Suasana hati Rinyoung benar-benar buruk hari itu. Kemarahan, rasa terhina, kebencian bahkan kesedihan karena dia begitu tidak berdaya campur aduk dalam hatinya. Rinyoung merasa tubuhnya begitu kotor akibat pelecehan yang dilakukan Mr. Namjoon tadi siang, dan dia masih menahan tangis ketika memasuki ruang perawatan intensif di Rumah Sakit itu, yang sudah sangat familiar dengannya
Apapun yang ada dipikirannya tadi langsung buyar begitu melihat Suster Han menyongsongnya dengan wajah pucat pasi.
"Kemana saja kau Rin?!, aku mencoba menghubungimu sejak dua jam tadi, tapi kau tak bisa dihubungi!"
Wajah Rinyoung langsung berubah seputih kapas, secepat kilat dia berlari menelusuri lorong menuju kamar tempat Hoseok dirawat.
Suster Han tergopoh-gopoh berlari mengikuti di belakangnya.
Rinyoung terpaku di depan ruangan Hoseok dengan napas terengah-engah, dokter dan perawat masih ada di ruangan itu, sedang berusaha menstabilkan kondisi Hoseok.
Suster Han tiba dibelakang Rinyoung dan menyentuh pundaknya lembut, mencoba menenangkannya,
"Dia sudah tidak apa-apa Rin, kondisinya sudah stabil. Tadi dia mengalami serangan lagi tapi dokter sudah menanganinya dengan cepat, kenapa kau tadi tidak bisa dihubungi? Aku mencoba menghubungimu saat Hoseok dalam kondisi paling kritis, saat itu kau pasti ingin bersamanya",
Air mata mengalir di pipi Rinyoung. Tadi baterainya habis dan karena sibuk dengan pikirannya, dia tak sempat mengisinya. Astaga, betapa bodohnya dia. Hoseok kelihatan stabil dan baik-baik saja dan Rinyoung mulai lengah, melupakan bahwa serangan bisa terjadi setiap saat. Ya Tuhan, seandainya tadi Hoseok....
Rinyoung memejamkan mata rapat-rapat, air matanya mengalir semakin deras, dia tak berani membayangkan semua itu.
Suster Han memeluknya dengan penuh keibuan sementara Rinyoung menumpahkan air matanya.
Ketika dokter datang, tatapan hati-hatinya malah membuat hati Rinyoung makin cemas,
"Bagaimana kondisinya dokter?", suara Rinyoung gemetar, ketakutan
Dokter itu menarik napas panjang
"Hoseok pria yang kuat, sungguh suatu keajaiban dia mampu bertahan sampai sekarang, tetapi kecelakaan itu telah merusak organ dalamnya. Kami berusaha memperbaikinya dengan obat-obatan dan penanganan medis terbaik, tapi hal itu berakibat pada ginjalnya, kami harus mengoperasi ginjalnya Rin","Mengoperasi ginjalnya?", Rinyoung mengulang pernyataan dokter itu dengan histeris, "Mengoperasi ginjalnya?! Ya Tuhan!!",
Tubuh Rinyoung menjadi lunglai, untung suster Han menyangganya, air mata mengalir semakin deras dipipinya,
"Apakah... Apakah tidak ada cara lain ...?", Dokter itu menarik napas prihatin,
"Hoseok dalam kondisi yang tidak lazim, dia dalam keadaan koma, dan apapun tindakan medis yang kami lakukan padanya memiliki resiko tinggi, Tapi akan lebih beresiko lagi jika kita tidak melakukan operasi itu, operasi itu harus dilakukan sesegera mungkin Rin"Rinyoung menarik napas dalam dalam, dan menatap dokter itu dengan penuh tekad,
"Baik dokter, lakukan operasi itu, apapun agar Hoseok selamat", suaranya mulai gemetar, "Berapa biaya yang harus saya siapkan untuk melakukan operasi tersebut dok?",
Seluruh tubuh Rinyoung menegang, tangannya terkepal seolah olah menanti hukuman.
Dokter itu menatapnya sedih, rasa kasihan tampak jelas di matanya ketika menjawab,