Chapter 11 - Aku memilih mu

10.7K 698 8
                                    

= Venice, I'm in Love =

Range Rover hitam telah terparkir di halaman rumah bergaya minimalis. Seorang pria tampan keluar dari mobil. Kacamata hitam, Setelan pakaian formal tampak melekat di badannya. Aroma bulgari menambah kesan maskulin pada diri nya. Sepatu hitam melengkapi penampilan nya. Dengan gaya seperti ini, tak butuh waktu 5 menit dia sudah bisa mendapatkan seorang wanita. Pesona nya sangat luarbiasa. Dan senyumnya.... seperti candu. Pria itu berjalan menuju pintu dan mencoba menekan bel berkali-kali.

"Pagi tante" ucap pria itu sambil mencium punggung tangan perempuan paruh baya yang membuka kan pintu untuk nya.

"Pagi. masuk dulu yuk" ajak perempuan paruh baya itu seraya menggandeng tangan pria itu.

"Tante panggilin prilly dulu" ucap perempuan itu dan berlalu menaiki tangga.

Pria itu mengambil majalah bisnis di meja. Membolak-balik majalah itu, dia tersenyum getir ketika ia membaca sebuah berita bisnis .

"kejayaan mu sudah berakhir" desis nya.

Seorang perempuan cantik menuruni tangga. Dia hanya mengenakan kaos lengan panjang dan celana jeans. Rambutnya di kuncir asal ,sehingga banyak anak rambut yang tak terikat. Tapi itu malah menambah kecantikannya.

"Morning sweetheart" ucap perempuan itu sambil mencium pipi kekasihnya.

"Morning sayang. gimana udah siap?" tanya pria itu sambil menatap manik mata hitam kekasihnya. Perempuan itu tersenyum lebar menunjukkan deretan gigi putihnya.

"Tentu. ayo berangkat, aku harus gladi resik sebelum fashion show" ucapnya seraya mengamit tangan kekasihnya ke teras rumah. Perempuan itu menghentikan langkah tepat di depan pintu, dahi nya mengernyit.

"baru lagi?" gumam perempuan itu saat melihat range rover hitam di depannya.

"punya mama, nggak mungkin kita kesana pake mobilku kan" ucap pria itu sambil mengedipkan mata ke arah perempuan cantik itu. 

Pria itu membuka kan pintu untuk kekasihnya. Range rover nya pun mulai melaju.

"sudah puas memperhatikan ku nona. hmm?" ucap pria itu sambil tersenyum jahil.

"Dih. pede banget kamu, aku lagi lihat gedung-gedung tau." ucap perempuan itu sambil memalingkan wajah menatap jalanan.

"benarkah nona?" tanya pria itu masih dengan seringainya.

"Jangan gede kepala tuan. Berasa situ paling ganteng" ucap perempuan itu dengan senyum penuh kemenangan. Pria itu tersenyum getir dan fokus melajukan mobilnya. Tak ada suara, hanya deru mobil yang terdengar. Setelah berkutat dengan kemacetan yang menggila, mereka telah sampai di sebuah gedung pertunjukan. Pria itu turun dari mobil dengan kharisma yang masih terpancar. Para model-model cantik berjajar di depan gedung seperti semut setelah melihat pria itu keluar dari mobil. Perempuan cantik itu mendelik tak suka. Tapi semenit kemudian ia mendengus, dia tak ada apa-apa nya dengan wanita-wanita cantik yang berjajar di depan itu. Wanita-wanita itu seperti manequin di toko-toko. Ah barbie banget. Dia meneliti pakaiannya.

"standar. buluk" gumam perempuan cantik itu . Kekasih nya telah berjalan terlebih dahulu dan sekarang sudah dekat dengan  jangkauan wanita-wanita barbie itu.

"Tebar pesona. pacarnya di anggurin" desis gadis itu.

Dengan kesal ia berjalan mengekori pria itu walau jarak mereka cukup jauh. Entahlah pria itu sudah sampai mana. Wanita-wanita barbie itu sedang berbisik-bisik di depan pintu masuk.

"cakep banget ya cowok tadi" ucap seorang perempuan dengan mini dress berwarna hitam.

"gila. badannya keren banget. mau dong bersandar di dadanya" ucap seorang perempuan tinggi dengan gaya centilnya.

Venice, I'm in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang