2. TERLAMBAT DAN HUKUMAN

191 103 13
                                    

SELAMAT MEMBACA💗

***

Bumi menendang pagar itu menggunakan kaki kirinya, alhasil Bumi hanya mendapatkan hikmahnya jika terus seperti ini. Ia mana tahu jalan pintas sekolah ini, pasalnya baru hari kedua Bumi menginjakkan kaki di sekolah barunya ini.

Bagaimana caranya Bumi masuk ke dalam jika di kunci seperti ini, lagipula Bumi hanya telat 10 Menit bukan telat 1 jam, seharusnya masih ada toleransi untuk Siswa baru.

"Kau Siswa baru!!"

Bumi menoleh kearah sumber suara yang menjadi objek perhatiannya saat ini. Bumi menelan salivanya karna melihat ada penggaris besar yang berada di tangan guru itu. Baru masuk sudah kena sial!

"Apa alasan kau terlambat?" tanya sang guru. Mengenakan kacamata bulat dengan rambut yang sedikit botak, namanya-Pak Idris.

Bumi yang tengah berpikir untuk mencari alasan yang sedikit masuk akal, "Tadi adik saya minta antar pak, jadi saya sedikit terlambat datang sekolah. Jarak dari rumah saya ke sekolah adik saya mencapai kurang lebih 6 Km di lanjut menempuh perjalanan dari sekolah adik saya untuk ke SMA Bina Tunggal kurang lebih 7 Km pak. Jadi saya menempuh jarak 13 Km pak."

Jawaban Bumi membuat pak Idris menganggukan kepalanya. Bumi sedikit menghela nafasnya, melihat pak Idris yang mulai percaya dengan kebohongannya. Setidaknya nasib Bumi aman.

"Begitu rupanya," pikir pak Idris. "Ah! Sudahlah tetap saja kau datang terlambat, tidak ada alasan apapun dan toleransi apapun. Hukuman akan tetap saya berikan meskipun kamu Siswa baru disini."

Nasib Bumi tidak akan pernah berubah jika sudah berhadapan dengan guru yang terkenal galak dan selalu membawa penggaris ini.

"Hukumannya lari 10 putaran!!" tegas pak Idris yang meninggalkan Bumi diam di tempat.

***

Hari ini adalah hari terakhir mpls dan sudah resmi menjadi murid SMA Bina Tunggal. Mentari keluar dari ruangan osis. Iya! Dirinya mendaftar jadi anggota Osis. Semoga saja nantinya Mentari bisa menjadi Siswi yang aktif di organisasi ini. Walaupun menjadi anggota osis pasti banyak tidak disukai oleh Siswa/Siswi tapi ini adalah pilihan Mentari.

Tujuan Mentari saat ini adalah perpustakaan yang berada di lantai dua, pandangannya beralih ke tengah lapangan melihat sosok laki-laki yang tengah berlari mengelilingi lapangan SMA Bina Tunggal. Mungkin dia dapat hukuman! pikirnya.

Cukup lama Mentari memandangi objek tersebut, setalah sadar dengan apa yang dipikirkannya, Mentari kemudian melangkah menuju perpustakaan untuk mencari buku yang diperlukannya.

Mentari sibuk mencari buku yang sedang dicarinya, kedua matanya memindai seluruh rak buku, tapi yang dicari tak kunjung ditemukan.

“Lo lagi nyari apa?” tanya seorang laki-laki.

Mentari menoleh ke arah sumber suara. “Eh kak Gavin disini juga.”

Gavin menautkan kedua alisnya. “Nyari buku apa?” ulang Gavin.

“Buku biologi kak,” jawab Mentari.

Gavin mengangkat buku biologinya menujukkan kepada Mentari. “Sepertinya lagi dipinjam sama Siswa/Siswi disini, kebetulan gue udah selesai pakai buku biologi ini.” Gavin menyerahkan buku biologi tersebut kepada Mentari.

Mentari menerimanya, “Eh seriusan kak?”

Gavin mengangguk. “Serius! sepertinya lo lebih membutuhkan buku ini.”

“Oh iya! Gimana?  lo udah daftar jadi anggota osis?” tanya Gavin. Dia sendiri yang merekomendasikan organisasi ini kepada Mentari, karna dia melihat ada potensi pada diri Mentari untuk mengikuti organisasi ini.

“Sudah kak, tadi gue baru daftar,” jawab Mentari.

“Semoga lo nyaman ya di organisasi ini! Jangan kapok kalau di omelin sekali atau dua kali, karna itu hal yang wajar,” ucap Gavin menyemangati Mentari.

“Semoga ya kak!” jawab Mentari. Harus siap mental.

***

Bumi mengatur nafasnya sedari tadi nafasnya tidak beraturan, pasalnya pak Idris memberikannya hukuman berlari sepuluh putaran dengan lapangan seluas ini. 

“Tangkap ni!!”

Bumi menangkap sesuai instruksi dari Linggar. “Thanks Gar!!” Ia membuka tutup botol itu lalu meminumnya sampai sisa setengah, sisanya untuk membasuh wajahnya. Segar sekali!

Sorry ya, Mi. Kita tadi berangkat duluan,” ucap Affan dengan menunjukkan jarinya membentuk huruf V.

Bumi mengangguk paham tidak mempermasalahkan hal sekecil ini. “Lagipula ini kesalahan gue.”

“Mi, ekskul basket udah dibuka. Lo jadi ikut kan? nama lo udah gue daftarin,” ucap Farel. Mereka berempat memang merencakan mengikuti ekskul basket. Sedari SMP memang sudah gemar dengan bola basket.

Bumi mengangguk. “Jadi. Latihannya mulai kapan?”

“Mulai minggu depan. Seminggu kita latihan dua kali, hari senin dan hari kamis,” jawab Farel.

“Itu bukannya ketua osis yang songong itu ya?” tunjuk Affan. “Dia lagi sama Me—Mentari kalo gak salah, teman satu kelas kita.”

Bumi mengikuti arah tunjuk Affan. Tidak salah perempuan itu memang Mentari, perempuan yang kemarin Bumi ajak pulang bersama. Sedang apa Mentari bersama ketua osis itu?

***

“Kok lo bisa jalan bareng sama kak Gavin sih?” tanya Khalisa dengan kedua tangan yang bersedekap dada.

“Jangan-jangan lo ada something ya sama kak Gavin?” tanya Viona ikut-ikutan.

Mentari menggeleng tidak setuju. “Gue tadi abis dari perpus buat nyari buku biologi terus ketemu kak Gavin di perpus dia ngasih gue buku biologi dan nanya jadi masuk osis atau nggak,” jelas Mentari. Ia memberikan jawaban yang jujur karna memang inilah kejadian yang sebenarnya.

“Lo percaya sama gue, Ra?” tanya Mentari pada Aura. Pasalnya hanya Aura yang tidak bertanya.

Aura tersenyum pada Mentari, “Maaf Mentari. Gue tim Lisa dan Ona.”

Mentari menghembuskan nafasnya. Ternyata Aura sama saja seperti Khalisa dan Viona. Ia sudah jawab sejujur-jujurnya tapi tidak ada yang percaya padanya.

“Lo yakin mau masuk osis?” tanya Khalisa.

“Kalo nggak yakin gue gak akan daftar, Lis!” jawab Mentari dengan yakin. Ini hal yang harus digapai oleh Mentari.

“Kak Gavin emang ganteng sih! Tapi lo harus tetep hati-hati sama dia. Biasanya orang kayak dia friendly abis,” ucap Viona memperingati Mentari.

Mentari memegang pundak Viona. “Viona, gue ikut organisasi itu mau mencari pengalaman, mencari relasi sebanyak-banyaknya. Jadi gue nggak kepikiran hal yang lain, termasuk hal yang kalian curigai.”

“Tetep aja, Tari. Gue tuh biasa melihat kak Gavin kayak lagi ngedeketin lo,” jawab Viona.

“Nah betul itu,” timpal Khalisa.

“Tapi kalau memang lo suka sama kak Gavin langsung gass aja, Tar.” Aura menampilkan jarinya membentuk huruf V saat melihat tatapan maut sang Mentari Alina Ibernia.

“Jangan ikutin saran Aura, kita tuh harus selektif dalam memilih pasangan,” sanggah Khalisa.

Mentari menggeleng, “Lo bertiga tuh kenapa sih? Udah ya, gue gak ada hubungan apapun!!” tekannya.

Hanya karna Mentari jalan berdua dengan Gavin, teman-temannya berasumsi, ia ada hubungan dengan Gavin.

***

KIRA-KIRA MENTARI PILIH BUMI ATAU GAVIN?

Mentari Untuk Bumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang