(8) terwattpad.

2 2 3
                                    


Singkat cerita Gue putus sama Farhan, Gue ngerasa Gue ga sefrekuensi aja si Gue putusin dan menikmati hidup bebas tanpa larangan itu.

Hari ini pelajaran IPA lagi, dimana pak Mugi slalu Chill kalo ngajar, jadi anak anak nya bebas mau ngapain aja yang penting saat waktunya di kumpulkan catatan harus lengkap.

Kali ini tempat duduk Gue pindah, Gue sebangku degan Kadinda. Karena bagi Gue di sekolah itu moodboster Gue ya Kadinda karena Kadinda sama humornya sama Bahar.

Tiba tiba saja Bahar datang di sela sela bangku  dan mengelus elus  pundak kanan Gue seperti mengode, tapi Gue ga ngerti kode apa itu. Alhasil Gue diem dan sedikit menepiskan tangan Bahar dari pundak Gue.

"Eh minggir tolol, Bloon banget ya!" Kata Bahar menoyor pundak Gue, membuat Gue terpaksa geser dengan raut wajah menahan marah.

Ya bilang anjing. Rasa ingin mengatakan tapi Gue lagi males debat.

Bahar duduk di kursi bekas Gue dudukin tadi dan mulai menggoda Kadinda. Kadinda yang merasa ga nyaman adanya Bahar itu dia resah memanggil Gue yang sok sibuk sama catatan Gue.

Gue bilang apa, Gue lagi males, Gue sok sibuk aja sama catatan di depan.

"Nuk!! Nuke!! Nuk!" Panggilnya.

Rencana Gue ga akan respon Kadinda. Gue fikir Kadinda tau kalo Gue ada perasaan untuk Bahar makanya kenapa ia mengode dan memanggil Gue mungkin aja ada rasa gaenak sebagai temen dimana orang yang disukai tenen malah suka sama kita, Gue jadi keinget kata Iltak kalo Gue terlalu memperlihatkan. Oke Gue harus gimana?

"Din, Dinn!! Jangan bilang ada orang yang menyakiti mu, Nanti orang itu akan hilang. Hahahaha" Kata Bahar yang tak di gubris oleh Kadinda.

I swer, pas Gue liat komuk dia, Pengen muntah Gue rasanya kalo bisa muntah di muka dia mumpung pagi tadi Gue abis makan Pete.

Gue mengangkat sebelah bibir Gue sembari mnatap Bahar yang tak sengaja bertatapan sekelibas.

"Hahahaha cakep ga Din?? Cakep ya nuk" kata Nya sembari memutar badannya ke arah Gue.

"Wih iya keren!! Kaya pernah denger tuh ya, dimana ya"  Kata Gue sedikit antusias menanggapi agar tak terlalu memperlihatkan.

"Dilan!" Kata Kadinda dengan malas.

"Iya beb, itu Aku yang bikin" kata Bahar.

Kasian Bahar kalo mau menggoda Kadinda ia harus cari puisi dari Dilan. Ya gimana dong, orang ga punya otak!

"Nuk sini apa! Temenin Gue" kata Kadinda meminta Gue untuk bertiga dalam satu meja agar Kadinda tak terlalu canggung.

Bukan ga canggung lagi dia ada Gue, setiap Bahar ngoceh Gue yang respon sampe Lola dan sandrina nyeletuk kalo Gue harus geser agar gue ga jadi penghalang untuk mereka.

Sakit hati Gue! Ini Kadinda yang minta kan? Ko gue yang di kataiin. Belum lagi ucapan Bahar yang tak kalah pedes nya dari ucapan Lola dan sandrina.

Kesel Kadinda gaada pembelaan sama sekali ke Gue seakan Gue yang sengaja duduk disini.

"Iya nuk Lo sabar kalo mau sama Gue, banyak proses nya, apalagi lo ga cakep yekan, ga secakep Kadinda, noh lu sama Lidia aja cakepan Lidia" Ucapnya yang hampir bikin Gue salto.
"Kalemm ciuyy, jangan nikung tenang!!"

"Gila Lo!" Hentak kadinda.

"Nikung gimana gue tanya!" Ucap gue sembari menggulung buku Gue dan mendarat dengan sedikit kasar di kepala Bahar.

"Lo gada akhlak ya ke cowo! HEH COWO ITU IMAM gada hormat nya lo ke cowo!" Kata Bahar yang berdiri berniat ingin membalas. Gue ga bisa natap mata Bahar sekalipun, Gue marah marah ke Bahar dengan pandangan nya kemana mana.

Aku & KebencianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang