PROLOG

502 124 315
                                    

HAII SELAMAT MEMBACA YAA

***

Pagi yang sangat indah untuk sekarang, pagi yang sangat ditunggu oleh seorang perempuan dengan rambut sebahu yang mengenakan tas ransel berwarna biru muda—Mentari Alina Ibernia, namanya. Hari pertama mpls untuknya. Mentari tersenyum kepada dunia yang seolah-olah memberinya sambutan semangat untuk hari ini.

Mentari berjalan memasuki gerbang SMA Bina Tunggal, melihat beberapa Siswa/Siswi yang juga baru berdatangan. Melihat yang lain berbaris di lapangan, dirinya pun segera mengikuti berbaris di lapangan, tentunya mengikuti Upacara yang di lakukan setiap hari seninnya.

Mentari menyipitkan matanya pada ke-empat siswa laki-laki, sepertinya mereka juga sama baru memasuki kelas 10. Mereka berada dibarisan untuk Siswa-siswi yang terlambat. Baru pertama kali masuk sudah terlambat, pikirnya.

Upacara berlangsung dengan khidmat, untuk kesekian kalinya melaksanakan upacara di tempat yang berbeda. Setelah upacara selesai, dirinya mulai melangkahkan kakinya menuju mading untuk melihat namanya berada di kelas mana. Dirinya masuk jurusan IPA, memang keinginannya dari SMP ingin masuk jurusan IPA. Cita-citanya untuk menjadi seorang psikolog.

Setelah melihat beberapa nama, sampailah pada nama Mentari Alina Ibernia, kelas X MIPA 1. Mentari tersenyum, lalu pergi meninggalkan mading.

Kelas X MIPA 1 sekarang tengah berada di lapangan ditemani dengan Kakak tingkatnya juga, namanya—Gavin Adityani, ketua Osis, tingginya kurang lebih 178 Cm.

Saat ini dirinya dan ketiga temannya yang baru saja berkenalan tengah membuat lingkaran yang berisi masing-masing kelompok 4 Orang. yang pertama—Khalisa Intan Adzkiya yang kedua—Viona Kaluna Izora, yang ketiga—Aura Adelia mereka bertiga teman barunya.

"Yang diujung sana jangan ngobrol," tunjuk Gavin pada kelompok yang memakai seragam acak-acakan. Tidak pakai sabuk, tidak pakai dasi.

Mentari mencari sumber objek yang ditunjuk oleh Kakak kelasnya itu, ia menyadari mereka yang tadi di hukum karena terlambat.

"Berdiri kalian," lanjut Gavin dengan tatapan mata yang tajam.

"Emang Bumi sama teman-temannya dari SMP selalu aja, gak pernah mau berubah," ucap Khalisa sedikit berbisik.

Mentari menoleh ke arah sumber suara, "Lo kenal sama mereka?" tanyanya.

Khalisa mengangguk, "Mereka satu SMP sama gue."

"Yang pakai kaca mata aura pintarnya keliatan banget," ujar Viona. "Siapa namanya, Lis?"

"Itu namanya—Farel Zakariyya Lukas, kalau yang kulitnya sawo matang itu namanya—Affan Wilmadani, kalau yang pakai topi namanya—Linggar Deswana dan yang terakhir, dia—Bumi Putra Adiwigiano," Jelas Khalisa.

Sejujurnya Mentari tidak tertarik melihat mereka, dirinya bingung kenapa masih ada Siswa yang selalu berani melanggar peraturan sekolah. Dirinya memutar bola matanya, di detik yang bersamaan bola matanya mengunci, menatap laki-laki dengan baju seragam yang berantakan, ia menyadarinya lalu memutuskan kontak matanya.

***
GIMANA PROLOGNYA?

SEMOGA SUKA YAA

Mentari Untuk Bumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang