7. HARI TIDAK BERUNTUNG

145 82 0
                                    

HAII

SELAMAT MEMBACAAA💗

JANGAN LUPA VOTE YAA

SEMOGA SUKA YAAA DENGAN CERITA INII, AAMIIN

***

Mentari merutuki dirinya sendiri, bisa-bisanya ia lupa membawa buku paket bahasa inggris. Hari ini dikelasnya ada pelajaran bahasa inggris, minggu lalu sudah ada perjanjian untuk selalu membawa buku paket bahasa inggris, jika tidak membawa mendapatkan hukuman.

Guru mapel bahasa inggris, Pak Idris. Dia selalu membawa penggaris ditangannya, menyeramkan sekali. Ia bergidik ngeri, hukuman apa yang akan Mentari terima. Nasibnya hari ini malang sekali. Ia melirik jam yang tertera di handphonenya, jam menunjukkan sesaat lagi bel masuk jam pelajaran pertama, yaitu pelajaran bahasa inggris.

Mentari tidak langsung ke kelas, melainkan pergi ke toilet terlebih dahulu. Entahlah, ia tidak ada energi hari ini, terlebih dengan hukuman yang akan diberikan Pak Idris nanti. Ia berkaca pada cermin yang ada di toilet, lalu menyemangati dirinya sendiri. “Semangat Mentari...” ucapnya dengan lirih. Malang nasibnya hari ini.

Ia kemudian berjalan menuju kelasnya dengan langkah yang lunglai. Teman-temannya sudah datang, duduk di kursi masing-masing.

“Kenapa?” tanya Khalisa. Melihat raut wajah Mentari yang tidak ada semangat.

Mentari duduk di kursinya, tidak sengaja melihat buku paket bahasa inggris yang berada diatas mejanya. Matanya sedikit berbinar, tapi ini milik siapa, ini bukan miliknya.

“Ini punya siapa, Lis?” tunjuknya pada buku paket bahasa inggris.

Khalisa menggeleng lalu menjawab. “Nggak tau, ada diatas meja lo berarti punya lo.”

Mentari menggeleng, “Justru gue nggak bawa buku paket, terus ini punya siapa. Kalian tau ini punya siapa, Ra, Ona?” tanya Mentari pada Aura dan Viona.

Keduanya menggeleg, “Gue, Aura sama Lisa baru dateng. Dari tadi buku ini sudah ada dimeja lo.”

Mentari kebingungan sendiri, buku ini tiba-tiba bisa ada diatas mejanya. Ia sama sekali baru masuk di kelas ini, jadi kemungkinan besar memang ini bukan punyanya. Tapi punya siapa?

“Pakai aja bukunya, daripada lo kena hukuman sama Pak Idris. Rezeki lo pagi ini,” timpal Khalisa, dia menampilkan deretan giginya.

“Yang dibilang Lisa benar,” kata Aura.

“Tapi kenapa ajaib banget ya, gue lagi mau ketimpa musibah ada solusinya,” ucap Mentari. Anggap saja Mentari sedang beruntung.

“Nggak usah dipikirin,” timpal Khalisa, tidak lama dari itu Khalisa membuka suaranya kembali. “Gue jadi ikut ekskul musik.”

Mentari terkejut. Akhirnya Khalisa mulai menujukkan sisi percaya dirinya. Dia memang suka bernyanyi. “Suara lo bagus, Lis. Jadi lo harus percaya diri, lo bisa.”

“Lo jangan puji gue terlalu berlebihan, nanti gue terbang,” ucap Khalisa seraya menutup wajahnya dengan buku.

“Kalau kalian?” tanya Mentari.

Mentari Untuk Bumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang