🖤Chapter 14

10 3 0
                                    


Dua hari kemudian, Rin berdiri di depan ruangan perawatan Hoseok dengan cemas,  tangannya  menggenggam  tangan  suster  Han  setengah  menangis. Matanya semakin berkaca-kaca ketika mendengar suara teriakan dari dalam. Teriakan Hoseok,

"Suster...." hati Rin terasa di iris-iris, menyadari bahwa suara pertama yang dikeluarkan Hoseok setelah 2 tahun adalah teriakan kesakitan.

"Tidak apa-apa Rin, itu pertanda bagus, Hoseok memang kesakitan, mereka sedang  melepas selang di tenggorokan dan di dadanya, tetapi kalau Hoseok bisa mengeluarkan suara, itu pertanda kondisinya sudah semakin membaik." suster Han menggenggam tangan Rin, membagikan kekuatannya.

Suara teriakan itu terdengar lagi, begitu serak hingga Rin hampir tak mengenalinya. Air matanya mulai menetes satu-satu tanpa dapat ditahannya,

"Berapa lama lagi suster?" menunggu di luar  seperti ini terasa bagaikan siksaan yang paling mengerikan.

"Sebentar lagi, nanti mereka akan mengizinkanmu menemuinya," dengan lembut suster Han mengusap-usap Rin, "dia harus melalui ini Rin, dan nanti akan banyak kesakitan lagi, tapi ini proses penyembuhan, dia pasti akan sembuh."

Rin menganggukkan kepalanya, memejamkan matanya, menunggu.

Penantian itu terasa begitu lama, lama sekali  sampai tim dokter dan perawat keluar dan  mengizinkan Rin masuk,

Dengan  hati-hati,  Rin  melangkah  masuk  ke  ruangan  perawatan  Hoseok. Ruangan yang sangat akrab, sangat dikenalinya. Tetapi sekarang berbeda, Hoseoknya tidak tidur. Hoseoknya tidak menutup mata, dia bangun, sadar dan hidup. Hati Rin sesak oleh euforia yang membuncah.

Rinyoung duduk di sebelah ranjang, dan Hoseok langsung menyadari kehadirannya, tangannya  membuka dan dengan lembut Rin  menyelipkan jemarinya kesana,

"Hai", sapa Rin lembut.

Hoseok tersenyum, lalu mengeryit karena gerakan sederhana itu ternyata menyakitinya,

"Sa...kit", gumamnya susah  payah.

Rin tersenyum lembut, sebelah tangannya mengusap dada Hoseok yang kurus, berhati-hati agar tidak menyentuh luka di dadanya,

"Mereka sudah melepas selang di tenggorokan dan dadamu", Hoseok mengeryit lagi

"Berapa lama?", suaranya serak dan terpatah-patah, "Apanya?"

"Tidur... Berapa lama?" Rin mendesah lembut

"Dua tahun", jawabnya pelan. Dan langsung menerima tatapan penuh kesedihan dari hoseok, "Tapi dua tahun tidak terasa lama kok, yang penting kau bangun, kau berjuang dan aku  bangga padamu." sambung Rin cepat-cepat.

Hoseok tampak sedikit lega mendengar penjelasan Rin, tapi lalu dia mengernyit lagi,

"Mama... Papa....?"

Rin menggenggam tangan Hoseok erat-erat, "Mereka meninggal pada saat kecelakaan itu, Seok."

Dan hati Rin bagaikan diremas-remas ketika melihat Hoseok memejamkan mata dan menangis, dengan lembut diusapnya air mata Hoseok, dikecupnya pipi lelaki itu yang pucat dan tirus,

"Tapi aku yakin mereka sudah tenang disana. Mereka pasti bahagia sekarang, mengetahui kau sudah sadar."

Hoseok membuka matanya dan menatap Rin lembut, "Maaf."

"Kenapa?" Rin mengernyit. "Karena... Kau... Ditinggal..sendiri..." Air mata ikut mengalir di pipi Rin,

"Aku tidak apa-apa, lihat? Aku sehat dan baik-baik saja. Aku bertahan buat kamu.  Dan sekarang  kamu  yang  harus berjuang  buat  aku  ya, kamu harus berjuang untuk pulih lagi, bersamaku."

A Romantic Story About RinyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang