04. School Competition

20 5 0
                                    

"Nanti ikut saya keluar. Saya bakal uji coba kamu untuk mengendalikan hujan."

***

"Jadi lo yang namanya Park Jisung? Dasar stalker!"

"Saya bukan stalker, kan saya sudah bilang tadi," Profesor ini sangat menyebalkan.

Ya Tuhan, tolong jauhkan aku dari makhluk aneh seperti dirinya ini.

Aku sudah berada di laboraturium sekarang, dengan membawa satu memori hologram yang biasanya digunakan untuk memori robot.

Dia membawanya dari Jepang, karena di sanalah pusat alat-alat yang berhubungan robot dijual.

Tidak, bukan dijual untuk umum melainkan hanya orang-orang tertentu yang bisa membelinya.

Seperti contoh, Kak Jisung ini profesor maka dia bisa membelinya, karena dia pun sedang viral di sosial media akhir-akhir ini.

Bahkan tadi aku melihat akun instagram nya dan followers nya mencapai 1 juta.

Aku beruntung menjadi murid ajarannya dan tentunya pacar dari temannya.

"Lupain!"

"Kamu mau ikut lomba kan? Kalo iya, nanti sekalian saya ajarin tentang lomba yang kamu ikutin."

"Udah dibilang jangan formal-formal napa sih? Sesusah itu ya?"

"Yaudah gue juga bisa kalo masalah formal apa enggaknya."

Kak Jisung ini sekalinya berbicara tidak formal, seram juga ya ternyata. Seperti seekor singa yang baru saja kita ganggu dari tidurnya.

"Kamu tau yang saya maksud 'hujan' disini?"

Aku berpikir sejenak. Memikirkan perkataannya barusan.

"Yah, gimana ya, kak. Kirain hujan beneran, emangnya apa nih?"

"Nah, dari itu bisa saya jelaskan. Hujan yang saya maksud adalah hujan buatan yang dibuat dengan tangan sendiri, ya masa hujan beneran. Kalo hujan yang asli mah yang bisa ngatur cuma Tuhan."

Kak Jisung ini tertawa, rupanya dia bisa tertawa. Setelah dirasa dia adalah orang yang jarang tertawa dan terlihat introvert.

"Besok ini, ya, lombanya?" Tanyanya tiba-tiba, memecah keheningan yang terjadi barusan.

"Nggak, tahun depan."

"Lho? Saya serius,"

"Ya udah tau besok kok masih nanya sih? Sama kayak Pak Yixing deh, Kak Jisung tuh."

"Gak. Pak Yixing itu gampang diboongin tapi kalo saya engga."

"Gimana kalo aku bilang Kak Jisung diboongin cewek?" Aku berusaha meledeknya namun dia seperti tidak peduli dengan perkataanku. Dia terlihat mengecek ponselnya sebentar.

"Saya itu juga nggak pernah terjebak dalam hal percintaan. Itu cuma bikin saya sakit hati, saya udah trauma kalo sama cinta," Jawabnya dengan tangan yang masih sibuk scroll beranda instagram sepertinya.

Ia terlihat meletakkan sepasang mesin kecil yang dia ambil dari pojok laboraturium. Lalu ia mulai mengajariku untuk persiapan lomba antar kelas yang diadakan besok ini.

"Kamu harus tau, kalo mesin ini seandainya diletakkan diatas besi yang ini, itu akan membuatmu berhasil, hanya saja, kamu harus melewati 5 tahap yang harus dilakukan sebelum meletakkan mesin itu tadi ke besi yang ini dan ini juga cukup sulit namun jangan khawatir, kalo ada saya semuanya beres."

Setiap kalimat yang menuntunku untuk melakukan apa yang diperintahkan Kak Jisung pun aku lakukan semua tanpa ada yang terlewat. Hingga sekarang sudah menunjukkan pukul 12 siang yang artinya ini sudah jadwalku untuk pulang. Cepat sekali, padahal baru tadi aku memulai uji coba dengan Kak Jisung pada pukul 9.

Sempiternal [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang