HAII, SELAMAT MEMBACA YAA💗🌷
SELAMAT MENIKMATI KISAH MEREKA
JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT
***
Ditengah kediaman ini, perempuan yang disapa Mentari itu sedang memindahkan catatan mata pelajaran yang kemarin tertinggal. Hari ini ia sudah masuk sekolah kembali, berurusan dengan tugas-tugas yang baru kembali.
Perpustakaan menjadi tempatnya saat ini, hening, sepi, sunyi. Earphone yang terpasang ditelinganya mengalungi lagu Mahen—Pura-pura lupa. Sengaja, datang sepagi ini untuk bisa menikmati udara di perpustakaan.
Kemarin, teman-temannya datang ke rumah untuk menjenguknya dan memberikan catatan, mereka terkejut saat mengetahui ada buah mangga sebanyak itu, tentunya mereka sudah tau siapa pengirimanya.
Merasa, ada yang duduk disebelahnya, ia menoleh melihat ada laki-laki yang duduk disebelahnya lalu tersenyum mengarah padanya. Ia melepas earphonenya, lalu bertanya untuk apa dia disini?
“Kak Gavin,” ucap Mentari sedikit canggung. Meskipun saat itu, ia sudah minta maaf karena tidak jadi datang saat ada acara makan-makan, ia tetap ada rasa canggung.
“Sudah sehat?” tanya Gavin, netra matanya terus memandangi perempuan yang ada didepannya.
Mentari mengangguk, “Sudah kak, Alhamdulilah.”
Laki-laki itu membuka resleting tasnya lalu mengeluarkan kotak bekal yang berisi roti bakar dengan selai coklat. “Jangan lupa makan,” ujar Gavin lalu memberikannya pada Mentari.
Mentari menerimanya dengan tersenyum canggung, “Eh, terima kasih kak Gavin. Nggak merepotkan?”
“Nggak, jika orangnya itu lo.”
Mentari berpikir sejenak, memikirkan kata-kata yang terlontar dari mulut Gavin. Apa maksudnya dan apa tujuannya berbicara seperti itu?
“M-maksudnya, gimana kak?” tanya Mentari bingung. Ia meminta pengulangan kalimat kembali agar lebih paham dengan maksudnya.
Gavin tersenyum lalu menggeleng, “Lupain, gue nggak bermaksud.”
Saat mendengar jawaban Gavin, ia tersenyum lega. Lalu membuka kotak bekalnya, “Kak Gavin sudah makan?” tanya Mentari.
Gavin menggeleng, “Belum, gue nggak terbiasa sarapan pagi-pagi.”
“Ini berdua aja, mau?” tawar Mentari.
Lagi dan lagi, Gavin menggeleng untuk menolak tawaran perempuan itu. “Nanti gue makan saat istirahat, roti bakar ini untuk lo aja.”
“Gue makan, ya?” izin Mentari yang mendapat anggukan dari Gavin.
Setelah menghabiskan roti bakar itu, ia kembali terkejut karena laki-laki itu memberinya air mineral, padahal ia tak meminta minum. “Nggak usah, kak,” tolak Mentari halus, ia tidak enak jika terus-terusan seperti ini.
“Nggak apa-apa, gue ikhlas.”
“Minum, nanti haus,” tawar Gavin lagi.
Ia menerima air mineral itu lalu membuka tutup botolnya dan meminumnya. “Terima kasih banyak kak, untuk roti bakar dan air mineralnya.”
“Sama-sama,” balas Gavin.
“Tempat bekalnya, gue bawa kembali, ya,” izin Gavin yang dibalas anggukan oleh Mentari.
“Ayo kembali ke kelas!” ajak Gavin yang disetujui oleh Mentari.
Keduanya bangkit dari tempat duduknya, lalu berjalan keluar dari perpustakaan menuju kelasnya masing-masing. Kelas Mentari berada di lantai dua, sementara kelas Gavin yang bersebrangan dan berada di lantai dua, jauh dengan kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari Untuk Bumi
Ficção AdolescenteDi antara temu yang banyak, mengapa harus pertemuan denganmu? Dari banyaknya manusia dimuka bumi ini, mengapa harus denganmu? Mungkin memang sudah takdirnya, takdir yang mempertemukannya Cover wattpad : Pinterest