Sepanjang perjalanan pulang dari cafe ke Rumah, Aku terus menerus memikirkan tentang Timo sambil menyerir di tengah gelapnya malam. Ada rasa sesal terhadap diri sendiri yang egois. Aku tak pernah sadar, kalau selama ini Timo selalu ada dalam hidupku. Sahabat yang selalu menemaniku dikala senang ataupun susah. Tapi, diriku tak pernah ada disampingnya dikala dia tengah susah.
" Kanapa aku begini... Aku begitu egois... Aku selalu memikirkan diriku sendiri dan melupakan seseorang yang selama ini ada didalam setiap kehidupanku... Maafkan aku Timo.... " tanpa sadar air mataku mengalir di pipiku.
Saking emosianalnya. Aku yang tengah melintasi jalan toll Kota, hampir saja mati karena terlalu kencang melajukan mobilku dan hampir menabrak Truck pertamina yang berada tepat di depanku. Beruntung aku tersadar dan langsung menginjak pedal rem dalam-dalam sehingga aku selamat.
Tak butuh waktu lama, aku tiba di rumah, aku memarkirkan mobil di garasi dan langsung bergegas menuju rumah Timo. Ketika hendak mengetuk pintu rumahnya. Tiba-tiba aku di kejutkan oleh suara seseorang yang tidak asing bagiku.
" Hey... Ngapain... Masuk... Jangan ganggu orang malam-malam gini.... " Ucap Papi yang tengah berdiri di balkon kamarnya.
" Iya Pi.... " Aku pun mengiyakan perintah Papi dan menunda bertemu dengan Timo di esok hari.
aku masuk ke dalam Kamar dengan perasaan kalut diliputi rasa takut kalau sikap Timo tak bisa menerimaku kembali. Aku melepaskan satu persatu pakaian yang melekat di tubuhku, dan terakhir melepaskan Popok basah yang sudah dipenuhi oleh air kencingku sejak siang tadi. Kakiku melangkah ke arah kamar mandi yang berada di kamarku dan langsung berdiri diatas kucuran air shower yang hangat.
Setelah melakukan ritual mandi, aku berpakaian dan sialnya aku lupa menggunakan popok yang biasa aku kenakan sebelum tidur. Pikiranku terus memikirkan Timo, yang membuat mata ini sulit untuk di pejamkan. Aku memutuskan untuk duduk di depan jendela dan memainkan music klasik menggunakan biola tua warisan dari Kakek Miguel Emmanuel.
Biola tua yang di bawa kakek dari portugal adalah benda yang paling berharga bagiku, benda ini selalu menemaniku di kala aku sedang tidak mood atau sedih. Walau aku belum pernah bertemu sama sekali dengan Kakek Miguel, tapi rasanya setiap kali aku memainkannya, kakek dan neneku datang menemani kesendirianku.
Tak terasa, waktu menunjukkan pukul 3 Pagi, aku pun sudah memainkan belasan lagu yang membuat lenganku pegal. Untung saja, orangtuaku suka dengan permainan biolaku, sehingga mereka tidak terganggu dengan alunan musik yang kumainkan. Aku juga sengaja bermain musik klasik yang soft agar tidak terlalu berisik.
Setelah menata kembali biolaku dengan rapi, aku membaringkan tubuhku di kasur. Perasaanku kini sudah agak baikan. Aku optimis, esok hari aku bisa bertemu dengan Tama dan kembali baikan seperti sedia kala.
Keesokan paginya, aku terbangun dan merasakan sensasi dingin dan basah di area punggung dan selangkanganku. dengan posisi masih berbaring. Aku mencoba mematikan AC yang ku anggap sebagai biang penyebab dinginnya tubuh ini. Namun tubuh ini masih merasakan sensasi dingin. Saat aku meraba area selangkangan, Aku terkejut ketika tanganku merasakan sensasi basah.
" Astaga... Kok bisa ngompol.... " aku pun mengintip area kejantananku yang tenyata tidak terbungkus oleh popok.
" Duh... Sialan... Kenapa bisa lupa pake pampers sih... haduh... Mami bisa marah besar nih.... "
Aku pun mengirim chat kepada Bi Heni yang merupakan ART rumah kami. Aku menayakan apakah Mami dan Papi sudah pergi berkerja, dan untung saja mereka sudah pergi. Aku pun selamat, dan membereskan Selimut, Bed cover dan seprai untuk di cuci oleh Bi Heni.
Bi Heni datang dan menawariku untuk sarapan.
" Iya Bi... Nanti aku sarapan... Oh iya... Tolong cuciin ini ya... Jangan bilang Mami kalau aku ngompol...." sambil memberikan keranjang berisi Selimut, Bedcover dan seprai yang sudan basah oleh ompol.
" Oh iya Bli... Siap.... "
Aku pun mandi dan bersiap-siap untuk menemui Timo dinrumahnya. Dengan penuh optimis, aku keluar rumah, kebetulan saat aku keluar, Timo tengah bermain basket di halaman depan rumahnya. Aku pun menghampiri Timo untuk berbicara mengenai masalah kemarin.
" Tim.... " Sapaku padannya. Timo tak menjawab. Dia menghentikan permainan baskernya dan langsung berlalu meninggalkanku.
" Aku salah Tim... Selama ini aku gagal jadi sahabat kamu... Aku egois... Waktu aku ada masalah... Kamu selalu ada... Waktu aku sedih... Kamu juga ada... Tapi waktu kamu ada masalah, aku malah gak ada di sampingmu Tim... Aku gak pantes lagi jadi Sahabat kamu.... " Mendengar perkataanku, Timo menghentikan langkahnya dan menutup kembali pintu rumah yang baru saja ia buka.
" Aku gak akan lagi ganggu kamu Tim... Maaf kalau selama ini aku suka ganggu hidup kamu.... " sambungku lagi.
Timo dengan ekspresi datar menghampri diriku dan tiba-tiba dia memeluku dengan erat sambil menagis tersedu-sedu.
" Aku sakit Tam... Aku sakit... Omongan kamu tentang sahabat salah... Kamu tetep sahabat aku tam... Kenapa aku pengen sendiri... Aku di diagnosis dokter punya penyakit jantung... Aku juga punya luka di kandung kemih yang bikin aku gak bisa nahan kencing... Aku penyakitan Tam... Aku gak mau bilang ini ke kamu... Aku takut kamu gak mau temenan lagi sama aku... Gara-gara aku penyakitan.... " Ucap Timo sambil menagis tersedu-sedu penuh drama.
" Aku gak akan pernah ninggalin kamu... Hidup dan mati di tangan Tuhan... Kamu harus terus jadi sahabatku... Kamu pasti sehat... All is well... You can.... " Aku berusaha menyemangati Timo, walau aku tak tahu rasa sakit yang dideritanya, tapi setidaknya aku ingin di semangat dan bisa sehat seperti semula.
" Tam... Mungkin udah jalannya aku harus tetap pake pampers... Aku udah merasa aman kalo pake pampers... Aku gak maksa kamu untuk pake... Terserah kamu... Hidupmu ada di tanganmu.... "
" Tim... K... Gara-gara kamu yang bikin aku pake pampers lagi... Pas aku gak pake pampers tadi malam... Paginya aku jadi ngompol... Untuk apa kamu nyuruh aku gak pake pampers lagi... Aku pasti tetep lanjut pake pampers... Selain karena ngompol... Ini juga bentuk solidaritas aku sama kamu... Aku janji... Selama bumi ini masih ada... Aku akan tetap nemenin kamu pake pampers... Sampai kapanpun.... "
* * * * *
KAMU SEDANG MEMBACA
Thymoty dan popoknya (TAMAT)
Non-Fictionkisah Timothy yang terpaksa mengenakan popok setiap hari karena cedera yang dialaminya. dia merasa tidak nyaman dan malu sampai waktu membuat dirinya terbiasa. " Mungkin aku harus menjadi seperti ini Tama... dan aku merasa aman kalo pake popok " (T...