"Rin." dengan lembut Xia menggoyangkan pundak Rin yang tertidur pulas. Sementara Hoseok mengikuti di belakangnya.
Dengan sedikit lemah Rin membuka mata dan agak waspada melihat wajah dokter Xia yang pucat pasi, dengan segera dia duduk, gerakan tiba-tiba itu langsung membuat kepalanya pening, tapi Rin menahannya sambil mengernyit,
"Ada apa dokter? Hoseok kenapa?"
"Aku baik-baik saja di sini." gumam Hoseok dalam senyum.
Rin menatap Hoseok dengan lega, tapi lalu menatap dokter Xia yang begitu pucat pasi,
"Rin, aku.... Ah aku bingung bagaimana mengatakannya, tapi aku harus segera pergi, ini darurat... Tapi aku bertanya-tanya mungkin kau mau ikut.."
"Ada apa dokter?", Rin mulai tegang ketika dokter Xia tidak juga mengatakan maksudnya.
"Namjoon, barusan kecelakaan di jalan tol, dia sudah dibawa ke rumah sakit, tapi kami belum tahu kondisinya, Jackson juga sedang dalam perjalanan menuju kesana."
"Apa!?" warna pucat mulai menjalar ke wajah Rin, lalu segera digantikan dengan kepanikan luar biasa
"Ya Tuhan, aku ikut ke rumah sakit, dokter!!"
Hoseok mengamati kepanikan Rin dari kejauhan, tapi dia hanya diam dan menatap. Rin tampak pucat pasi dan ketakutan luar biasa. Kenapa sampai begitu? Seolah-olah kondisi Namjoon benar-benar membuatnya cemas. Padahal Namjoon kan hanya atasannya di perusahaan? Atau..... Jangan-jangan lebih dari atasan ? Pikiran buruk itu menyeruak dalam benak Hoseok, dan dia cepat-cepat menyingkirkannya. Tapi ketika dia melihat betapa Rin mulai gemetaran karena cemas dan panik ketika bersiap-siap berangkat, mau tak mau pikiran buruk itu memenuhi benaknya, ada hubungan istimewa apa antara Namjoon dengan Rin?
***
Perjalanan ke rumah sakit berlangsung begitu menyiksa bagi Rin, dia terus menerus berdoa, seakan semua trauma masa lalu menghantamnya lagi keras- keras. Ini hampir sama dengan kecelakaan yang membunuh kedua orangtuanya dan melukai Hoseok dulu. Dan Rin tidak akan kuat menanggungnya kalau sampai terjadi apa-apa kepada Namjoon. Ya Tuhan!! Jangan sampai terjadi apa- apa pada Namjoon, dia belum sempat mengatakan... Dia belum sempat mengatakan dengan jelas, bahwa dia... Bahwa dia mencintai Namjoon.
Rin berlari di depan menuju ruangan gawat darurat sementara Xia mendorong kursi roda Hoseok di belakangnya.
Dia melangkah memasuki ruang perawatan itu dan langsung bertatapan dengan
Namjoon.Lelaki itu duduk di meja perawatan, telanjang dada, kepalanya terluka dan sudah di tutup perban, dokter sedang membalut luka di pundak dan lengannya. Banyak darah, tapi sudah dibersihkan. Selebihnya, Namjoon tidak apa-apa. Lelaki itu masih hidup, masih utuh, dan ketika Namjoon memalingkan kepalanya lalu menatap Rin dengan mata birunya yang menyala-nyala.
Rin pingsan.
***
Namjoon berteriak memanggil Rin, begitu juga dengan Xia dan Hoseok yang ada di belakang Rin. Tapi Rin pingsan mendadak dan jatuh ke lantai.
Dengan kasar Namjoon menyingkirkan tangan dokter yang sedang membalut lukanya dan melompat turun, setengah berlari menghampiri Rin, perawat datang menghampiri, tapi Namjoon menyingkirkannya,
"Biar aku saja." gumamnya serak, mengeryit sedikit ketika mengangkat Rin menyakiti luka di lengan dan bahunya, tapi dia tidak peduli, dipeluknya Rin dengan posesif dan dibaringkannya ke meja perawatan,
"Tuan, saya belum menyelesaikan membalut lukanya." gumam dokter di ruang gawat darurat itu sedikit jengkel,
"Nanti saja." Namjoon bergumam tajam dengan arogansi yang sudah seperti pembawaan alaminya sehingga membuat dokter itu terdiam, mengangkat bahunya lalu pergi.