06. Our last memories

19 4 0
                                    

"Kak Sicheng? Kok disini?" Melihatnya berada di rumahku ialah hal biasa, namun untuk sekarang tidak. Ia bahkan tak mengabariku di line bahwa ia akan ke rumahku.

Tahu begitu tadi aku mempercepat waktu belajarku, supaya pacarku ini tidak menunggu waktu yang lama.

"Loh, tadi aku nanyain kamu lagi dimana tapi nggak dibales. Kamu juga gak online dari jam 10. Ya aku khawatir, kukira kamu kenapa-kenapa, yaudah aku dateng ke rumah kamu. Malah kamunya nggak ada di rumah. Terus tadi kakakmu bilang kalau kamu lagi belajar bareng temen. Ya udah deh, kamu kan udah balik, jadi aku langsungan ya."

Si ganteng ini tersenyum. Sangat indah bila melihat wajahnya yang sedang tersenyum. Bagai melihat malaikat tampan. Apa apaan dia, baru saja melihatku datang, mengapa langsung pergi?

"Ih, kok pulang, kak? Ga mampir duluuu?"

"Nggak usah, nanti ganggu waktu belajar kamu. Kamu belajar aja ya, cantik. Besok ujian kelulusan, kan?" Ujarnya dengan mencubit kedua pipiku dan memainkannya.

"Tapi gak ganggu kok. Ayo, kak, temenin aku belajar. Aku makin semangat kalo belajarnya sama kak ganteng inii, ya ya ya?"

Dia hanya menatapku. Lalu tangannya bergerak menyentuh dagunya. Ia berdeham.

"Iya deh. Tapi beneran belajar ya, jangan liatin aku terus!"

Tingkat kepedeannya naik drastis, teman-teman.

Namun dia tidak salah juga, sih, karena kenyataannya memang aku suka melihat wajahnya yang begitu tampan.

"Yaudah ayo masuk, kak, nanti dapet teh sama makanan gratis dari aku." Jawabku dengan perasaan yang sangat gembira.

Aku menjadi sangat bersemangat belajar kali ini, dikarenakan Kak Sicheng yang ingin menemaniku belajar nantinya.

"Assalamu'alaikum, bunda dan kakak yang tercinta, saya kembali lagi, hahaha!" Kak Sicheng sedikit berteriak.

Dikarenakan bunda yang pasti sedang berada di dapur dan Kak Junkyu yang bermain game di kamarnya.

Ayah? Ia masih bekerja, begitu juga jadwal pulangnya. Sekitaran pukul tujuh atau delapan malam, ia baru pulang ke rumah.

Lucu sekali dia menyebut bunda ku dengan sebutan yang sama juga. Ini seperti kami sudah menikah. Haha, bercanda.

Aku masih bocah ingusan yang sudah terlibat dalam percintaan remaja.

Tunggu aku dewasa terlebih dahulu, baru aku akan menikah dengannya.

Tidak terbayang jika laki-laki dengan sejuta senyuman itu akan menjadi pasangan hidupku untuk selamanya.

Pasti akan sangat menyenangkan. Setiap pagi disuguhi senyuman manisnya dan kalau dia merengek akan terlihat menggemaskan.

"Wa'alaikumsalam. Ayo, Sicheng, masuk aja, rumah ini kebuka 24 jam khusus buat kamu, bunda bikinin teh dulu yaa!" Itu Bunda. Suaranya berasal dari dapur.

"Bundaaa, nggak usah bikin teh, aku aja yang bikin, bun," Dengan segera aku meletakkan tasku di sofa dan mempersilakan Kak Sicheng untuk duduk terlebih dahulu, "Kak, sebentar ya?"

Dia mengangguk dan tersenyum sekilas. Lucu.

Begitu sampai dapur, aku langsung membuat teh untuk si ganteng. Tak lupa, aku menambahkan beberapa cemilan kesukaannya.

Seperti contoh, keripik kentang dan biskuit choco chips. Dia sangat menyukai cemilan seperti itu.

Pacarku ini memang seperti bayi, ia menyukai biskuit choco chips dan semacamnya.

"Kak ganteeeng, udah jadi nih, yakin pasti bakal suka."

Wajah Kak Sicheng berubah yang awalnya fokus pada hp menjadi fokus pada makanan yang kubawa-kok nggak fokus sama aku aja sih.

Sempiternal [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang