Nut, Mew dan Gulf sudah sampai di kediaman Jongcheveevat. Gulf pergi dengan Toon. Sedangkan Nut dengan Mew. Selama perjalanan di selimut kehening. Karena sibuk dengan pemikiran masing masing. Kini ketiganya sudah masuk ke rumah bak istana tersebut.
"Gupi!! Mau cil--!" Ohm menelan kembali kalimatnya, ketika sadar Gulf dan Nut datang dengan Mew. Dirinya yang berdiri karena kegirangan kini kembali duduk di atas sofa. Jimmy diam diam melirik ke arah tiga orang tersebut.
'Firasat mereka berkata buruk.'
"Aku ke kamar." Ujar Nut hendak segera pergi beristirahat.
"Tunggu, ada yang mau ku bicarakan dengan kalian juga." Ucap Mew menatap Nut dan kedua putra lainnya.
'Badai akan segera datang.'
"Aku akan menyiapkan minuman, tuan." Gulf pergi menuju dapur yang menatap kearah ruang tamu. Terdapat kaca transparan hingga ia bisa menatap kesana. Sembari membuat minuman, diam diam Gulf memperhatikan interaksi keempatnya.
Mereka duduk di sofa mengelilingi meja. Tak ada yang memulai pembicaraan. Hingga akhirnya Mew berbicara.
"Jadi bagaimana hari kalian?" Tanyanya berbasa basi. Sungguh, Ohm merasa geli mendengar ayahnya tersebut 'pura pura' peduli pada mereka. Rasanya aneh dan memuakan. Tak mau Mew melanjutkan omong kosongnya. Ohm akhirnya membuka suara.
"Tak usah bertele tele, kau mau apa?" Tanyanya sinis. Mew sudah terbiasa dengan kelakuan putra bungsunya ini. Walau beberapa kali didikan 'fisik' ia berikan. Ohm tak akan pernah jera. Setidaknya anaknya tersebut sudah menyukai wanita. Sebuah kemajuan, membuat Mew mempertimbangkan. Bahwa Ohm mungkin bisa di daur ulang. Dari yang awalnya hanya sampah, mungkin dapat berubah jadi berlian.
"Sebenarnya aku mau membahas masalah Nut." Jawab Mew tenang.
Deg! Detak jantung tak beraturan bukan cuma Nut yang merasakannya. Bahkan Ohm dan Jimmy juga. Ada masalah apa dengan kakak 'sempurna' mereka?
"Nut, kau dekat dengan Petch Chanapoom Ruangroj bukan? Tak perlu berbohong. Aku hanya ingin mulai sekarang kau menjauhinya. Pria itu membawa 'hal buruk' pada mu." Mew berujar tenang bahkan sangat tenang. Hingga tak menyadari perubahan raut wajah ketiga putranya.
"Mew pasti takut Nut menyukai Petch!" Batin Ohm, Jimmy bahkan Gulf yang sengaja mendengar hal tersebut. Ia meletakkan minuman disana. Kemudian menatap raut wajah Nut yang tak bisa di artikan. Marah, sedih, dan kecewa. Sepertinya sahabatnya itu sangat terpukul.
Mau bagaimana pun, Gulf ini peka terhadap sekitar. Saat temannya itu dekat dengan Petch. Ada aura berbeda yang keluar. Aura yang tak pernah ia tunjukkan sama sekali pada teman bahkan keluarganya. Nut merasa bahagia, dan sekarang orang tuanya meminta ia menjauhi sumber kebahagiaan tersebut. Pria dingin itu tak pernah membantah Mew sekalipun. Tapi ia juga tak bisa melepaskan Petch.
'Nut bingung.'
"Kenapa begitu!?" Ohm adalah orang yang selalu pertama kali memberontak. Walau ini bukan masalahnya, dan ia membenci Nut. Mau bagaimana pun juga, Nut ini kakaknya. Orang yang bahkan lebih sering bersamanya di banding pria yang mengaku sebagai ayah. Ia juga ingin kakaknya bahagia. Lalu Petch adalah sumber kebahagiaannya.
"Apa kau ada masalah?" Mew menyeruput teh dari cangkirnya.
"Kau pasti takut P'Nut suka sama Petch kan. Tapi maaf kau terlambat! P' ku ini sudah suka sama pria itu lebih dulu. Kau telat---!"
Craaassh!
Cangkir bersisi teh hangat tersebut tandas isinya mengenai Ohm. Kulit remaja itu nampak memerah terkena air teh yang lumayan panas. Tapi bukannya merasa sakit. Ia malah tersenyum mengejek kearah Mew.
KAMU SEDANG MEMBACA
it's you, only you [ NutxPetch ] [ END ]
FanfictionNut Supanut namanya, seorang putra sulung keluarga jongcheveevat. Keluarga yang memiliki pengaruh besar di dunia ini, memiliki kisah kelam di dalamnya. Dunia Nut yang gelap kembali terang karena senyum manis fotografer paruh waktu bernama Petch. Bag...