Sejak saat itu Namjoon seolah-olah menghilang dari kehidupan Rin, Rin merenung dalam mobil rumah sakit yang membawa mereka pulang ke apartemen.
***
Hari ini Hoseok sudah boleh pulang dari rumah sakit, bersama Xia dan suster Han mereka pulang ke apartemen. Suster Han memutuskan untuk tinggal sementara membantu Rin, dan Xia sudah berjanji akan berkunjung setiap hari untuk mengecek kondisi Hoseok dan melakukan terapi rutin.
Satu bulan kemudian...
Kata Dokter Xia, Namjoon memutuskan mengambil tugas perjalanan ke eropa dan mungkin akan kembali dalam waktu yang lama.
Dada Rin terasa nyeri, ketika sekali lagi mengakui kenyataan itu kepada dirinya sendiri, Oh ya, dia merindukan Namjoon, sangat merindukannya. Ternyata cinta memang bisa tumbuh tanpa direncanakan. Rin mencintai Namjoon. Dia tidak tahu kapan perasaan ini bertumbuh. Dia hanya tahu dia mencintai Namjoon, itu saja.
“Aku tidak menyangka bosmu yang kelihatannya sombong itu bisa begitu baik, meminjamkan apartemennya”, Hoseok memecah keheningan, menatap Serena dengan sedikit menyelidik, dia bertanya-tanya karena akhir-akhir ini Rin begitu murung,
“Aku yang membujuknya”, Xia yang duduk di kursi depan cepat-cepat menjawab, tahu bahwa Rin pasti kebingungan dengan pertanyaan Hoseok itu,
“Namjoon adalah sahabat suamiku, aku bilang merawatmu penting bagiku, karena kamu adalah salah seorang yang selamat dari kecelakaan yang menewaskan suamiku. Jadi Namjoon mau meminjamkan apartemen itu, toh apartemen itu tidak terpakai.”
Diam-diam Rin dan suster Han menarik napas lega mendengar kelihaian dokter Xia menjawab.
Mereka sampai di apartemen, dan Rin mendorong kursi roda Hoseok memasuki ruangan itu.
Begitu mereka masuk tanpa sadar rin mengernyit, semua kenangan itu seolah menghantamnya. Di sini, di apartemen ini dia menghabiskan waktu berdua dengan Namjoon, makan malam bersama, bercakap-cakap bersama….
“Apartemen yang sangat bagus, kita beruntung Rin, bos mu sangat baik.” Hoseok mendongakkan kepalanya ke belakang menatap Rin sambil tersenyum,
Mau tak mau Rin memaksakan senyuman di bibirnya. Kuatkah ia berada di sini? Apalagi di kamar itu... Rin melirik kamarnya, tempat Namjoon juga menghabiskan sebagian besar waktunya di sana. Tidak! dia tidak mau masuk lagi ke kamar itu!
Dengan cepat dan efisien mereka menyiapkan segalanya sehingga Hoseok selesai di terapi dan beristirahat di kamarnya. Suster Han menjaganya sebentar, lalu berpamitan untuk kembali ke rumah sakit, berjanji akan pulang dan menginap di sini nanti malam.
Setelah memastikan Hoseok tertidur pulas, Xia menyeduh teh dan mengajak
Rin duduk di ruang depan.“Dia sudah kembali dari eropa.” Xia membuka percakapan, menatap Rin dari atas cangkir kopi yang diteguknya.
Seketika itu juga hati Rin melonjak, tahu siapa yang di isyaratkan sebagai
‘dia’ itu.“Apakah dia baik-baik saja?” Tanya Rin pelan.
Xia tersenyum miring mendengar kelembutan dalam suara Rin,
“Kau itu baik hati ya, sudah menerima arogansinya yang tidak tanggung- tanggung, tetapi masih saja mencemaskannya,” dengan pelan Xia meletakkan cangkirnya,
“Yah, dia baik-baik saja, sedikit kurus, terlalu memaksakan diri dan jadi pemarah seperti beruang terluka, tak ada yang berani menyinggungnya dan mendekatinya dalam radius 100 meter kalau dia sedang mengeluarkan aura pemarahnya, bahkan direktur keuangan memilih berhubungan dengannya via telepon,” Xia terkekeh. Lalu wajahnya berubah serius melihat kesedihan Rin,