bab 2

334 267 486
                                    

Happy reading

-

Kringg...kringg...

"Bel udah bunyi tuh, ayo ke kelas!" ajak Anissa.

"Ayo!" jawab kita bertiga secara bersamaan.

Kita berempat pun bergegas untuk masuk ke dalam kelas dan beruntungnya kita berempat satu kelas, yaitu kelas XI MIPA 2. Kenapa gua bisa langsung ke kelas sama mereka? Ya karena gua udah minta tolong bokap buat telpon kapsek di SMA ini. Jadi gua gak perlu ribet lagi cari ruang kapsek, dan beruntung nya gue sekelas sama mereka bertiga.

"Selamat pagi anak-anak," salam seorang guru yang gua kenali bernama buk Anita... wali kelas dari XI MIPA 2.

"Pagi Bu," jawab semua murid hampir serentak.

"Sebelum kita memulai pelajaran, kamu silahkan ke depan terlebih dahulu untuk memperkenal'kan diri," tunjuk buk Anita ke arah gua, gua pun langsung berdiri dan berjalan maju ke depan untuk memperkenal'kan diri. Agak grogi sih gua, tapi ya mau gaimana lagi... udah nasib jadi anak baru tohh.

"Perkenal'kan nama saya Diandra Wahyuni Pratama, kalian bisa panggil saya Dian. Saya pindahan dari Bandung, semoga kita bisa berteman dengan baik... udah itu aja buk perkenalan singkat dari saya."

"Ada yang mau ditanya'kan?" tanya Buk Anita yang di balas oleh gelengan semua murid.

Kalem-kalem kalik nih anak-anak kelas ya, sampe gak ada satu pun yang mau nanya gitu. Tapi gakpapa deh, kan gw yang untung kalo mereka gak nanya-nanya– batin gua.

"Baiklah kalau begitu, kita mulai saja pelajarannya... Dian kamu silahkan duduk kembali," ujar buk Anita yang di balas anggukan kepala dari gua.

Akhirnya pelajaran pun selesai. Entah mengapa belajar sangat menguras tenaga, padahal hanya duduk diam dan memperhatikan saja, tapi tetap saja rasanya capek.

Sekarang kita berempat sedang melangkah menuju kantin untuk membeli makanan tentunya.

"Mau duduk di mana, semua meja udah penuh?" tanya Nanat.

"Duduk di pojok situ aja," tunjuk gua ke arah meja pojok bagian kanan, soalnya cuman itu doang meja yang kosong yang lainnya berpenghuni.

"Jangan deh Dian, gua males tau nyari masalah," ujar Nisa yang menahan tangan Dian untuk tidak berjalan kearah meja itu berada.

"Kan kita cuman duduk, makan, ngobrol. Terus letak masalahnya dimana?" tanya gua heran.

"Masalahnya itu meja Arkandkk," ujar mereka secara serempak.

"Oh, terus sekarang kita mau duduk dimana?" yang di tanya hanya bisa mengedik'kan bahu.

Setelah berdebat panjang, ahirnya kita berempat pun mutussin buat  duduk di meja pojok bagian kanan yang katanya milik Arkandkk itu.

"Kalian pesan apa? biar gua yang pesennin, mumpung gua lagi baik nih," tawar Nissa.

"Bakso sama orange jus aja," jawab Nanat.

"Bakso sama melon, " jawab gua.

"Siomay, melon" jawab Lia.

"Singkat amat neng," ujar Nanat ketika mendengar Lia berbicara.

"Singkat salah, panjang juga salah," kesal Lia.

"Bukan gitu, maksud gua itu---" ucappan Nanat terpotong oleh suara Dian.

"Udah-udah... gak usah bacot lagi, sana Nis beli makan!" tegur gua yang keaadaan nya udah laper, dan tentunya gua males dengerin bacotan mereka berdua yang tak tentu kapan akhirnya.

"Oke, ditunggu ya."

"Iya, cepetan sono!" usir Nanat.

"Iya sabar ngapa bund," ujar Nisa yang akhirnya pun berlalu memesan makanan dan minuman.

Tak butuh waktu yang lama untuk Anisa memesan makanan dan minuman, sekarang ia sudah kembali dengan nampan di tangannya yang juga di bantu oleh penjual bakso untuk membawa nampan yang satunya lagi.

Akhirnya kita berempat pun menyantap makanan dengan enak, hampir enak kalau ga ada yang ganggu.

Brakk

"Astaghfirullah." Ngucap gua jadinya'kan, baru aja ngerasa enak makan nih bakso, eh malah ada yang ganggu... mana pake mukul meja lagi.

"Maaf, kenapa ya Kak?" tanya gua sopan, karena gua tau dia kakkel dari lambang seragamnya.

"Lu gak tau kalo ini meja punya siapa?" tanya nya dengan sewot.

"Tau lah Kak, pasti sekolah'kan yang punya mejanya?"

"Lo tau yang punya sekolah ini siapa?" tanya nya lagi dengan nada yang tetap sama.

"Ya, yang saya tau yang punya sekolah ini masih manusia, dan saya gak mau tau atau pun peduli tentang identitas yang punya sekolah ini. Oke, Kakak boleh pergi karena Kakak menganggu acara makan kita!" jelas gua dengan P x L x T.

"Berani banget lu ngejawab, emangnya lu gak tau siapa kita?" tanya temennya.

"Konyol banget pertanyaan Kakak, pastinya Kakak bertiga itu manusia dan tentunya bukan hewan."

"Cantik-cantik kok ngesilin sih dek!" celetuk temen nya yang satu lagi.

"Gakpapa ngeselin, yang penting cantik'kan Kak."

"Anjirt!" umpat mereka tanpa sadar.


To be continued...

-

Jangan lupa buat vote dan komen, makasih🌹

Pantau terus cerita Diandra sampe tamat ya. Wkwk

See you next part.

ALYSHA [Berhenti Untuk Di Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang