Buakn untuk sombong, Sebagai seorang Atlet Taekwondo, Rasa sakit ketika Wajah terkena Tendangan lawan hingga mimisan itu tidak seberapa, Sebagai seorang pembalap motor cross, Jatuh terhembas ke tanah dan tertimpa motor hingga tulang lenganku patah itu tidak ada apa-apanya. Tapi, kehilangan seseorang yang kita sayangi itu jauh lebih sakit dari apapun yang menyakitkan di dunia ini. Nenek, Natali dan Timo. Adalah sosok yang aku sayangi Harus pergi meninggalkan aku sendiri. Sakit... Sakit sekali... Tusukan satu juta pedang pun masih kalah sakit dari kehilangan mereka.
Khususnya Timo sosok yang sangat dekat dengan kehidupanku selain Keluargaku sendiri. Aku menganggap dia lebih dari seorang sahabat, melainkan dia seorang saudara, saudara kembar yang selalu ada di sampingku.
Sabtu 09 April 2016 adalah hari pertamaku bertemu dengannya. Dia bagaikan mesiah yang membawaku dari kesendirian, dari awalnya hanya seorang anak culun yang hanya berteman dengan seekor anjing, kini memiliki teman manusia yang dapat di ajak berbicara. Seorang Laki-laki Berdarah Jawa Manado itu selalu memberiku semangat dan mendidiku menjadi orang yang memiliki rasa percaya diri. Walau kami berbeda ras dan Agama, tapi dia selalu mengajarkanku makna toleransi dan cinta, yang membuat seorang cowok cupu dapat mengenal kata cinta dan kasih sayang kepada lawan jenisnya. Suka, duka, tawa, tangis, bahagia dan musibah. Kita lalui bersama. Tapi Timo selalu setia menjadi sahabatku sampai akhir hayatnya.
6 November 2020 pukul 09.00 WITA, Om Alex ayahnya Timo menelpon kabar yang membuat hatiku hancur berantakan. Suara tangis dari Om Alex meyakinkanku kalau kabar itu benar adannya.
3 November 2020, setelah berjuang melawan covid 19 yang membuat kondisi jantungnya memburuk selama dua pekan. Timo dinyatakan meninggal dunia. Usianya baru 20 tahun, sama sepertiku. Namun Sang hyang widhi lebih sayang kepadanya. Dia harus pergi untuk selamanya. Belum sempat aku mengucap perpisahan, dan belum tunai janjiku untuk mengajaknya liburan ke negara leluhurku portugal, namun dia tetap harus pulang ke pangkuan Tuhan.
Sedih dan sakit, aku tidak bisa ada disisinya saat dia hendak pergi, bahkan aku tak tau dimana tempat peristirahatan terakhirnya berada. Namun apa daya, wabah ini mencegahku untuk hanya sekedar memeluk tubuhnya untuk terakhir kalinya.
Amor ring Acitnya Timo, Rest in peace. Senyummu, canda tawamu dan ledekanmu selalu aku ingat dan akan selalu ku rindukan. Baik-baik disana ya. Kamu sekarang sudah sembuh dan hidup bahagia di Sorga.
Aku janji, akan selalu memainkan Biola atau Piano dan mengiringi lagu natal untukmu, walau aku tak merayakan itu. Aku tetap memainkanya setiap kali aku merindukan kehadiranmu. Sampai kapanpun kau tetaplah Saudaraku bukan hanya sekedar Sahabat apa lagi orang lain yang sekedar kenal.
🌹🌹🌹🌹🌹
Tamat
Terima kasih teman-teman semua yang udah setia membaca kisah Timo dari awal sampai akhir. Mohon maaf bila hanya sampai sini saja, karena Aku sudah tak mampu lagi mengingat masa-masa bersama Timo. Aku takut dia resah melihatku yang masih belum merelakannya pergi. Aku harap kalian bisa Memakluminya.
Tapi teman-teman jangan khawatir. Aku sudah mempersipkan serie kedua Nicky yang akan rilis tepat di malam natal sebagai Kado istimewa untuk Timo dan Nicky Juga teman-teman pembaca sekalian.
Jangan lupa vote dan coment dibawah ya. Sampai jumpa di Nicky 2
KAMU SEDANG MEMBACA
Thymoty dan popoknya (TAMAT)
Nonfiksikisah Timothy yang terpaksa mengenakan popok setiap hari karena cedera yang dialaminya. dia merasa tidak nyaman dan malu sampai waktu membuat dirinya terbiasa. " Mungkin aku harus menjadi seperti ini Tama... dan aku merasa aman kalo pake popok " (T...