Setelah sepekan berjuang di rumah sakit, akhirnya kami diperbolehkan untuk pulang. Aku sendiri sudah dinyatakan pulih karena tidak banyak luka serius yang harus mendapatkan tindakan khusus. Sementara Timo yang mengalami patah tulang kaki dan terdapat luka dalam, tetap menjalani rawat jalan.
Senang rasannya bisa menghirup udara segar, satu minggu dirumah sakit bagaikan satu tahun bagiku. Belum lagi hal yang menakutkan sering kali menghantui kami dikala malam. Pengalaman berharga yang membuat kami belajar. Walau sebanyak dan secanggih apapun fitur safety mobil tidak akan menghindarkan kita dari kecelakaan, walaupun kita Hati-hati tapi bisa jadi kita bertemu dengan pengendara yang tidak Hati-hati yang bisa membahayakan kita.
" Huah... Akhirnya kita pulang juga ya Tim.... " Kataku
" Iya, akhirnya kita bebas dari penjara higenis itu.... " Kapok lah aku nyetir mobil. Ujar Timo yang masih terduduk di kursi roda. Keaadan Timo memang lebih parah dariku. Aku kala pulang dari rumah sakit hanya menggunakan tongkat dan dengan tangan yang terbelenggu oleh arm sling. Sementara Timo lebih dari itu. Tapi salutnya dia tidak ada raut kesakitan atau mengeluh, yang ada dia nampak bahagia dengan senyuman yang terus terpancar di wajahnnya.
" Hust... Jangan bilang gitu... Kamu jangan sampe trauma nyetir... Harusnnya ini jadi pelajaran kita biar bisa nyetir hati-hati... Bukannya malah anti mobil... "
Di dalam mobil Om Alex, Timo banyak becanda seolah-olah tak pernah mengalami rasa sakit yang luar biasa. Aku saja yang hanya alami patah tulang di lengan masih merasa sakit. Tapi tidak dengan Timo.
" Tim...kenapa sih kamu kayak orang yang gak punya beban gitu, emang kamu udah gak ngerasa sakit apa... Aku aja masih ngerasa sakit.... " kataku.
" Begini Tam, aku masih ngerasa sakit, karena aku normal... Emangnnya aku deadpool yang gak pernah ngerasa sakit.... " Ucap Timo dengan nada bercanda.
" Serius Tim... Aku heran aja kenapa sih kamu ceria banget... Padahal aku tau kamu lebih parah dari aku... Di rumah sakit aja kamu kayak gak sakit apa-apa... Malah aku yang banyak ngeluh kesakitan.... "
" Hemm... Kamu ini kayak anak kecil ya Tam... Begini... Rasa sakit itu wajar... Tapi yang gak wajar itu kalau kamu ngeluh... Kamu mau ngeluh sampe nangis darah pun rasa sakit itu gak mungkin ilang... Malah yang ada nambah sakit... Tam... Ingat Mukzijat Tuhan itu nyata... Kalau kita percaya Mukzijatnya... Maka rasa sakit itu oasti hilang.... " Ucap Timo dengan nada serius. Aku tertegun mendengar perkataan Timo yang begitu bijak. Terkadang Timo itu bersikap gila dan bertindak se enak jidatnya, tapi disisi lain dia seorang motivator yang tak pernah lelah menyemangati diriku dikala jatuh.
" Tam... Aku ada rahasia biar kamu lupa akan rasa sakitmu.... "
" Apa Tim.... "
" lakukan apapun yang kamu sukai, berfikir kebalikan dari apa yang kamu rasakan sekarang, dan Terkhir ingat tuhan.... "
" Maksud dari berfikir kebalikan itu apa sih Tim... Aku gak ngerti.... "
" Haduh... Emang susah nih ngejelasin sama anak SD.... "
" Eits... Yang Anak SD siapa ... Kamu pake Motor trail aja nyungsep... Mana ada anak SD yang pernah Juara motor X Tingkat Asia Pasifik .... " kataku yang agak menyombongkan diri.
" Hmm... Terbang lah idung kamu... Jadi begini Bli Valentino Rossi... Maksud berfikir kebalikan itu... Ketika kanu ngerasa sakit... Kamu bilang... Aku tidak ngerasa sakit... Klo di bahasa Psikologi itu... Kita merubah perspektif Sugesti... Karena Rasa sakit itu kan muncul ketika adannya stimulus dari luka lalu di olah oleh otak dan memberikan respons sakit... Nah kita harus merupah perspektif otak kita dan berfikir tidak sakit... Maka otak akan memberikan respons tidak sakit... Begitu... Ngerti nggak.... " Jelas Timo dengan bahasa yang Kredibel. Aku yang melongo melihat penjelasan Timo membalasnya dengan tepuk tangan.
" Luar biasa.... " kataku sambil tepuk tangan kagum kepadannya.
" Kamu tepuk tangan ngerti nggak...? "
" Enggak. " kataku sambil berhenti tepuk tangan. Karena kesal Timo langsung menoyor kepalakku. Sambi berkata.
" Belegug sia... Aku udah cape ngomong malah nggak ngerti... Piye iki rek.... " ucap Timo yang mencampur bahasa Sunda kasar bahasa Indonesia dan Jawa.
" Bercanda...gitu aja marah wahai Sigmund Freud... Aku juga sering baca buku Psikologi kali... Emangnya kamu doang.... "
" Wah... Mantap... Nanti aku pinjem bukunnya ya.... "
" Eeh... Minjem sering tapi balikin jarang... Dasar ilmuan minim modal.... "
" Kan kamu kaya Tam... Aku loh... Cuma rakyat jelata.... "
" rakyat jelata dari mana... Masa iya rakyat jelata punya Nissan Serena kayak gini... Pake sopir lagi... Ya gak pak... " kataku sambi meminta pendapat kepada sang sopir.
" Iya Den... Den Timo ini memang suka merendah... Klo rakyat jelata mah saya atuh.... " Ucap pak Asep yang merupakan supir pribadi keluarga dirgantara.
" Jangan bilang seperti itu Pak... bapak punya anak kan...? " ucap Timo.
" Iya Den.... "
" Nah... Aku yakin Anak Bapak itu jadi orang sukses... Hidup kita itu seperti roda pak... Kadang di atas kadang juga di bawah... Nah... Harta yang kita punya itu sebenarnya Titipan dan gak abadi pak.... " Ucap Timo yang bijak.
tanpa sadar kami tiba di rumah dan di sambut oleh kedua orangtua kami.
.
.
.
.
.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Thymoty dan popoknya (TAMAT)
Non-Fictionkisah Timothy yang terpaksa mengenakan popok setiap hari karena cedera yang dialaminya. dia merasa tidak nyaman dan malu sampai waktu membuat dirinya terbiasa. " Mungkin aku harus menjadi seperti ini Tama... dan aku merasa aman kalo pake popok " (T...