Matanya terbuka bersamaan dengan sosok Namjoon yang acak- acakan rambut berantakan dan dasi yang di longgarkan seadanya sembari menatap Rin tajam.
Setengah panik
Dengan menahan geli, Rin menatap geli ke arah Namjoon yang sedang mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan tempatnya ia berbaring. Ketika pada akhirnya mata mereka bertemu, seulas senyum terbit di bibir mereka.
Senyum yang sama yang selalu mereka bagi saat bertatapan, bahkan sejak mereka bertemu.
"Aku pikir aku terlambat" Namjoon mengusap kasar kepalanya "mereka menelepon kantor dan bilang kau dibawa ke rumah sakit karena sudah kontraksi,"
Rin tersenyum melihat perutnya yang membuncit.
"Belum sayang, kata dokter aku harus menunggu sebentar lagi."
Namjoon mendesah melangkah masuk dan duduk di tepi ranjang, di genggamnya tangan Rin penuh kasih.
"Aku panik" matanya menatap Rin cemas "gimana rasanya sayang? Apakah sakit? Apa kau merasa nyaman?"
Rin mengangguk sambil membalas remasan jemari Namjoon.
Rin menatap suaminya penuh sayang.
Selama 8 bulan perkawinan mereka, cintanya kepada suaminya semakin dan semakin dalam, ohh Namjoon memang tidak berubah, dia masih lelaki yang sama, yang arogan dan keras kepala dengan mata biru menyala ketika marah, tetapi lelaki itu sekaligus berubah menjadi lembut dan banyak tertawa.
Pada awalnya Namjoon masih membatasi diri, tetapi sekarang sudah tidak ada lagi batasan di antara mereka. Namjoon ternyata bisa menjadi suami yang begitu lembut dan penyayang, membuat Rin merasa menjadi pasangan yang luar biasa bahagia dan dicintai.
"Playboy sejati yang akhirnya tunduk di bawah kuasa nyonya Kim yang mempesona," goda Rin setengah berbisik.
Dalam Kondisi hamil sembilan bulan, Rin nampak cantik dan berisi, apalagi dengan pipi merona yang begitu menggoda,
Tatapan Namjoon meredup penuh arti.
"Dan sekarang nyonya Kim yang cantik, mengingat sudah cukup lama aku tidak menyentuhmu, maukah kau setidaknya memberikan kecupan di bibir suamimu yang merana ini?" Tambahnya nakal
Pipi Rin terasa panas oleh godaan Namjoon, dan rupanya itu membuat Namjoon gemas. Dengan lembut disentuhnya dagu Rin, di dekatkannya bibirnya dengan bibir ranum milik Rin yang sedikit membuka, menanti.
Napas mereka mulai terengah, betapa manisnyaa ciuman ini. Namjoon amat merindukan bibir mereka berpadu dalam tautan panas yang...
Suara dehaman keras membuat bibir mereka yang hampir bersentuhan menjauh seketika, Namjoon mengumpat pelan, sedangkan Rin menoleh dengan penuh rasa bersalah ke arah pintu.
"Aku harap aku tidak mengganggu," ucap suster Han dengan senyuman lebar tanpa rasa bersalah "dokter bilang tinggal menunggu," lanjutnya.
Rin mengangguk tanpa sadar mengusap perutnya diikuti tatapan lembut Namjoon.
Wajah Rin tiba-tiba mengerut,
"Tapi perutku terasa sakit..." Rin memegang perutnya
Wajah Namjoon langsung pucat pass
"Rin? Sayang? Kau tidak apa-apa?,"
Suster Han langsung bergerak sigap keluar memanggil dokter supaya datang ke ruangan.
"Sepertinya sebentar lagi," Rin menatap Namjoon panik "sepertinya si kecil tak mau menunggu lebih lama..."
"Tahan sebentar sayang,"