22

5.2K 588 23
                                    





Tiga minggu ini aku disibukan dengan pekerjaan baruku, CEO perusahaan telah memilihku untuk berkolaborasi dengan merk kacamata ternama di korea dan luar negeri dan mereka memilihku sebagai modelnya. Dan selama dua minggu itu juga aku disibukan dengan memikirkan style yang akan aku gabungkan nantinya.

Sekarang jam lima sore Irene dan rosé telah menjemputku. Irene berkata sekalian mereka melewati jalan ini dan kebetulan karena pagi ini manager yang mengantarkanku jadi aku tidak membawa mobil pridadiku. Itu alasan baik untuk bisa satu mobil dengan temanku lagi.

"Projectnya berjalan baik?" Irene menoleh padaku dan bertanya. Dia duduk di kursi samping kemudi sementara aku dikursi belakang.

"Yeah aku bersyukur style ku bisa terima oleh mereka, hanya tinggal menunggu peresmiannya"

"Itu bagus jen, aku sudah mengira style darimu sangat cocok untuk kacamata itu"

Aku tersenyum lebar mendengar Irene mengatakan itu.

"Terimakasih Bae" Ucapku padanya.

Sementara aku dan Irene mengobrol rosé hanya diam sejak tadi mengemudi.

"Rosie, mau makan malam bersama?" Tanyaku menawarkan.

"Aku ingin Unnie, tapi malam ini aku tidak bisa" Dia berkata padaku dan menatapku lewat kaca diatas kepalanya.

"Kenapa ? Kau sibuk ?"

"Tidak, hanya saja aku harus bersama alli malam ini, besok sore dia akan meninggalkan korea"

"Cepat, bukankah dia baru satu bulan?" Irene ikut bertanya pada rosé.

"Ya unnie, jangan khawatir dia akan kembali. Dia bilang padaku hanya menyelesaikan beberapa urusan"

Aku kembali tersenyum mendengarnya setelah tadi sempat kecewa adik rosé akan meninggalkan korea.

"Seperti nya alli mulai menyukai korea" Kataku padanya.

Rose mengangguk dengan semangat.

"Yup unnie, itu yang aku harapkan. Doakan dia supaya selamanya tinggal disini" rose tertawa setelah apa dia ucapkan itu.

"Tenang rosé kami selalu berdoa untuk alli adikmu agar tetap dikorea dan bisa menjadi bagian dari kita" aku terkekeh dan mengangguk setuju dan rosé tertawa lagi mendengar itu dari Irene.

Dalam perjalan perutku sedikit menggeram. Sejak siang aku memang belum makan itu karena aku memang tidak sempat. Aku mengatakan pada rosé bahwa aku ingin mampir ke restoran terdekat dulu disini.

Saat aku tengah memandangi jalanan kota seoul di jendela suara nada dering ponsel berhasil mengalihkanku.

Aku melihat ke depan ternyata ponsel rosé yang berbunyi. Dia memasang kan hadset di telinga nya untuk menerima panggilan itu.

"Ada apa?" aku mendengar rosé bicara ditelfon itu. Aku berusaha mengalihkan lagi pandang aku ke luar jendela.

"Jinjja? Kenapa? Sudah kubilang kau tidak akan bisa! Dia tidak pernah bisa mengerti apa lagi akan membalasmu, jangan pura - pura denganku. Lupakan lah dan cari yang lain yang bisa membuatmu bahagia! Apa kau- issh yaa halo? Kenapa malah ditutup! Yaa! Monkey! "

Aku kembali melihat ke depan begitu mendengar ocehahan marah dari rosé di telfonnya itu. Irene hanya diam dan sedikit melirikku namun dia hanya mengangkat bahunya tanda tak mengerti.

Aku berdehem sedikit agar mencairkan suasana.

"Rosé kau baik - baik saja?" Tanya ku pelan.

Aku mendengar dia menghela nafas sedikit dan mengangguk kecil.

the rainbow isn't straightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang