Namjoon memeluk tubuh Rin yang lunglai dan terlelap, tubuhnya rileks setelah percintaan mereka. Tapi otaknya berpikir keras.
Dia sengaja membuat Rin mabuk malam ini, agar Rin tidak waspada, agar Rin tidak menyadari, tidak menyadari apa yang sudah dia rencanakan jauh sebelumnya.
Dia tidak memakai pelindung saat mereka bercinta tadi. Dia berusaha membuat
Rin hamil.Namjoon memejamkan mata dan mengernyit ketika sengatan rasa bersalah menyerbunya. Dia telah memanipulasi ketulusan perasaan Rin dengan menjebaknya. Tapi mau bagaimana lagi? Dia sudah berusaha melupakan Rin. Tuhan tahu dia berusaha sangat keras, apa saja agar Rin bahagia bersama Hoseoknya yang sudah dipilihnya. Dia bahkan mengajukan diri untuk perjalanan bisnis ke luar negeri agar bisa melupakan Rin. Tapi perempuan itu membayanginya, membuatnya gelisah dan tidak bisa berkonsentrasi. Namjoon merasa dirinya nyaris gila ketika memutuskan akan pulang dan memutuskan untuk memiliki Rin dengan cara apapun. Jika Rin tidak mau memilihnya, maka Namjoon akan memaksa Rin memilihnya!
Dengan lembut Namjoon mengecup dahi Rin yang berbaring di lengannya. Sebelah tangannya meraba perut Rin yang telanjang di balik selimut dan mengelusnya.
Anakku mungkin sudah bertumbuh di sini, pikirnya posesif. Rasa memiliki dengan intensitas luar biasa muncul tiba-tiba dalam hatinya ketika menyadari bahwa anaknya mungkin sudah mulai bertumbuh dan terbentuk di dalam rahim Rin. Dengan lembut diusapnya perut Rin, Namjoon tidak bisa menahan diri, pelan- pelan diletakkannya kepala Rin di bantal, lalu dia bergerak turun dan mengecup perut Rin,
"Kau harus tumbuh di sana," bisiknya penuh tekad, "Kau harus tumbuh sehat dan kuat di sana, agar ayahmu bisa memiliki ibumu", Namjoon berbicara sambil mengecup perut Rin.
Kemungkinan bayi itu terbentuk dari percintaan mereka adalah 80%, Namjoon sudah mempelajarinya dari semua referensi yang bisa ia dapat, ia mengetahui bahwa dari rata-rata umur mereka berdua kemungkinan Rin hamil malam ini sangat besar, dan diam-diam dia sudah mencocokkan dengan siklus Rin, dia tahu perempuan itu sedang dalam masa suburnya.
Ciuman-ciuman lembut di perutnya itu membuat Rin terbangun, dia membuka mata dan menatap Namjoon,
"Namjoon?" Rin bertanya-tanya kenapa Namjoon mengecup perutnya.
Namjoon tersenyum, senyum yang sedikit kejam menurut Rin, tapi usapan tangan lelaki itu yang dilakukan sambil lalu di sepanjang kulitnya yang telanjang, terasa begitu lembut sekaligus menggoda,
"Aku bergairah lagi." gumam Namjoon Serak, lalu bergerak naik dan mengecup bibir Rin penuh gairah.
Namjoon berbeda dengan tadi, pikir Rin, kali ini sedikit lebih kasar, tidak menahan diri dan sangat posesif. Ciumannya begitu bergairah, melumat bibir Rin kuat-kuat, lidahnya menjelajahi mulut Rin dengan panas, tangannya mengusap tubuh Rin penuh gairah,
"Kau milikku Rin." gumam Namjoon parau sebelum bercinta lagi dengan
Rin.***
Rin terbangun dalam pelukan Namjoon. Matahari fajar sedikit menembus tirai putih jendela hotel itu, masih gelap dan dingin. Dengan nyaman Rin makin bergelung dalam pelukan lelaki itu. Dan secara otomatis Namjoon mengetatkan pelukannya, melingkarkan lengannya erat-erat di tubuh Rin.
Rin memejamkan matanya, menenggelamkan wajahnya di dada telanjang Namjoon, menghirup aroma Namjoon kuat-kuat dan menyimpannya rapat-rapat dalam memorinya. Tiba-tiba air mata merembes dari sela bulu matanya, dan Rin menahannya agar tidak menjadi isakan.
Kenapa? Kenapa Tuhan membuatnya jatuh cinta lebih dulu kepada Namjoon sebelum kemudian mengabulkan doanya agar Hoseok terbangun dari komanya? Apa rencana Tuhan di balik semua peristiwa ini? Kenapa di saat Hoseok benar-benar sudah bangun, hatinya sudah jatuh dimiliki oleh Namjoon?