bab 8

139 126 96
                                    

Typo bertebaran!


_Happy reading_

Hari ini adalah hari di mana aku kehilangan orang yang paling berharga di dalam hidup ku, entah mengapa sulit bagiku untuk menerima kenyataan, bahwa dia telah meninggalkan diriku dan semesta untuk kembali ke tempat aslinya.

Sekarang semesta mendukung akan kesedihan yang ku pendam selama ini, di saat aku menangis dan berteriak bahwa takdir itu tidak adil pada diriku, hujan pun berlomba untuk turun mengguyur bumi dengan air sejuknya, air yang slalu membuat orang-orang menggigat momen di mana mereka bersama orang-orang tersayang.

Aku, Diandra wahyuni pratama yang slalu di anggap sempurna oleh mereka-mereka di luar sana, tanpa mereka sadari aku hanyalah manusia biasa yang tidak akan pernah sempurna. Hidup mewah bukan lah suatu hal yang membanggakan, hidup bersama keluarga yang lengkap belum tentu menyenangkan, dan mempunyai banyak teman bukan berarti merasa tidak sendirian.

Banyak hal yang ku lalui, hingga sampai aku berada di titik sekarang. Aku, Diandra wahyuni pratama hanya manusia yang lemah, yang pernah tak di harapkan akan kehadirannya. Aku, Diandra wahyuni pratama adalah orang yang amat-teramat bodoh akan tentang kehidupan.

Sampai suatu saat, aku lelah untuk menjadi seorang yang lemah, seseorang yang tidak pernah memikirkan dirinya sendiri, seseorang yang slalu di buang saat tak di butuhkan. Aku benci mengakui bahwa aku adalah orang yang paling bodoh dan paling lemah di masalalu ku. Aku benci pengkhianatan, aku benci orang yang slalu menindas dan aku benci orang yang hanya diam saat di tindas.

Dan kini, mereka satu persatu hadir kembali dalam kehidupan ku. Mereka yang pernah membuat diri ini jatuh sejatuh-jatuhnya, hingga sulit untuk bangkit kembali, telah hadir untuk tujuan yang tak pernah ku ketahui.

Hujan semakin berlomba-lomba untuk turun mengguyur bumi, tapi sayangnya hujan kalik ini turun tanpa adanya petir dan kilat yang menyambar.

Sekarang seorang Dian sedang berada di pemakaman umum, untuk menanyakan kabar seseorang yang berharga dalam hidupnya, seseorang yang telah pergi meninggalkan beribu kenangan manis dan pahit. Sekarang Dian berdiri di samping kuburan sang kakek yang sangat dia rindukan sampai sekarang.

"Assalamualaikum Kakek. Maaffin Dian ya Kek, yang sulit buat bisa ikhlassin kepergian kakek" ujar Dian dengan cairan bening yang ikut berlomba-lomba untuk keluar dari kedua pelupuk matanya yang indah, membasahi pipi mulus miliknya.

"Kakek tau gak? sekarang Dian udah jadi orang yang kuat, gak kayak dulu lagi Kek" ujar Dian dengan lirih.

"Kenapa kakek harus pergi secara tiba-tiba? padahal Dian butuh Kakek. Entah dulu atau sekarang, Dian butuh peran seorang Kekek dalam kehidupan Dian" ujar Dian yang sudah terisak hebat.

"Ternyata Dunia orang dewasa itu bener-bener gak menyenangkan ya Kek, pantas saja Kakek hanya bisa tersenyum ketika Dian kecil menginginkan bertumbuh dewasa secepatnya"

"Udah dulu ya Kek, hari udah mulai sore, nanti Dian bakal kesini lagi dengan kebahagiaan, dan bukan dnegan kesedihan kayak sekarang. Assalamualaikum Kek" pamit Dian pada kuburan kakeknya.

Dian segera bangkit dan pergi dari pemakaman umum ini, karna hari sudah mulai sore. Dian ingin sekali berlama-lama di sana, tapi Dian teringat kata orang tuanya, kalo berada di kuburan saat sudah sore itu pamali.

ALYSHA [Berhenti Untuk Di Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang