Chapter 18 - The Royal Wedding

11.3K 681 8
                                    

Ballroom hotel The Ritz Carlton Mega Kuningan telah di sulap menjadi tempat perhelatan akbar oleh wedding organizer. Yang jadi  Bintang pada malam ini telah sampai di pintu lobby, kilatan-kilatan cahaya menyambut kedua nya. Sang pria tampak gagah dengan tuxedo putih dan celana senada. Sementara sang wanita tampak anggun dengan gaun putih yang menjuntai panjang serta ada aksen bunga di bagian bawah nya.

"Bapak ali lihat kesini pak?"

Para wartawan tampak antusias menyambut kedatangan mempelai ini. Kedua nya tersenyum sekilas dan berjalan menuju ballroom, di dalam para tamu undangan telah berdiri menyambut kedua mempelai. Okestra musik menyambut kedua nya dengan lagu-lagu cinta sepanjang masa.

Ali mengamit erat tangan istri nya menuju pelaminan. Senyum mengembang tak pernah lepas dari sudut bibir mereka. Ya. Kedua nya telah berjanji sehidup semati tadi pagi. Berjanji akan saling menjaga hingga maut memisahkan. Saling bertukar pandang dan dengan kesadaran penuh kedua nya  menandatangani buku pernikahan. Tak ada lagi keraguan, Tak ada lagi keputus asaan. Yang ada hanya cinta yang melimpah, meluap hingga tak terbendung.

"Aku tak mempercayai ini sweetheart . ini seperti mimpi" bisik prilly sambil terus berjalan ke pelaminan.

"Begitu pun dengan ku."

"Sweetheart "

"Ya"

"Kenapa alex masih memakai baju kerja nya?"

"Karena dia sedang bekerja. Menjaga agar acara ini berjalan lancar"

"Huh. Kau kejam sekali. Seharusnya dia juga ikut berpesta."

"Jangan membuat suasana menjadi keruh sayang. Biarkan dia menyelesaikan pekerjaan nya"

Ali membantu prilly menaiki undakan yang ada di dekat pelaminan. Kedua nya duduk di kursi pernikahan begitupun dengan orang tua mereka.

Banyak tamu memberi selamat untuk kedua nya. Satu setengah jam mereka habiskan untuk menyalami tamu undangan dan berfoto. Ali mengajak prilly turun dari pelaminan untuk menyapa rekan bisnis ali.

"Congrats bro.. lo ngeduluin gue"

"Lo terlalu banyak milih sih liel" ucap ali sambil menepuk pundak sahabat nya itu.

Gamaliel Natakusuma , Konglomerat Ibukota. Politikus termuda yang di miliki Indonesia. Di umur yang baru menginjak 22 tahun dia sudah memiliki karir yang gemilang tanpa bantuan sang papa ataupun keluarga Natakusuma lain nya. Dia adalah sahabat ali ketika kedua nya mengenyam pendidikan di Swiss . Kebetulan kedua nya adalah teman satu asrama, lebih tepatnya satu kamar.
Ali tampak larut mengenang masa SMA nya dengan liel , sementara prilly sedang berjalan menghampiri sahabat-sahabat nya sesama model.
Atmosfer ruangan itu cukup menyenangkan dan membuat para tamu nyaman.

Musik yang berdentum dengan lagu cinta yang menghentak terhenti dan di ganti dengan alunan piano lembut. Semua berpasang-pasangan berdansa. Ali menghampiri mama nya, mengajak ibu yang melahirkan nya berdansa.
Sebuah tangan terulur ke arah prilly. Gadis itu tersenyum dan menyambut tangan itu.

"Papa"

"Ya."

Kedua nya berdansa mengikuti musik yang mengalun.

"Papa tidak menyangka , putri kecil papa sudah memiliki suami. Hanya tinggal papa dan mama saja. Pasti akan sepi"

"Aku masih putri kecil papa. Aku dan ali berjanji akan sering mengunjungi papa dan mama"

"Berbahagialah"

Sang papa mengenggam tangan prilly dan berjalan ke ali. Menyerahkan jemari indah prilly untuk di genggam ali.

Keduanya berdansa, ali melingkarkan tangan di pinggang prilly dengan possesive .

"Kamu sangat cantik"

"Tentu. Aku selalu terlihat cantik dimana saja"

Ali terkekeh mendengar penuturan istri nya.

"Ya harus kuakui jika kau tetap cantik walaupun sedang tertidur dan tanpa make up"

Prilly tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya.

"Terimakasih" ucap ali sambil menempelkan kening nya pada kening prilly

"Terimakasih telah mempercayakan hati mu untuk ku. Terimakasih untuk kebahagiaan ini. Terimakasih"

"Aku juga harus mengucap kata itu. Terimakasih untuk cinta yang teramat besar ini. Terimakasih telah membuka tabir kebohongan chandra. Terimakasih telah menabrak ku di pesawat. Terimakasih telah mencium ku di bridge of sigh dan membuktikan bahwa mitos itu nyata. Terimakasih untuk semua kenangan indah di Venice. Terimakasih selalu menemui ku di hotel jika aku belum tidur. Bahkan kau mempertaruhkan nyawa mu dengan melompat dari balkon. itu gila. Terimakasih untuk kejutan-kejutan yang tak terduga yang selalu kau berikan kepada ku. Terimakasih."

"Kau bicara panjang sekali sayang. satu yang perlu kau tahu bahwa aku mencintai mu sekarang, besok,dan selama nya"

"Begitu pun dengan aku. Aku mencintai mu"

Musik mengalun dengan indah , sepasang mempelai ini tenggelam dalam cinta yang mereka punya. Keduanya saling berpagutan meluapkan cinta. Cinta yang menyatukan hati kedua nya. Cinta yang datang tanpa prediksi sebelumnya. Cinta yang di persatukan oleh Gemerlap kota Venice, Brigde Of Sigh ,dan Tuhan yang menciptakan rasa. Biarkan Kota Venice membingkai indah perjalanan cinta kedua nya. Dan biarkan Tuhan membuat skenario berikutnya untuk mereka. Semoga kedua nya selalu bahagia. Semoga.

The End

---------------------

Finally makkk.. ending juga huaa *lap ingus*

Ini cerita yang gue bikin spontan. nggak ada susunan sama sekali dari awal. cuma satu kata aja yang terpikir saat bikin cerita ini yaitu kata 'Venice' . Setiap apdet selalu mikir dadakan mau gue bikin kayak gimana lagi ini, Gue hampir frustasi takut nggak nemu ending nya. Sama sekali nggak ada bayangan. Cerita gue yang nggak ada konsep awal ya cuma ini.

Rasa nya seneng banget bisa namatin cerita ini dengan baik. Makasih buat respon kalian yang luar biasa.

Oh iya masih ada extra part  , di tunggu aja ya. perjalanan mereka setelah menikah ke Venezia , kota yang mempersatukan kedua nya.

Terimakasih Tuhan buat semua nya.

Cheers, TamyBie :*

Venice, I'm in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang