Oppa atau Chagi, Tidak keduanya!

3 1 0
                                    


Celana jeans hitam panjang yang menutupi seluruh tungkaiku hingga mata kaki, cukup serasi dengan kaos putih serta kemeja bunga-bunga yang sengaja tidak ku kancing. Rambut panjangku sengaja diurai. Ada satu jepitan rambut dengan mainan kelinci merah muda sebagai aksennya.

Beberapa kali kuputar badanku, tetap cantik dan rapi kok.

Baiklah, aku sudah siap untuk menepati janjiku pada Seokjin.

“Nenek, aku pergi dulu ya dengan Seokjin Oppa!”

Ku ambil sepatu converse hitamku lalu segera memakainya cepat, namun terhenti begitu mendengar pertanyaan nenek.

“Kau dan Seokjin menjalin hubungan?”

Aku mengangguk singkat dengan senyum lebar di bibirku. “Kami berteman, Nek.”

Nenek terkekeh pelan dan bilang kalau bukan itu maksud pertanyaannya.

Aku tertawa geli sebab sebenarnya aku sangat paham dengan yang dimaksud nenek. Hanya saja aku memilih tidak menanggapi nenek lebih lama, bisa-bisa nanti terlambat. Malam tidaklah panjang, maka aku harus bergegas. Lain waktu aku bisa menjelaskan apa yang mau nenek dengar dari mulutku.

Tentang apa hubungan yang kupunya dengan Seokjin, atau bisa lebih menjurus ke apa nama dari perasaanku untuk Seokjin.
Kini aku sudah di depan pintu rumah bibi Kim. Seperti biasa aku masuk begitu saja dan menyapa bibi di dalam yang tengah sibuk menyiapkan alat makan malam.

“Bibi, biar kubantu ya,”

Sambil menata sumpit serta sendok dan garpu, sesekali aku melirik ke arah bibi yang sedang memotong daun bawang.

“Kau kelihatan cantik, Shin Ju-ya, mau kemana? Makanlah dulu dengan kami sebelum pergi.”

Aku menggeleng singkat. “Maaf, Bibi. Aku kemari mau menjemput Seokjin Oppa. Kami ada janji.”

“Benarkah? Tapi Seokjin pergi dan tidak bilang apa-apa tentang janji kalian.” Bibi kemudian mencicip kuah sup tahu yang dibuatnya lalu melanjutkan bicara, “Akan kumarahi dia nanti saat pulang.”

Aku diam saja. Dibilang kecewa ya iya, tapi sedih ya tidak juga. Sesibuk atau sepenting apapun urusannya, seharusnya Seokjin mengabariku. Rumah kami tidak sejauh Seoul ke Busan. Rumah kami bahkan saling berhadapan. Sungguh kelewatan, tahu begini aku juga tidak perlu repot menyetrika baju yang bahkan jarang kupakai. Hari ini aku sampai keramas loh, padahal kemarin sudah keramas.

“Kalau begitu aku pulang saj-“

“Pergi denganku saja!”

Aku menoleh menatap Taehyung yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping kursi dengan mulut yang mengunyah makanan.

“Taehyung benar, Shin Ju-ya. Pergilah dengannya. Sayang sekali sudah rapi-rapi malah gagal pergi.”

Belum sempat aku menolak bibi sudah menyuruhku duduk dan meletakkan segelas jus di depanku.

“Taehyung, cepatlah bersiap! Gadis cantik sepertinya tidak boleh dibiarkan lama-lama.”

Aku tersenyum malu mendengar perkataan bibi, sementara Taehyung terdengar sibuk menanyakan di mana letak kaus hitam celine miliknya.

Tidak lama waktu yang diperlukan untuk seorang lelaki bersiap. Taehyung bahkan tidak memakan waktu sepuluh menit. Jus mangga yang diberi bibi saja masih habis setengah gelas.

“Ayo!” ajak Taehyung .

Tangannya menarik tangan kiriku, sedangkan tanganku yang lainnya sibuk meminum habis jus tadi.

2 TASTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang