Episode 42

2.6K 362 63
                                    

baca antara umur 15 tahun.

BANYAK ADEGAN KEKERASAN 🔞⚠️

VOTE AND COMMENT AREA!⚠️

Perhatian ada banyak bahasa kiasan, diperuntukan untuk para reader untuk benar benar fokus membaca agar tidak kehilangan adegan!!

Mohon maaf untuk typonya, silahkan diperbaiki sendiri!

Thnks😭

-
-
-
-
-

Para dayang dan staff istana masih setia duduk dengan tikar jerami di depan bangunan tempat dimana jimin melakukan persalinan pangeran pertama baekji. Mereka tanpa lelah memuja puji dan syukur kepada tuhan atas kesalamatan ratu dan pangeran mereka.

Mars mulai meninggalkan bulan dalam satu garis orbitnya. Perlahan sinar bulan yang tadinya tertutup mulai sedikit demi sedikit terlihat terang. Seokjin yang mulai pulih kemudian datang sekedar mengunjungi yoongi dengan dirinya yang masih di papah namjoon. Ketika guratan bahagia yoongi bertemu dengan guratan curiga seokjin, mereka nampak tak memandang satu sama lain akibat lerselisihan mengenai ayah seokjin yang bukti kejahatannya tidak bisa di bawa menuju meja hukum istana.

Dengan pelan mereka berdua memberi hormat pada raja yang kini tengah berbahagia.......

"Jeonhaaa selamat atas kelahiran pangeran pertama baekji" ujarnya dengan lemah, guratan guratan itu mampu menyadarkan namjoon bahwa seokjin memikirkan apa yang seharusnya tidak seokjin pikirkan.

"Terima kasih seokjin... aku sangat menghargai ucapan selamatmu" bayi yang terus menangis, seakan menjadi iringan bulan yang mulai menunjukan cahayanya di malam yang telah larut ini.
Dayang sun keluar dan memberikan izin untuk yoongi masuk dan mengecek keadaan jimin. Dia masih terbaring lemah dengan mata yanh sedikit mulai terbuka dan sadar. Jahitan di perutnya telah selesai (jadi masa yoongi ini udah mulai canggih bund alatnya) dia mendekat pada jimin lalu menggenggam tangannya yang dingin.

"Tabib xin? Apa dia baik baik saja?" Tentu sang tabib tua itu mengangguk senang dan legah sebab jimin benar benar berjuang dengan suka cita untuk mengeluarkan bayi moon dari perutnya.

Dengan pelan, yoongi mengusap kepala jimin mengucapkan syukur serta rahmat tuhan yang di berikan kepadanya melalui jimin. Setets air mata itu tumpah pada pipinya tak lupa jimin pun telah menangis meski dia setengah sadar.

Bayi kecil itu beranjak mendekat di atas gendongan dayang sun. Dengan pelan yoongi menerimanya dipelukan hangatnya. Wajahnya yang gembira tak bisa di gambarkan meski ratusan lembar halamannya.

"Wangbi-------- bisakah kau melihatnya? Dia begitu lucu dan kecil, lihat jemarinyaa... pipinyaa... mulutnyaa... dia nampak begitu lucu....." yoongi memegang jari jarinya dengan exaited, wajah bayi yang masih memerah dengan mata tertutup rapat sambil mengemut jarinya dengan lahap, Semakin membuat yoongi merasa gemas. Ia terlalu bahagia hingga tak sadar air matanya meleleh beberapa kali.

"Jimin" sedikit tersentak, jimin sadar yoongi memanggil namanya dengan pirau.
"Aku belum menentukan namanya, nama yang aku ambil begitu banyak dan aku bingung menentukannya" ingin terkekeh tetapi jimin masih dalam kondisi lemah. Seokjin dan namjoon yang menyadari hal itu terkekeh geli. Mereka sadar kalau yoongi tengah gugup senang gembira terharu telah bercampur menjadi satu.

"Jeonhaaaa..... sang peramal istana telah datang"
"Bawa dia masuk"

Sang peramal itu tersenyum ketika ia lagi dan lagi bertemu dengan jimin. Jimin adalah seseorang yang dahulu ia ramal dengan kehidupannya yang penuh rintangan.

"Selamat atas kelahiran pangeran pertama baekji jeonhaa" ia memberi hormat dengan kedua matanya menatap pada jimin yang masih setengah sadar.

"Silahkan duduk" wanita itu duduk dengan cara memangku tangan kirinya di kaki sebelah kirinya.
"Apa penglihatanmu tentang masa depan anak ini" wanita itu meminta yoongi untuk meletakkan bayinya di atas meja yang telah du sediakan. Dengan telaten wanita itu meramal sang bayi imut itu.

I'M YOUR KING [BOOK 1] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang