Chapter 5

10.2K 773 4
                                    

= Venice, I'm in Love =

Aku masih diam terpaku, kejadian tadi membuatku canggung. Kuedarkan pandanganku mencari sosok chandra dan sesekali melirik ali. Jantungku maraton ketika tanpa sengaja kami bertatapan. Gondola tak kunjung menepi. Aku beberapa kali memeriksa line ku , tak ada satu pun chat dari chandra. Aku mendengus sebal, pacar macam apaan tuh. Aku tersadar dari lamunan, ketika ada tangan yang menarikku. Siapa lagi kalo bukan ali.

"Kita pergi dari tempat ini" ujarnya

"Tapi chandra"

Mataku mulai memencar mencari sosok chandra, ali memegang erat kepalaku.

"Jangan tengok ke arah manapun"

"Kenapa sih?"

"Ku bilang jangan tengok"

Aku memaksa menengok , mataku memandang kesegala arah. Tenggorokan ku tertohok, kerongkongan ku kering, pandanganku berubah buram. Kulihat  chandra berciuman dengan aurora di bawah bridge of  sighs. Buliran kristal luruh di pipi ku, aku tersungkur di lantai. Isakan ku makin menjadi. Ali membantuku berdiri dan memapahku berjalan ke sebuah restoran di tepian sungai. Menyajikan pemandangan malam venice yang indah , gedung berarsitek romawi masih kental. Harusnya aku kesini bersama chandra tapi kenyataan kembali membuat ku hancur.

"Kau sudah tak apa?"

"Bagaimana mungkin aku tak apa apa.. kekasihku berselingkuh dengan kekasihmu"

Air mata ku kembali tumpah.

"Kenapa kau diam saja. hah" ketusku

"Aku sudah biasa melihat aurora seperti itu. Dia selalu mencari pria pria yang kaya"

"Dan kau masih bisa setia?"

"Aku mencintainya"

"Kau mencintainya.. Aurora bitch!!"

Kemarahan sudah tak bisa kutahan. Aku memutus kan berdiri dan ingin pergi. Tapi terhalang dengan tangan ali yang tiba tiba menarikku.

"Mau kemana?"

"Pulang"

"Maksud mu?"

"Aku akan pergi dari venice"

"Pengecut.. "

"Apa maksudmu. hah"

"Kau lari dari masalah apa namanya kalo bukan pengecut. kau harus buktikan kau bisa hidup tanpa chandra, berpura pura lah tak tau masalah ini."

"Lalu aku harus menyaksikan kejadian hina seperti tadi"

"Aku akan menemani masa liburanmu disini. Aku akan menjamin liburanmu tak seburuk yang kau bayangkan"

Aku kembali duduk, entahlah malam ini perasaanku sangat tak karuan.

"Makan lah dulu"

Kutelan susah payah pizza pesanan ali, mengapa semua terasa hambar. Airmata ku tak berhenti  menetes, rasa sakit terus menjalar ditubuhku.

"berhentilah menangis"

Aku mencoba menyekanya namun airmata baru kembali jatuh dipipiku.

"Kau tak perlu menangisi laki laki seperti dia"

"Aku sudah bertahun tahun bersama nya,mana mungkin aku bisa tegar ketika kusaksikan pemandangan seperti tadi"

"Hitungan taun tak bisa menjadi patokan dia akan setia padamu. Hapus airmatamu"

Aku hanya diam dan menyeka airmata ku.

"Tunggu disini"

Ali pergi meninggalkan ku, alunan lembut biola membuat airmataku kembali menetes. Memori memori indah bersama chandra berputar di kepalaku. Semua itu terasa menyakitkan untukku. Aku menghentikan tangisanku ketika ada badut menepuk tanganku, badut itu bergaya di depanku. Dari atraksi, sulap dsb. Tak kusadari kini aku telah tersenyum menyaksikan ulah konyol badut itu. Di akhir pertunjukkan badut itu memberi aku setangkai mawar putih.

"Kau sangat cantik jika tersenyum"

Aku tertegun, badut venice bisa berbahasa indonesia. Ku pandangi badut itu, aku terkejut ketika topeng kepala nya terbuka. Kutemukan sosok ali disana, jadi badut itu ali.

"Ali"

"iya.. kau sangat cantik jika tersenyum"

"haha.. kau bisa saja"

"Suka dengan pertunjukkan ku?"

"tentu..kau sangat lucu"

Aku tertawa lepas bersama ali, 360° berbanding terbalik dengan suasana hati ku beberapa menit yang lalu. Aku menghabiskan malam ini bersama ali, bersenda gurau menikmati malam romantis venice.

"Mau pulang sekarang?"

"iya.. aku ingin istirahatkan pipiku" ujarku

"maksudmu"

"iya aku terlalu banyak tertawa.. kurasa urat pipiku mulai putus hahaha" candaku

"Kau sangat unik"

"dikira barang antik gitu"

"haha lupakan perkataanku.. ayo pulang"

Ali menggenggam erat tanganku , kami memutuskan naik kereta. Mencoba suasana yang berbeda. Di perjalanan tak henti hentinya kami bergurau, ali laki laki yang sangat baik dan lucu. Kami turun dari kereta dan meneruskan langkah dengan berjalan kaki.

"Dari mana kalian?"

Chandra menungguku di depan hotel, buat apalagi dia memperdulikanku.

"Hanya berkeliling kota"

"Hingga selarut ini. Kau tau aku telah menunggu mu di dekat sungai tadi"

"Oh"

"Oh katamu.. aku khawatir padamu."

"benarkah?? bahkan chat dari mu saja tak ada. itu yang kau bilang khawatir hah"

Aku berlalu meninggalkan chandra dan menarik tangan ali untuk pergi dari hadapan chandra.  Saat tiba di lobby, aurora telah menanti kedatangan ku.

Plakkk

Tamparan keras kurasakan.

"berani - beraninya loe nampar gue. bitch" sungutku

"Ngapain loe jalan sama cowok gue hah"

"Oh dia cowok loe. Tapi loe perlakuin dia kayak pembantu"

"apa maksud loe?" sungutnya

"Mana ada seorang pacar di suruh bawain ini itu seenak jidat loe"

"Itu urusan gue.."

"bitch"

"Jaga ucapan loe"

"sudah berhenti"

Kudengar suara keras ali. Dengan sebal aku kembali melanjutkan langkahku ke kamar, merebahkan badanku di kasur. Kutatap nanar langit langit kamar. Sesak, itulah yang ku rasakan sekarang. Kuberjalan ke balkon, malam ini gelap tak ada bintang ataupun cahaya bulan. hfttt benar benar menggambarkan perasaanku. Kesepian dan sendirian .. sangat menyedihkan!!

=======

Holaaaaaaaaa...

maaf baru update..lagi sibuk kerja.
Tinggalin jejak kalian, tekan gambar bintang ataupun kritik saran kalian di kolom komentar.  Makasih yang udah setia baca V.I.I.L  Love you gaessssss :*

Venice, I'm in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang