Chapter 6

10.1K 761 3
                                    

= Venice, I'm in Love =

"Maaf "

Aku menoleh ke sumber suara. Kulihat seorang laki laki berdiri di balkon sebelah. Ku hela nafas panjang.

"Ngapain loe?" sungutku

"Sorry .aku tadi bentak kamu"

Aku hanya tersenyum hambar , Laki laki ini sangat aneh. Tadi saja bentak bentak seenak jidatnya padahal aku telah membela nya mati matian. Tapi kini dia datang ingin meminta maaf. Kulangkah kan kakiku ke dalam kamar tanpa memperdulikan ucapannya. Ku rebahkan badanku kembali ke kasur. Aku hanya butuh ketenangan. Baru saja aku ingin memejamkan mata, dering ponselku berbunyi.

what the hell..

Ada satu chat di Line yang menyita pandanganku.

Aliando Syarief : Maaf

Hanya ku baca dan kuletakkan kembali ke nakas.

Drrt drtt..

Aliando Syarief : Aku akan ucapkan ribuan kata maaf hingga bibirku kelu, Jika itu bisa membuatmu memaafkan ku.

"omong kosong" gumamku

"Maaf..Maaf..Maaf..Maaf...maaf..maaf..maaf..maaf.. maaf.."

Aku tercekat saat melihat ali telah berada di balkonku. Kukedipkan mataku berkali kali memastikan semua ini nyata. Aku berjalan mendekat membuka pintu, benar saja dia adalah Ali.

"Ngapain loe"

"Maaf.. Maaf..Maaf..Maaf"

"stop it"

Dia masih saja mengucap kata maaf. hastt itu membuatku frustasi. Laki laki yang pantang menyerah.

"Stop it"

Aku benar benar lelah mendengarnya terus mengucap kata 'maaf' berulang kali. 

CUP

Kukecup kilat bibirnya, entah apa yang kupikirkan saat ini. Aku benar benar muak mendengarnya mengucap maaf. Dia tampak terkejut dengan aksi gila ku tadi.

"heh.. diem aja loe" ucapku mengalihkan pikirannya tentang kejadian tadi

"sorry soal aurora"

"bitch. pliss jangan ngomongin dia"

"Sebagai ganti besok aku bakal nemenin kamu jalan jalan. gimana?"

"really??. Mauuuu bangeet"

"oke .. jam 9 pagi ya"

"okidoki. eh loe kok bisa sampai balkon gue?"

"Lompat . butuh perjuangan nih"

"what.. loe gila. ini lantai 20 ,kalo loe kepleset gimana?"

"see. aku baik baik aja"

"itu karena dewi fortuna masih disamping loe. coba kalo nggak?. turis indonesia di temukan mati mengenaskan di Hotel Marconi"

"Hahaah.. kamu terpengaruh sinetron"

"loe pikir lucu hah .. "

"aku udah biasa kok. di indonesia aku ikut parkour jadi udah biasa lompat2 di tempat2 ekstrim gitu"

Aku hanya ber-Oh ria.

"kita belum kenalan" ujarnya

"Aliando syarief"

Dia mulai memperkenalkan diri padaku.

"udah tau"

Dia tampak bingung dengan jawabanku.

"Dari line loe"

"oh. Nama kamu?"

"di ID line gue kan ada" ketusku

"Bisakah kita kenalan dengan cara yang seharusnya"

"Aliando syarief" katanya dengan menyodorkan tangannya kepadaku

"Prilly Latuconsina" 

"Nama yang indah"

"Makasih"

***

"Kenapa kamu diem aja hah"

"Terus aku harus ngapain?"

"Dia ngatain aku bitch. dan kamu cuma diem aja. Pacar macam apa kamu?"

Aurora mencecarku dengan pertanyaan pertanyaan yang membuatku jengah. Aku berjalan kembali ke kamar tanpa menghiraukan ucapannya. Kututup kasar pintu kamarku, aku benar benar muak dengan aurora. Aku memaki maki diriku sendiri, mengapa aku terlalu bodoh , masih bertahan mencintai aurora. Pikiran ku kembali mengingat kejadian di lobby, seketika sosok gadis itu memenuhi otakku. Aku telah membentaknya tadi, hah apa yang telah ku perbuat. Aku berjalan ke balkon, langkah ku terhenti ketika kulihat prilly yang melamun di balkon sebelah.

"Maaf"

Dia hanya menoleh kearahku dan tersenyum masam. dia berlalu meninggalkanku, rasa bersalahku semakin meluap. Aku benar benar bodoh.Ku beranikan mengirim chat di line. Aku mendengus sebal ,dia tak membalas chat-ku. Dengan hati hati ,aku memutuskan melompat ke balkon prilly. Ku ucap kata maaf berulang kali. Aku hanya menepati perkataanku dan seorang pria bukannya harus menepati janjinya. Prilly memintaku untuk berhenti tapi tak kugubris sedikitpun. Hingga kurasakan sesuatu yang lembab menyentuh bibirku. Dia mencium ku (lagi). Aku hanya tertegun memastikan ini bukan ilusi semata. Dia menyadarkan lamunanku, astaga ini bukan mimpi.

***

Pagi hari, 08.55 waktu venice.

Ali telah menunggu prilly di lobby hotel. Aurora masih tidur nyenyak di kamarnya, begitupun dengan chandra. Ali tampak tampan dengan polo t-shirt putih dan celana selutut. Kaca mata hitam dan sepatu biru. arghhh perfect!!. Beberapa menit kemudian prilly menghampirinya , memakai tanktop putih dan dibalut cardigan. Celana panjang dengan aksen robek dilutut. Kacamata hitam , membiarkan rambut nya tergerai dengan aksen curly dibawah, sneaker wedges merah,dan juga tas kecil. Damn!! she's beautiful. 

"sudah siap?" tanya ali

"bangett"

Prilly menarik tangan ali, ia sangat antusias dengan jalan jalan kali ini. Mereka memutuskan naik taksi. Tujuan mereka adalah piazza san marco. Sebuah gedung yang memiliki menara yang cukup tinggi. Ali mengajak prilly naik ke puncak menara itu, dari puncak menara bisa terlihat jelas pemandangan kota venice secara keseluruhan.

"suka?"

"Alii.. ini indah bangettt. aku suka" 

"syukurlah kalo suka"

Prilly memeluk erat ali , entahlah hari ini dia sangat senang.

"sorry ..gue terlalu seneng"

Prilly mulai melepas pelukannya.

"santai aja.."

=======

Akhirnya ke update juga..
Huaa ngetik di hp.. perjuangan sekaleeee  . Tangan gue kayak mau patah.. arghhhh!! kang pijet mana... wkwkw
Makasih yg masih setia baca VIIL :*

Venice, I'm in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang