EP : Merendah Untuk Meroket

41 4 0
                                    

Serial ini sebenarnya sudah selesai,  tapi aku cukup merasa terpanggil untuk membicarakan beberapa hal disini. Kamu tahu, hidup lumayan menarik belakangan ini. Sebut aku panjat sosial, ya bagaimana, pendapat itu tidak sepenuhnya salah.

Memublikasikan sesuatu setelah membuat kontroversi, karena sedang berada dalam sorotan. Mau menghujat? Seperti biasa, silahkan. Toh, kalau menemukan kalimat yang bagus dalam konten ku, kamu pasti mengambil tangkapan layar. Berhenti bersikap seakan kamu yang paling benar, saudaraku.

Oke, jadi aku merasa perlu membuat konten ini, karena beberapa teman saya berkata: Orang-orang itu berlebihan menanggapi kasus yang kemarin. Kamu tidak sepenuhnya salah, mereka yang sensitif.

Ada juga beberapa yang belum benar-benar paham apa yang sebenarnya terjadi. Kita sama-sama belajar dari pengalamanku, seperti tujuan awal dari ditulisnya serial ini di awal Oktober. Jadi aku akan menuangkan ceritanya ke dalam cangkirmu, selamat menikmati.

Kejadiannya dimulai Minggu lalu, ketika sebuah notifikasi masuk ke aplikasi WhatsApp ku. Disana, wali kelas mengirimkan sebuah tautan untuk "bergabung dengan OSIS".

Sebelumnya, aku membaca pesan itu sambil mengerjakan beberapa hal di rumah. Sehari sebelumnya, Opa ku meninggal di rumah, rumah itu dijadikan rumah duka dan tentunya aku harus melayani orang-orang yang datang. Juga keluargaku yang berdatangan dari luar daerah, tinggal untuk mengiring jasadnya hingga pemakaman di akhir pekan.

Masih ada kegiatan sekolah di hari-hari itu, dan aku tidak ikut satu pun. Aku tidak mencari tahu tentang apapun karena masih dalam kondisi berkabung, tidak ingin menambah beban pikiran karena rasanya aku lah yang harus mengerjakan paling banyak hal di rumah pada waktu itu.

Jadi ketika pesan itu masuk, tanpa pikir panjang aku langsung masuk ke dalam tautannya. Membaca dengan saksama selama beberapa saat, memastikan bahwa ini benar-benar untuk "anggota OSIS", bukan "ketua dan wakil ketua OSIS". Kalau itu untuk ketua dan wakil ketua, tentu saja aku tidak akan repot-repot mencoba, karena aku belum ingin.

Bukannya aku merasa tidak percaya diri dengan kemampuanku. Bukannya aku tidak ingin menjadi seorang pemimpin dalam salah satu organisasi vital di sekolah. Bukannya aku takut. Aku hanya tidak ingin. Belum, lebih tepatnya. Hanya ada satu alasan, aku belum mengenal lingkungan itu dengan baik.

Pendaftaran itu tidak mungkin dibuka kalau tidak ada penjelasan lebih awal dari para anggota OSIS sekarang secara langsung pada siswa. Artinya, ada setumpuk informasi yang aku lewatkan, dan aku tidak punya waktu untuk mengumpulkan informasi itu karena batas pengumpulan formulir adalah dua hari setelah tautan itu dibagikan.

Ketidaktahuan dan ketidakpedulian itu membuat masalah. Ternyata benar, formulir itu untuk ketua dan wakil ketua OSIS. Tidak tercantum dalam formulir, tapi diberitahu di salah satu pertemuan sekolah yang aku lewatkan. Bodohnya aku karena tidak bertanya secara detail pada waktu itu. Tapi semua terlanjur terjadi.

Kota itu--Surabaya--adalah tempat yang baru untukku. Sekolah itu adalah tempat yang baru untukku, banyak teman-teman lain yang sudah lebih lama berada disana--menempuh pendidikan SMP disana--, dan menurutku mereka lebih pantas mendapatkan posisi itu. Mereka lebih mengenal seluk-beluknya, apa yang dibutuhkan sekolah dan bagaimana sistem OSIS dan sistem sekolah saling bersinggungan.

Ide-ide dan perspektifku bisa saja terdengar brilian bagi mereka, masalahnya, yang brilian belum tentu sesuai dengan realitanya. Pemikiran ku bisa saja terlalu visioner, terlalu jauh ke depan dan sulit digapai. Bisa juga terlalu realistis hingga sulit mendobrak batasan-batasan. Intinya, aku belum menemukan kesempatan untuk tahu apakah aku cukup pantas untuk ada di sana.

Kita semua bisa belajar di tengah prosesnya, ya, aku setuju dengan pendapat itu. Tapi pendapat itu penerapannya kontekstual. Untuk menjadi seorang pemimpin, kita harus paham dulu sebelum bekerja. Bukannya bekerja untuk paham. Ini bukan ajang belajar, pembelajarannya berlangsung saat kita mengamati kinerja dan melakukan riset tentang kegiatan OSIS yang sudah ada--yang mana aku melewatkan kesempatan itu--.

UNTOLD (Short Stories)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang