07. Right down to the parting word

19 5 26
                                    

Aku termenung, melihat jalanan yang begitu luasnya. Tidak, hanya jalanan biasa, yang terlihat dari kaca jendela bus.

Jalan tol yang bisa dikatakan sangat keren, karena jika malam tiba, lampunya akan otomatis menyala. Tak lupa dengan desain jembatannya yang modern.

Sudah 30 menit semenjak aku bertengkar dengan Kak Sicheng. Apa aku yakin akan menikah dengannya?

Ah, lagipula siapa yang akan mengurus orang gila sepertinya.

"Makan nih, gue bawa crips loh!" Yuqi menghampiriku dari kursi belakang. Dia tahu bahwa aku sedang bertengkar dengan orang gila itu.

"Crips apaan? Cemilan baru?" Memang, aku tidak begitu suka tentang chiki-chikian. Aku hanya suka Kak- Maaf, tidak jadi.

"Iyaaa, gue beli tadi deket sekolah, ambil dong, Kyu! Mahal nih," Yuqi mengerucutkan bibirnya, menandakan bahwa ia memohon padaku untuk mencicipi camilan itu.

Karena aku adalah orang yang baik hati dan tidak sombong, aku mengambil cemilan yang baru saja ia berikan padaku.

Saat tanganku mengulur ke belakang, dikarenakan posisi Yuqi yang sekarang sedikit berada dibelakangku, tanganku tidak sampai untuk mengambil cemilan itu.

Dengan refleks, tubuhku berdiri dan pada akhirnya menghadap ke belakang. Yang dimana aku mendapati Kak Sicheng sedang menatapku dari kursi yang paling belakang, dengan tangan yang memegang dagunya sendiri.

Lalu setelah ia sadar bahwa aku melihatnya, ia langsung mengarahkan pandangannya ke luar jendela.

Cih. Padahal dia sendiri yang mengatakan bahwa jangan pernah menemuinya sebelum dia sendiri yang datang padaku.

Namun apa sekarang? Dia menatapku? Hahaha. Tertawakan saja.

Yuqi mengerti aku sedang melihat siapa. Ia melirikku dengan tatapan yang mencurigakan, seolah-olah dia berkata bahwa 'katanya marahan kok malah ngeliatin dia'.

"Apa sih, Qi!"

"Lah, apa coba? HAHAHAHA," Yuqi tertawa sangat keras. Hingga Jeongwoo yang sedang tertidur pun ikut terbangun.

"Marahan sama Kak Winwin yaaa," Yizhuo menggodaku. Ia mengatakannya dengan sangat keras bahkan sepertinya seisi bus mengetahui apa yang dia katakan. Aku tidak menghiraukan perkataan Yizhuo.

Aku mengintip Kak Sicheng dari celah kursi milikku dan Shuhua. Sebelah kiriku adalah Shuhua, dia tertidur juga sekarang, sama seperti Jeongwoo.

Wajahnya terlihat semakin sedih setelah Yizhuo menggodaku tadi. Apakah aku boleh berekspektasi sedikit?

Bahwa Kak Sicheng merindukanku setelah untuk beberapa saat ia tidak berbicara denganku. Entah salah atau benar, yang penting aku juga merindukannya.

Diam, jangan beritahu Kak Sicheng.

"Nah, anak-anak, sebentar lagi kita sampai di Incheon Park. Ada yang sudah pernah kesana?" Tanya Pak Yesung, yang sesekali juga melihat satu persatu anak didiknya. Dengan kakak pembimbing di belakang sana.

Aku tidak mengenalnya.

"Belum paaaak," Jawab kami bersamaan.

"Satupun belum ada yang pernah kesana? Beneran?"

"Saya pak, pernah, pernah lewat." Doyoung tampak biasa saja setelah melontarkan kalimat yang baru saja ia ucapkan.

"Kim Doyoung."

"Maaf pak, hehehe,"

Pak Yesung hanya menggelengkan kepalanya. Sepertinya tertekan karena memiliki murid seperti Doyoung.

Sempiternal [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang