tadi ia belum makan siang. Alea pun memutuskan untuk keluar dari kamarnya, lalu turun menuju ruang
makan.

"Mama kok gak bangunin aku, sih?" protes Alea saat mendapati Mamanya sedang menyiapkan bahan masakan untuk makan malam bersama Bi Lila.

"Gak bangunin? Mama udah bangunin kamu dari tadi. Kamunya aja yang kebo.”

"Aku laper, Ma. Ada makanan gak, sih?"

Salma lalu menunjuk kulkas dengan dagu, sebab tangannya masih sibuk mempersiapkan makanan untuk
makan malam.

"Tuh lihat di kulkas."

Alea berjalan gontai, membuka kulkas dan mengeluarkan berbagai macam makanan ringan—kue dan beberapa
minuman kaleng. Alea menaruh semuanya dipangkuan dan membawanya menuju ruang tamu. Ia bermaksud akan menikmati semua makanannya sembari menonton televisi. Sesampainya di ruang tamu, Alea mendapati Arkan tengah asyik dengan ponselnya. Sepertinya cowok itu sibuk bermain game online.

Nikah SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang