4. TIM BUBUR DIADUK

163 93 15
                                    

SELAMAT MEMBACAA

JANGAN LUPA VOTE JUGA YAA🌷

ENJOY!

***

"Karna semalam gue kalah, jadi buburnya gue yang bayar," ucap Affan.

Linggar menggeleng pertanda tidak setuju dengan tawaran yang Affan berikan. "Padahal gue pengen minta yang lebih, Fan."

"Agak ngelunjak ya, Linggar!" sewot Affan.

"Bumi, lo tim bubur di aduk ya?" tanya Farel yang dijawab anggukan oleh Bumi.

"Menurut gue lebih terasa waktu di aduk. Tapi balik lagi semua orang punya seleranya masing-masing, dan gue sama sekali nggak masalah dengan selera kalian." Banyak yang bilang kenapa bubur diaduk? Tapi Bumi tidak mempermasalahkan pertanyaan itu, ia akan menjawab ini adalah seleranya.

"Bener yang dibilang Bumi, nggak masalah mau di aduk atau nggak di aduk, karna semua orang punya selera masing-masing," ujar Linggar.

Mereka semua mengangguk setuju, karna hal ini bukan hal yang terlalu besar untuk jadi perdebatan.

"Esta kelas berapa, Mi?" tanya Linggar yang memecah keheningan. Tidak ada hujan, tidak ada angin, tiba-tiba menanyakan adiknya.

"Kelas 9," jawab Bumi.

"Nanti kalau dia udah SMA mau gue gebet," ujar Linggar merasa tak berdosa.

Bumi membelalakan matanya, menatap Linggar dengan tajam. Beraninya dia ingin mendekati adiknya, tidak akan! Tidak akan ia biarkan. "Lo mau gue tonjok bagian mana?" tanya Bumi dengan nada tidak suka.

"AMPUN BUMI! GUE HANYA BERCANDA!"

"Lo cari yang seumuran sama kita aja, Gar." saran Farel.

"Jangan cari dedek gemes, Gar," timpal Affan.

"Apa gue gebet Mentari aja ya?" ucap Linggar lagi.

Lagi-lagi Bumi menatap tidak suka pada Linggar? Kenapa di Bumi ada manusia seperti Linggar.

"Kayaknya ada yang gak setuju, Gar," timpal Affan.

"Semuanya aja lo gebet, Gar. Bu Indah gebet juga sana!" titah Farel yang kesal pada Linggar. Lama-lama dia dapat julukan playboy. Bu

"Ide bagus," jawab Linggar.

Bu Indah, salah satu guru termuda yang memang belum menikah.

Affan menonyor kepala Linggar agar manusia yang ada dihadapannya ini tersadar. "Emangnya dia mau sama manusia spesies kayak lo."

Linggar menepuk bahu Affan. "Kita gak ada yang tau, Fan."

***

Mentari tengah membantu sang Ibu untuk merapihkan baju-baju yang siap di jual di butik. Hari ini libur, jadi Mentari bisa membantu Ibunya.

"Kamu benar gak ada tugas?" tanya Nafisa.

Ibunya memang tidak mau merepotkannya, padahal ini keinginannya sendiri untuk membantu sang Ibu, lagipula di rumah seorang diri juga bosan, suntuk.

"Nggak ada ibu. Tari masih aman dari tugas-tugas."

Nafisa mengangguk percaya, kemudian berjalan Mendekat kearah Mentari. "Tadi ada yang bantuin ibu waktu mau ke butik."

Mentari Untuk Bumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang