2.2K 267 9
                                    

Budayakan Vote & Comment

Sorry for typo

©Park_213

[191020]

Present...
.
.
.
.
.
🐯🐥🐰
.
.
.
.
.

“Ini rumahmu? Apa orangtuamu ada di dalam?” tanya Jimin seraya menyapukan pandangannya ke halaman. Rumah besar bagai istana dengan desain modern. Dindingnya dicat warna putih tulang. Jendela-jendela kaca yang cukup besar menghiasi bagian depan rumah. Gorden berwarna merah maroon terlihat dari halaman depan. Tanaman hias berbagai jenis menghiasi halaman itu. Jimin menghampiri jajaran bunga mawar berwarna biru yang bermekaran. Sangat indah dan cantik. Sambil tersenyum, Jimin menyentuhkan tangannya pada bunga itu.

“Tidak. Mereka tidak tinggal disini” jawab Jungkook, ia mengeluarkan kunci dari dalam saku celananya, memasukkan benda itu ke lubang kunci kemudian memutar kenopnya ringan.

“Orangtuaku tinggal di Busan. Ini rumah milik hyung ku, tapi dia jarang kemari sejak menikah tiga tahun yang lalu” lanjutnya. Pria itu melangkah masuk. Jungkook terbatuk kecil ketika merasakan pengapnya udara yang bercampur dengan debu.

“Ngomong-ngomong, kau tidak takut?” tanya Jungkook setelah meletakkan ranselnya di sofa lalu berjalan ke arah jendela. Dia membuka kaca sekaligus gordennya dan seketika udara segar memenuhi ruangan.

Jimin memiringkan kepalanya, menatap Jungkook tidak mengerti.

“Apa maksudmu?” tanyanya. Tanpa menunggu dipersilahkan, Jimin sudah menjatuhkan tubuhnya di sofa depan TV.

Jungkook menghirup udara dalam-dalam. Pengap berangsur-angsur menghilang. Ia berjalan ke dapur, membuka kulkas kemudian menghela nafas panjang saat menyadari hanya ada air putih di dalam benda itu. Jungkook mengeluarkan satu botol, menenggak isinya sampai habis langsung tanpa gelas. Sepertinya hyung nya tidak menyuruh orang yang ditugasi menjaga rumahnya untuk mengisi kulkas dengan makanan. Orang itu juga tidak membersihkan rumah dengan baik.

“Kau sedang bersama dengan orang yang tidak kau kenal. Apa kau tidak takut aku akan melakukan sesuatu padamu?” ulang Jungkook setelah keluar dari dapur. Dia memainkan mata dan bibirnya, bermaksud untuk menakuti Jimin.

Jimin berdecak. “Jangan bertingkah yang tidak-tidak atau Taehyung akan menghabisimu nanti! Lagipula kita ini sesama pria, apa yang harus kutakutkan?” ucapnya acuh.

“Apa? Kau kira aku takut dengan alien itu?” sergah Jungkook enteng.

Ia memamerkan seringai iblisnya lagi, lalu bergerak mendekati Jimin dan duduk di sampingnya. Dengan santai ia melingkarkan lengannya di pundak Jimin.

“Sesama pria ya?”

“Hei! Hei! Apa yang kau lakukan? Menjauh dariku!!” pekik Jimin. Wajahnya terasa sangat panas ketika nafas Jungkook berembus di sisi wajahnya. Degupan jantungnya berantakan dan darahnya berdesir cepat. Oh! Demi Tuhan, kenapa pria itu bersikap seenaknya sendiri seperti ini?

“Astaga, Park Jimin-ssi! Wajahmu memerah seperti kepiting rebus!” seru Jungkook, kemudian tertawa keras setelah melepaskan Jimin. Pemuda mungil itu menghadiahinya dengan lemparan bantal sofa. Jungkook berhenti tertawa lalu berdehem. “Kau membuatku sangat terhibur. Sepertinya Taehyung hyung benar bahwa aku akan sangat senang bisa berkenalan denganmu. Tapi…….kau itu sama sekali bukan tipeku jadi tenang saja, aku tidak akan melakukan sesuatu yang buruk seperti menciummu kecuali kau yang memintanya. Hahahaha!”

Jimin mendengus semakin kesal. Tapi dia juga masih bisa mendengar bunyi jantungnya sendiri dan Jimin baru tahu jika Jungkook memiliki dua gigi kelinci yang sangat imut, ia sempat tertegun melihatnya. Dan ini benar-benar sangat konyol!

🐥

Jimin nyaris melompat girang saat dia berhasil mengalahkan Jungkook. Pemuda mungil itu memekik keras, lalu mengejek pria yang duduk di sebelahnya. Jungkook memasang wajah ditekuk kesal. Pemuda mungil itu baru saja berhasil menyelesaikan pertandingan game nya. Permainan itu sudah berlangsung hampir tiga jam dan berakhir dengan selisih skor yang sangat tipis. Tentu saja dengan perjuangan yang tidak mudah, mengingat ternyata Jungkook benar-benar lawan yang kuat.

“Yah! Tidak usah berlebihan seperti itu! Aku memang sengaja mengalah tadi! Lagipula selisih skor kita tidak jauh!” seru Jungkook membela diri.

Jimin mencibir. “Benarkah? Terserah saja, yang penting aku menang. Jadi cepat beri tahu namamu!”

Jungkook melempar stik PS nya dan memutar kepalanya menatap Jimin. Memperhatikan pemuda mungil yang baru saja diakui Jungkook jika Jimin itu adalah seorang pria itu selama beberapa saat, membiarkan pupil sehitam arang itu bertatapan dengan pupil berwarna cokelat mengkilat milik Jimin.

Ya, Jungkook akhirnya mengakui kalau Jimin itu seorang pria saat Jungkook lagi-lagi meragukan gendernya, dengan dongkol Jimin langsung membawa tangan Jungkook menyentuh dadanya dan yang satunya menyentuh area bawahnya. Tentu saja itu membuat Jungkook terkejut setengah mati ia berpikir kalau Jimin ini sangat bar-bar. Jimin juga menegaskan kalau Jungkook harus memanggilnya dengan embel-embel ‘hyung’, respon Jungkook? Tentu saja hanya diacuhkan. Bukan Jungkook namanya jika menurut dengan mudah. Tak sampai disana keterkejutan Jungkook. Saat Jimin memberitahu umur dan tahun lahirnya, ia benar-benar tak percaya. Oh ayolah, mana ada pria secantik dan semenawan ini ditambah dengan umurnya yang sudah kepala dua, kecuali Jimin. Sungguh, tak bisa Jungkook percaya!

Kembali ke keadaan sekarang.

Untuk kesekian kalinya setiap dia menatap mata Jimin, nafasnya tertahan begitu saja. Rupanya kedua mata bulat Jungkook sangat menyukai pemuda mungil itu. Bukan sesuatu yang buruk, tetapi itu cukup konyol. Ya…..karena bahkan belum genap 24 jam dia mengenal pemuda mungil itu.

Astaga! Jungkook mengerjapkan matanya.

Apa Jungkook lupa bahwa dia baru saja ditinggalkan kekasihnya? Sampai kemarin dia masih terlihat seperti mayat hidup. Lalu sekarang? Bagaimana bisa pria itu tertawa sangat lepas seperti tadi? Apakah dia sudah bisa melupakan mantan kekasihnya yang sudah mengkhianatinya itu? Secepat itu? Bagaimana bisa? Entahlah. Hanya saja, Jungkook merasa sepertinya hidupnya di Korea ke depan tidak akan terasa berat jika dia bisa bersama pemuda mungil itu.

Park Jimin…..mungkin seperti obat bius. Dengan takaran dan dosis yang dibuat sesuai dengan kebutuhannya, mungkin Jimin bisa membuat rasa sakitnya hilang. Jungkook mengerjapkan matanya lagi, untuk sesaat dia diam bermain dengan suara-suara dalam kepalanya. Dia menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya dalam diam.

“Dengarkan baik-baik, aku tidak akan mau mengulanginya lagi kalau kau lupa. Usiamu masih muda, tapi ingatanmu sudah mengalami penurunan fungsi” ujar Jungkook. Jimin mencibir. Dia mencondongkan wajahnya ke depan sedikit.

“Jeon Jungkook” Ditatapnya mata sipit Jimin lekat. “Kau harus mengingat namaku dengan baik. Mengerti?”

Jimin tersenyum, menampilkan eye smile nya yang indah lalu mengangguk kecil. “Jeon Jungkook. Begitu, bukan?”

Otak Jungkook berhenti. Suara Jimin saat mengucapkan namanya…..kenapa bisa terdengar sangat indah? Apakah hanya perasaannya atau telinganya sedang bermasalah? Oh, mungkin dia sedang berhalusinasi.

Jungkook sangat menyukai cara pemuda mungil itu melafalkan namanya. Terdengar sangat tepat. Seolah bibir tebal itu sengaja diciptakan hanya untuk menyebut namanya dengan cara seperti itu. Tidak masuk akal, tapi……ah, Jungkook sama sekali tidak peduli.

To be continue...

Because It's You [KM] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang