9. MENJENGUK DAN MANGGA

124 77 1
                                    

HAIII SELAMAT MEMBACAAA YAA

SEMOGA KALIAN DILUAR SANA SELALU SEHAT, SELALU BAHAGIAA

JANGAN LUPA BERIKAN VOTE DAN COMMENT

TERIMA KASIHH💗

***

Hari ini, Mentari memutuskan untuk tidak pergi sekolah, suhu tubuhnya tiba-tiba tinggi, padahal kemarin malam ia sudah beristirahat dengan cukup, saat pagi tiba tubuhnya kembali drop.

Ia menduduki tubuhnya dengan bantuan Ibunya, padahal hari ini ia ingin masuk sekolah karena hari ini ada ulangan harian bahasa inggris.

“Ke klinik aja mau nggak?” tanya Ibunya seraya mengecek suhu tubuhnya.

Ia menggeleng samar, “Nggak perlu, Ibu. Dikit lagi sembuh kok, nanti minum obat aja.”

“Kalau suhunya masih tinggi juga, kita ke klinik ya,” final Ibunya yang membuatnya mau tidak mau harus menurut.

“Ibu hari ini nggak buka butik dulu, mau mengurus kamu aja, takutnya nanti ada apa-apa sama kamu,” kata Ibunya.

Mentari merasa bersalah akan hal ini, “Lagi-lagi Tari merepotkan, maaf ya, bu.”

Ibunya menggeleng lalu duduk disamping anaknya, “Kamu itu anak Ibu, masa merepotkan, sudah jadi tanggungjawab dan kewajiban ibu. Sekarang kamu makan dulu ya, ibu tadi buat bubur.”

Mentari mengangguk, menuruti permintaan Ibunya. Dari semalam, ia hanya makan dua sendok sampai tiga sendok makan. Entahlah, jika diberikan sakit, nafsu makan pun sudah tidak selera lagi.

“Kegiatan sekolah kamu terlalu berat, ya?”

“Nggak kok, bu.”

“Istirahat kembali, cepat sembuh anak cantik ibu.” Nafisa mendaratkan bibirnya di kening anak tunggalnya.

“Terima kasih sangat banyak, Ibu. Tari akan segera sembuh!” katanya dengan nada bersemangat. 

***

Setelah bell istirahat berbunyi. Laki-laki yang bernama Bumi melangkah mendekati meja yang pemiliknya tidak hadir hari ini, ia sedikit khawatir dengan kondisi perempuan itu.

“Tari nggak masuk kenapa, Lis?” tanya Bumi.

Perempuan yang dipanggil itu menoleh saat ada yang bertanya. “Dia drop lagi.”

“Dia suka buah apa?”

“Mangga,” jawab Aura cepat.

Setelah mengetahui bahwa Mentari drop kembali, ia langsung menuju parkiran tanpa izin pada guru Bk. Entahlah, tiba-tiba ia ingin memastikan keadaan perempuan itu.

Bumi menjalankan motornya lalu keluar dari parkiran sekolah tanpa memperdulikan satpam SMA Bina Tunggal yang sudah meneriakinya, biarlah ia mendapat hukuman nantinya.

Bumi menepikan motornya ke supermarket untuk membelikan buah tangan, dengan cepat ia berlari ke dalam supermarket untuk membeli buah Mangga. Ia kemudian berjalan ke arah kasir. “Mas, buah mangga 10kg, ya.”

“Tunggu sebentar, mas.”

Bumi segera membayarnya, lalu segera pergi dari supermarket untuk ke rumah Mentari. Saat ini, pikirannya hanya fokus pada perempuan itu. Apa mungkin ia sudah jatuh cinta dengan perempuan itu?

Bumi berhenti di pekarangan rumah sederhana milik perempuan itu. Ia tersenyum hangat pada wanita yang telah melahirkan Mentari. “Selamat siang, Tante,” sapa Bumi hangat.

Mentari Untuk Bumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang