24

100 23 14
                                    

Ding dong ding dong

"Selamat datang di Toko Buku Us One—Geonhak!?"

Mata sang penjaga kasir toko buku itu langsung melotot saat melihat siapa yang masuk ke toko bukunya. Ia tak dapat menyembunyikan kegirangannya. Ia langsung menghampiri Geonhak

Untung saja di sana sedang sepi. Jadi ia bisa keluar dari meja kasir sebentar.

"Geonhak! Kau.... Tunggu! Itu wajahmu kenapa?" Setelah mendekat, ia baru sadar kalau wajah Geonhak dipenuhi lebam.

Seoho memutuskan untuk membawa Geonhak ke ruangannya. Menyerahkan tugasnya ke karyawannya. Sambil mengobati luka Geonhak dan menjamunya dengan cemilan, ia tak henti-hentinya bertanya.

"Kau kenapa? Kenapa datang-datang ke sini, wajahmu udah begini? Kenapa tiba-tiba ada di sini? Kenapa gak ngabarin dulu? Sejak kapan pulang ke Korea?"

Dan seribu satu pertanyaan lainnya.

"Argh! Pelan-pelan, dong!"

Geonhak mengaduh saat Seoho mengobati lukanya.

"M-maaf!"

Setelah selesai mengobati Geonhak, Seoho kembali bertanya.

"Bisa ceritain satu-satu kenapa kau ada di sini dan kenapa kau luka-luka begini?"

Geonhak menghela napas. Saatnya memulai kebohongan yang lain.

"Aku baru nyampe kemarin. Ada kerjaan yang harusin aku ke kantor yang di sini. Dan alasan kenapa aku luka-luka begini? Karena di perjalanan ke sini aku berantem dengan preman-preman pasar..."

Terdengar bodoh? Masa bodoh lah dia!

"Ya ampun, Geonhak! Kau pasti berurusan dengan preman-preman yang suka nongkrong di dekat kantormu itu, kan? Udah kubilang dari dulu, jangan berurusan dengan mereka!" omel Seoho dengan wajah tertekuk.

"Maaf..." Hanya itu yang terucap dari bibir Geonhak.

"Lalu? Gimana? Berapa lama kau akan di sini?"

"Mungkin besok udah pulang. Aku udah nyelesain tugasku tadi," jawab Geonhak sambil mengangkat bahu.

"Haa? Cepat banget? Gak mau liburan di sini dulu?" tanya Seoho. Sirat kekecewaan terlihat dari matanya.

Geonhak menggeleng, "gak bisa. Bos nyuruh pulang besok."

"Musti besok banget, gitu?"

Geonhak mengangguk.

"Makanya, siang ini aku mau ngajakin kamu jalan karena pas Dongju meninggal, aku selalu nolak pas kamu ngajak jalan..."

Seoho terhenyak. Ternyata Geonhak masih mengingat masa-masa itu.

"Mumpung kerjaan aku juga udah selesai, kan? Aku juga mau minta temenin kamu nyari sesuatu..."

Geonhak menggaruk pelipisnya, lalu menatap Seoho ragu-ragu.

"Bisa, gak? Kalo gak bisa juga gak papa, sih..."

Seoho langsung berdiri dan membalasnya cepat, "bisa, bisa! Bisa, kok!"

"Oke. Pakai mobilmu, ya?"

Akhirnya merekapun pergi. Seoho menitipkan tokonya pada karyawannya.

Selama di perjalanan, Seoho selalu meminta Geonhak menceritakan pengalamannya selama di Jepang. Geonhak menceritakannya, yang tentu saja semuanya hanyalah kebohongan belaka.

Tapi Seoho dapat melihat perubahan pada diri pemuda di sampingnya ini. Ia menjadi lebih riang dibanding terakhir kali mereka bertemu.

"Syukurlah, kau udah enggak segalau dulu lagi. Dulu tuh, beneran deh! Kau galaunya kayak dunia mau runtuh aja!"

La Vida Loca [LeeOn]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang