🖤Chapter 8

10 2 0
                                    

Namjoon duduk di tepi ranjang, dan mengamati Rin, panasnya sudah agak turun dan gadis itu tidur seperti bayi, entah kenapa dan sejak kapan dia merasa kalau gadis kecil ini menjadi begitu penting baginya. Mungkin karena kedekatan mereka selama ini, Namjoon tidak pernah membiarkan orang lain sedekat dengan dirinya.

Tiba-tiba bunyi getaran disamping ranjang mengejutkan Namjoon, ponsel kecil itu bergetar dan Namjoon mengernyitkan keningnya, ponsel milik Rin? Dia baru pertama melihatnya, karena Rin tidak pernah menggunakannya di depannya.

Dan yang terlintas pertama kali di otak Namjoon ketika melihat ponsel itu adalah, dia harus membelikan Rin ponsel yang lebih baik.

Ponsel itu terus bergetar, rupanya penelpon di seberang sana tidak mau menyerah, Namjoon  meraih ponsel itu karena tidak mau getarannya mengganggu Rin yang sedang tertidur lelap.

Suster  Han?  Namjoon  mengernyit  membaca  nama  penelphon  di  ponsel  itu, sebelum  mengangkatnya,

"Rin?", suara diseberang telephone langung menyahut cemas, "maafkan aku karena menelephone,aku cemas karena kau sudah dua hari tidak kemari dan tidak ada kabar sama sekali darimu, padahal kau tidak pernah melewatkan satu haripun, apakah kau baik baik saja?"

Jeda sejenak, Namjoon ragu untuk bersuara, tetapi kemudian dia bersuara,

"Maaf, Rin sedang tidur", ketika Namjoon bersuara, dia mendengar suara terkesiap   diseberang   sana,   sepertinya   lawan   bicaranya   sangat   terkejut mendengar dia yang menyahut,

"Oh...maaf....", suster Han tampak kehilangan kata-kata.

"Rin sedang sakit, dua hari ini dia demam tinggi, mungkin besok saya akan memberitahunya kalau anda menelephone", lanjut Namjoon tenang dan tanpa memperkenalkan dirinya, tentu saja dia tidak berniat memperkenalkan dirinya.

"Oh, baiklah, terimakasih", suara diseberang terdengar sangat gugup, lalu telephone ditutup dengan begitu cepat sehingga Namjoon  mengernyit.

Ada yang aneh, wanita diseberang itu memang kaget mendengar suaranya, tetapi tidak ada kesan bertanya-tanya mendengar suara Namjoon yang menjawab telephone. Apakah wanita diseberang itu mengetahui  siapa Namjoon ? Dan apa yang dimaksud dengan datang setiap hari dan tidak pernah melewatkan satu haripun? Datang kemana? Untuk apa?

Pertanyaan-pertanyaan   itu   memenuhi   kepala   Namjoon   dan   membuatnya menyadari bahwa dia tidak tahu apa-apa tentang Rin.

***

Xia sedang duduk di bar bersama dengan Jackson, lalu mengernyit, "menurutmu apakah bos kita itu sudah main hati?"
Jackson menyesap minumannya, "Apa maksudmu?"

"Gadis kecil itu, Rinyoung"

Hening sejenak dan  Jackson menyesap minumannya lagi,

"Menurutku Namjoon sudah gila", gumamnya dengan nada tidak setuju," Dia sudah bertindak di luar kehati-hatiannya yang biasa  menyangkut gadis itu."

Xia menolehkan kepalanya ke Jackson dengan penuh rasa ingin tahu

"sebenarnya  aku  sangat  penasaran  dengan  hubungan  mereka,  menurutku Namjoon menyimpan perasaan yang dalam...."

"Ralat, nafsu yang dalam", sela Jackson

"Namjoon sudah merasakan nafsu yang dalam ketika melihat gadis itu pertama kalinya dan menginginkannya. Dan gadis itu, Rinyoung, dia memanfaatkan itu dengan menjual dirinya kepada Namjoon", gumamnya jijik.

Xia  mengernyit lagi,

"Rin tidak kelihatan seperti gadis yang sengaja menjual dirinya"

"Dia menjual dirinya seharga tiga ratus juta. Aku sendiri yang membuatkan kontrak  perjanjian  jual  beli  yang  konyol  itu,  setelah  itu  Namjoon  masih membelikan  apartemen  untuk  tempat  dia  tinggal,  dan  bahkan  berencana melunasi hutang gadis itu yang hampir 40juta di perusahaan, aku sudah menasehatinya kalau dia mulai berlebihan, tapi Namjoon tidak peduli", gumam Jackson frustasi.

A Romantic Story About RinyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang